Kata orang cinta itu indah,bisa membuat orang tertawa,dan berbunga-bunga,namun juga bisa buat orang menangis,tangis bahagia kah itu? atau tangis karena sakit?
Tapi bagiku cinta itu ibarat luka tak berdarah,sakit tak tau dimana sakitnya,itulah cinta yang aku rasakan,benarkah itu cinta? ataukah sesungguhnya itu luka yang ku kira cinta?
Tuhan....aku mengimpikan cinta yang seperti orang katakan,cinta yang seperti kisah cinta Rasulullah dengan bunda Aisyah,atau seperti cintanya Rasulullah pada bunda Khadijah_..
@..Adiba Khanza.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arisha Langsa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
18
Adiba meninggalkan villa setelah merapikan kamar itu dan melipat rapi lingerie yang sudah ia pakai, meletakkan nya di atas ranjang.
" Mbak tolong antar kan saya ke klinik xx ya,tapi sebelumnya kita singgah di masjid terdekat dulu ya mbak,kita shalat Maghrib dulu,boleh kan mbak?"
" Boleh dong mbak,tapi saya sedang cuti shalat,saya tunggu mbak di parkiran aja ya " jawab mbak ojol.
Adiba mengangguk seraya tersenyum ramah,ia tak pernah menunjukkan wajah sendunya pada siapapun,semua rasa yang ia rasakan sekuat tenaga ia telan seorang diri, baginya,duka tak harus di bagi pada orang lain, kebahagiaan lah yang harus ia bagi.
***
Sedangkan di lain tempat,Abizar tengah mengantarkan kekasihnya kembali ke apartemen,namun sebelum tiba di apartemen Dea memintanya untuk singgah di sebuah supermarket, Dea ingin berbelanja kebutuhan dapurnya, karena Dea wanita yang suka memasak.
" Thanks ya sayang...kamu terbaik" Dea mengucapkan terima kasih pada Abizar,jemari lentiknya mengusap lembut wajah tampan Abizar dan mengecup singkat pipi nya.
Seseorang melihat semua kejadian itu,wajah Abizar tersenyum pada seorang wanita yang tengah mengusap lembut wajahnya,Adiba tak melihat wajah wanitanya,ia hanya melihat pria yang berstatus suaminya tengah bersama kekasihnya, mengecup lembut pipinya.
Sakit? Sudah pasti,Adiba tak mengerti mengapa ia harus merasa sakit melihat semua itu ?,lupa kah ia dengan status nya?, dengan segera Adiba memaksakan bibir nya untuk tersenyum, meyakinkan dirinya bahwa ia baik-baik saja dan akan mampu menjalani perannya hingga akhir.
' Hamba kuat ya Allah...satu tahun saja lagi, kuatkan hamba' pinta nya dalam hati.
Satu tahun, mungkin terdengar lama,tapi ia bahkan sudah menjalani nya hampir satu tahun.
" Terimakasih ya mbak" ucap Adiba saat sudah sampai di tujuan.
" Sama-sama mbak,selamat bekerja ya mbak, semangat,ingat ada keluarga yang menunggu" nasehat itu selalu Adiba dengar dari mbak ojek langganan nya.
Adiba mengangguk seraya tersenyum manis " insyaallah mbak, terimakasih.. assalamualaikum"
" Waalaikumsalam "
Kedua nya berpisah,menuju aktivitas masing-masing,Adiba memasuki klinik dan berbaur dengan rekan-rekan sejawatnya yang bekerja di klinik milik dokter Randi.
" Hai...satu Minggu cuti makin cantik aja ya" sapa teman-teman nya yang semuanya lebih tua dan senior dari nya.
Seperti biasa Adiba hanya akan tersenyum manis " Alhamdulillah..., semuanya sehat kan" balas Adiba sopan seperti biasanya.
" Seperti biasa, insyaallah kami selalu sehat,cuma pak dokter aja yang kelihatan kurang baik, seminggu di tinggal cuti pujaan hatinya " goda salah satu perawat di klinik tempat Randi membuka praktek.
