"Aku ingin bercerai karena aku sudah tahu maksud busuk mu! Tidak ada hubungannya dengan Rose! Aku tidak pernah mencintaimu sejak awal. Kau telah merampas posisi Rose sebagai istriku!"
"Selama aku tidak menandatangani surat cerai, itu tetap dianggap selingkuh! Dia tetaplah perusak rumah tangga!"
Setiap kali Daisy melawan ucapan Lucifer, yang dia dapatkan adalah kekerasan. Meskipun begitu dengan bodohnya dia masih mencintai suaminya itu.
"Karena kamu sangat ingin mati, aku akan mengabulkannya!"
Kesalahpahaman, penghianatan, kebohongan. Siapa yang benar dan siapa yang salah. Hati nurani yang terbutakan. Janji masalalu yang terlupakan. Dan rasa sakit yang menjadi jawaban.
Apakah kebenaran akan terungkap?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon little turtle 13, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Peringatan
Setelah meninggalkan gedung perusahaan, Lucifer langsung menuju ke rumah Rose sambil membawa tiramisu kesukaannya. Begitu keluar dari mobil, dia melihat Rose berdiri di pintu, menatapnya dengan senyuman.
Dia melangkah maju, memeluk Rose, dan berkata dengan nada manja, "Bukankah aku sudah bilang padamu untuk tidak menunggu di pintu? Kamu akan sakit, karena anginnya sangat kencang.."
"Aku hanya ingin segera bertemu denganmu. Cuacanya tidak dingin sama sekali."
Mengikuti kata-katanya, dia bersin. Lucifer bergegas masuk ke dalam rumah sambil memeluk Rose dan menuangkan secangkir air panas untuknya.
"Kamu bilang, kamu ingin mendengar ku bermain piano. Aku pergi mencari piano hari ini dan tidak menemukan yang kusuka. Apakah kamu ingin pergi bersamaku lain kali?" Rose berkata dengan malas, sambil bersandar pada Lucifer.
"Tentu, yang biasa kamu mainkan itu ada di tempatku. Aku akan meminta seseorang untuk mengantarkannya kepadamu besok."
"Tidak, itu kamu yang membelinya. Dan itu milikmu, meskipun dulu aku sering memainkannya."
"Kalau begitu kamu bisa datang dan memainkannya disana.." usul Lucifer membuat Rose membelalakkan matanya.
Rose berpikir kalau itu adalah hal yang bagus. Dia bisa membuat Daisy kembali kacau.
"Baiklah, aku akan ke sana besok.." ucap Rose dengan gembira.
Lucifer menatap arlojinya, kemudian bangkit dari duduknya.
"Aku akan kembali ke perusahaan. Sebenar lagi ada rapat.." pamit Lucifer yang kemudian mengecup kening Rose.
...****************...
Malam itu, Daisy yang hendak berjalan ke kamarnya melewati satu ruangan yang lampunya selalu nyala. Dia tahu itu ruangan apa. Dengan ragu dia memegang gagang pintu dan membukanya perlahan.
Sedikit kesedihan melintas di matanya saat melihat piano yang terlihat kesepian dalam ruangan itu.
Itu adalah piano milik Rose. Saat pindah rumah, Lucifer membawa benda itu dari markasnya. Tempat dia biasa berkumpul dengan teman-temannya dan juga Rose.
Daisy pernah menyentuhnya sekali, dan itu membuat Lucifer marah besar. Setelah itu dia melarang Daisy untuk menyentuh piano dalam sepengetahuan nya.
Lucifer mengancam kalau Daisy menunjukkan dirinya bermain piano di hadapannya lagi, Lucifer akan menghancurkan sesuatu yang berharga baginya.
Daisy berjalan mendekat dan menyentuh tuts piano dengan lembut, ragu-ragu saat mengingat kata-kata Lucifer dengan wajahnya yang marah.
'Sekali saja.. seharusnya tidak jadi masalah besar.' batinnya.
Lucifer tampaknya tidak waras sejak kembali kembali dari gedung perusahaan. Dia sangat kesal karena rapatnya berjalan dengan kacau. Setelah berbicara sebentar dengan Gavin di telepon, dia masuk ke rumahnya.
Malam itu dia datang hanya untuk mengecek piano yang lama tak digunakan di rumah itu. Namun begitu dia masuk ke dalam rumah, dia mendengar suara piano, tetapi dia tidak segera naik. Sebaliknya, dia duduk di sofa di ruang tamu sambil memejamkan mata.
Paman Calix berdiri di sampingnya, menatapnya dengan tatapan khawatir. Dia tahu bahwa Lucifer tidak ingin mendengar Daisy bermain piano lagi, jadi dia takut mereka akan bertengkar lagi.
Suara piano berakhir, dan Lucifer membuka matanya, melirik Paman Calix. Kemudian, dia berdiri dan berjalan ke atas.
Daisy memainkan lagu pertama yang di dengarnya dari Lucifer saat memainkan biolanya. Lagu itu penuh nostalgia dan tidak menyadari bahwa pintunya terbuka.
"Tidak buruk," sebuah suara tegas tiba-tiba terdengar dari belakangnya.
Setelah mendengar suara itu, Daisy menjadi pucat dan dengan kaku menoleh ke belakang. Dia tidak menyangka Lucifer akan kembali.
Melihat ekspresi mengerikan di wajah Lucifer, dia merasakan hawa dingin di hatinya, dan tubuhnya mulai gemetar tanpa disadari. Namun, dia memaksakan senyum kaku di wajahnya, "Oh... kamu kembali."
"Ekspresimu menjijikkan lagi! Kau pandai sekali berpura-pura!" Lucifer merasa terhina dengan senyum palsu itu.
Lucifer tiba-tiba melangkah maju. Berdiri sangat dekat dengan Daisy, dia bertanya dengan tajam, "Apa yang pernah kukatakan padamu sebelumnya?"
Setelah mengucapkan kata-kata itu, wajah Daisy menjadi lebih pucat dari sebelumnya. Dengan kilatan ketakutan di matanya, dia berkata, "Kamu menyuruhku untuk tidak pernah bermain piano lagi di hadapanmu."
"Lalu apa yang akan aku lakukan jika kamu membantahnya?"
"K-kamu akan menghancurkan sesuatu yang berharga bagiku."
"Baiklah. Sepertinya kamu masih ingat!"