Adiba menggeleng mendengar ucapan mereka,sudah biasa mendengar mereka menggodanya dengan dokter Randi si pemilik klinik,tapi Adiba menanggapi nya santai saja, karena di antara mereka memang tidak memiliki hubungan khusus di luar profesional nya.
Adiba mulai melakukan tugas-tugas nya seperti biasa,tak sedikitpun terlihat ia tengah menanggung beban berat di pundaknya,ia ceria seperti biasanya saat berinteraksi dengan para rekan kerja nya, menghadapi pasien yang terkadang dengan banyak tingkah polah nya,ia di kenal sebagai gadis yang ceria dan humble, walaupun sangat tertutup untuk urusan pribadinya.
Sedangkan di lain tempat, tepatnya di villa,Abizar baru saja tiba,ia memarkirkan mobilnya di halaman villa dan segera masuk, pertama kali yang ia lihat adalah bik inem yang baru saja keluar dari kamar yang biasa di tempati Adiba.
" Dia sudah bangun bik?" tanya Abizar , kakinya melangkah menuju kamarnya, ia berniat untuk mandi terlebih dahulu baru kemudian menemui Adiba untuk makan malam bersama,ini adalah makan malam perdana mereka.
" Anu ..itu . tuan,nona cantik sudah pulang" jawab bik inem gugup, wajahnya menunduk dalam.
Langkah Abizar terhenti mendadak saat mendengar jawaban bik inem,ia membalikkan tubuhnya menghadap wanita paruh baya itu.
" Pulang? " tanya nya seakan tak percaya.
Bik inem mengangguk cepat" i-ya tuan,setelah tuan pergi non cantik bangun,bibik sudah bilang,tapi kata nona,nona harus segera pulang karena tugasnya sudah selesai " bik inem menjawab apa adanya.
Abizar mengeraskan rahangnya dengan tangan terkepal erat, wajahnya memerah karena menahan emosi yang seakan siap untuk meledak.
" Shit..." umpat Abizar bergumam,ia tersenyum miris, membayangkan apa yang sempat ia pikirkan saat di perjalanan menuju villa,ia bahkan menolak saat Dea memintanya untuk makan malam di apartemen kekasihnya itu.
' Ingat Abi..dia hanya jalang yang gila uang mu,maka perlakukan ia selayaknya dengan posisinya,dia butuh uang mu dan kau butuh tubuhnya, hanya itu' bisik batin Abizar.
" Tuan mau makan sekarang?" tanya bik inem,wanita paruh baya itu ber pura-pura tidak pernah tahu apa pun.
Abizar tersadar dari lamunannya,ia mengangguk " ya" jawab nya singkat,dan jelas terlihat tak lagi bersemangat seperti saat baru tiba tadi.
Bik inem mengikuti langkah lebar tuan mudanya menuju meja makan,Abizar membatalkan niatnya untuk mandi,ia bahkan membatalkan niatnya untuk menginap di villa,ia menghubungi kedua sahabatnya mengajak mereka kumpul di tempat favorit mereka.
Kedua orang tua Abizar tengah menjalani perawatan di salah satu rumah sakit terbaik di luar negeri,atas rekomendasi Randi,dan Randi juga rutin mengontrol orang tua angkatnya itu setiap satu bulan sekali,berbeda dengan Abizar yang terpaksa jarang mengunjungi kedua orang tuanya,itu karena semua tanggung jawab perusahaan mereka di limpahkan padanya, karena sudah bukan rahasia lagi jika Randi hanya anak adopsi kedua orang tuanya.
Walaupun kedua orang tuanya dan Abizar tak pernah membedakan status mereka,Abizar menyayangi dan menghormati Randi layaknya seorang kakak laki-laki, begitupun dengan Randi yang sangat menyayangi nya juga kedua orang tuanya,tapi para rekan kerja mereka yang menjadikan itu sebagai masalah.
Dan untuk menghindari masalahnya semakin besar,maka itu dengan berat hati Abizar memutuskan untuk kembali ke tanah air, mengingat kantor pusat FG berada di Indonesia,ia harus merelakan meninggalkan perusahaan nya yang juga tengah berkembang pesat di negara Eropa, perusahaan yang ia bangun dengan uang pribadinya dan bekerja sama dengan beberapa mafia paling di segani di eropa.
Walaupun terlahir dari sendok emas,Abizar tak pernah bermanja-manja dengan menghabiskan uang orang tuanya,ia terbiasa mandiri dan di besarkan oleh Oma dan opa nya yang menetap di inggris,ia bahkan sudah merintis bisnis nya sejak masih remaja, mungkin itulah sebabnya mengapa ia bersikap arogan dan dingin, karena ia merasa ia mampu berdiri di atas kakinya sendiri bahkan di usia muda.
Selesai makan,Abizar meninggalkan villa,ia menuju ke sebuah club malam,tanpa mengganti pakaian nya,ia hanya menyimpan jas nya,membuka dasi dan satu kancing teratas kemejanya, rambutnya terlihat sedikit berantakan,namun justru membuat ia terlihat semakin tampan dan mempesona.
Abizar memarkirkan mobilnya di parkiran khusus VVIP,ia melihat mobil kedua sahabatnya sudah terparkir rapi di parkiran yang sama.
Abizar keluar dari mobil nya dan melangkah menuju pintu masuk, menunjukkan kartu langganan VVIP nya,ia melenggang gagah menuju ruangan yang biasanya ia dan para sahabatnya tempati.
Abizar membuka pintu ruangan kedap suara itu, pandangan pertama yang ia lihat adalah kedua sahabatnya yang terlihat begitu asyik dengan para wanita cantik dan seksi yang setia melayani mereka,bahkan ada yang dengan gaya seksinya duduk di atas pangkuan mereka,tangan nya terlihat begitu nakal menggerayangi tubuh atletis kedua sahabatnya itu, terkadang Abizar merasa jijik dengan para wanita bayaran itu.
" Hai bro...tumben Lo mau nongkrong di hari kerja?" tanya Alex santai saat melihat Abizar masuk dan duduk di sofa single di hadapannya.
Sementara Andra terlihat begitu asyik dengan mainannya, apalagi jika bukan para wanita penghibur yang tengah bergelayut manja di tubuhnya,menggerayangi hampir seluruh tubuhnya,Abizar sampai merasa merinding melihat kelakuan para wanita itu, tiba-tiba pikirannya terbayang pada Adiba, apakah Adiba juga akan bisa se agresif para wanita penghibur itu, tiba-tiba pikiran mesum itu muncul di benak nya.
" Shit.." umpatnya,ia meraih gelas anggur merah yang berada di depan nya, menenggak nya hingga tandas tanpa menyisakan sedikit pun,menuang nya lagi dan kembali menenggak nya hingga tandas,dan itu berulang hingga beberapa kali,membuat kedua sahabatnya menjadi bingung.
Alex dan Andra tau betul jika tubuh Abizar tidak pernah bisa berkompromi dengan alkohol,dan sahabatnya itu sangat jarang mengkonsumsi minuman keras jenis apapun itu,Abizar lemah untuk urusan mabuk-mabukan.
" Bro...Lo ada masalah?" tanya Andra yang sudah berubah ke mode serius,ia dan Alex bahkan sudah mengusir para wanita bayaran mereka, mereka menyadari ada yang lain dengan Abizar.
' mungkinkah Abizar sedang ada masalah dengan Dea,tapi sebelumnya Abizar tak pernah mabuk-mabukan walaupun ia berdebat dengan Dea, karena memang mereka hampir tak pernah bertengkar,Dea sangat mencintai Abizar dan selalu mengalah, sedangkan Abizar tak pernah berbuat atau berkata kasar pada Dea, mereka tau Abizar menyayangi Dea dan akan menjauh jika mereka berdebat, yang pada akhirnya Dea lah yang akan datang dan meminta maaf.
dan kasih an juga baby el iya begitu bahagia ketika berinteraksi dengan papa nya apa kamu tega memisahkan el dan juga papa nya
harus bisa, berdamai dgn keadaan