Elena adalah agen rahasia yang sedang menjalankan misi untuk mengambil informasi pribadi dari kediaman Mafia ternama bernama Luca Francesco Rossi. Saat menjalankan misi Elana terjebak dan menjadi tawanan beberapa hari.
Menyamar sebagai wanita panggilan, setelah tidur bersama pria yang menjadi mafia berbahaya itu, Elena menyelinap dan berhasil mendapatkan informasi penting yang akan menghancurkan setengah kekuatan milik Luca.
Dan itulah awal dari kisah Luca yang akan memburu dan ingin membalas dendam pada Elana yang menipunya. Disisi lain Elena yang bekerja menjadi agen rahasia berusaha menyembunyikan putri kecil rahasianya dengan mafia kejam itu.
Sampai 4 tahun berlalu, Luca berhasil menemukannya dan berniat membunuh Elena. Dia tidak mengetahui tentang putri rahasianya itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dadeulmian, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18
Pagi hari yang tenang langsung dirusak oleh suara teriakan keras dari Sophia. Dia menangis keras sampai membuat mansion itu berada pada kekacauan.
Karena tidak hanya menangis dan berteriak, Sophia juga berlari dari dapur sampai perpustakaan dan kembali ke ruang tamu. Dia menangis sambil memegangi pipi kanannya. Sementara para pelayan terlihat kesusahan menangkap bocah kecil yang lincah itu.
"MOMMY, PIA GAK MAU!!!"
Suara teriakan dia semakin keras dan keras. Sampai pada akhirnya Elena bergegas memeriksa apa yang terjadi dan Luca juga terlihat turun dari lantai tiga.
"Ada apa ini?" Tanya Elena penasaran dan heran pada salah satu pelayan.
"Anu, itu nyonya. Nona Sophia tidak ingin diperiksa giginya, dia merengek gigi miliknya sakit tapi dia tidak ingin kita memeriksanya." jawab salah satu pelayan yang masih terlihat muda disana.
Elena menghela nafas berat dan akhirnya berjalan ke ruang tamu, dimana Sophia berlari ke bawah meja dan para pelayan kompak mengepungnya.
Anak kecil itu sungguh bencana untuk mansion yang damai dan tentram ini.
Itulah yang Luca pikirkan.
Luca akhirnya berjalan melihat apa yang terjadi, dia berdiri di belakang Elena.
"Apa dia mengambil semua itu darimu?" tanya Luca tidak habis pikir. Pasalnya, tidak hanya tantrum dan menangis, Sophia juga melemparkan vas ataupun piring mahal yang sengaja diletakan untuk dijadikan hiasan disana.
Elena cemberut dan membuang muka, "itu jelas milikmu."
Mendengar ungkapan itu, Luca mendengus geli dan berjalan ke arah meja ruang tamu. Dia menyuruh para pelayan untuk meninggalkan mereka saja dan membiarkan Sophia.
Elena juga berjalan mendekat pada Sophia, dia berjongkok tepat di bawah meja dan melihat bagaimana gadis kecil itu menangis disana sampai tersedu-sedu.
"Sophia, apa gigi kamu sakit lagi?" tanya Elena dengan lembut.
Sophia memang pernah sakit gigi sekali beberapa bulan yang lalu, dia memakan banyak manisan dan kue sampai giginya berlubang. Mungkin sekarang, gigi kecil milik Sophia sakit lagi karena dulu mereka tidak berhasil datang ke dokter gigi.
"Lagi? dia pernah sakit sebelumnya?" tanya Luca. Dia tidak ikut berjongkok, dia hanya menatap Elena sambil berdiri dan bersedekap dada.
"Ya, gigi dia berlubang. Tapi sebelum dia berhasil di periksa oleh dokter gigi, dia mengigit jari dokter gigi itu berulang kali. Jadi kami disuruh pulang."
Luca menatap Elena dengan wajah heran, dia ingin sekali tertawa tapi pada akhirnya dia hanya terkekeh kecil. "Wah, kamu benar-benar memiliki seorang anak monster,"
"Dia juga anakmu!" Cebik Elena tajam. Elena menghela nafas dan pada akhirnya mencoba mengambil Sophia dari bawah meja. Dia merangkak dan mencoba meraih tubuh kecil itu, "sayang, ayo keluar. Gigi kamu tidak akan sembuh jika kamu hanya menangis. Dokter gigi akan menyembuhkan mu."
"Tidak mau!!" Sophia menolak di sela-sela tangisannya. Air matanya terus mengalir di pipi tembam miliknya.
"Kenapa kamu sangat takut pada dokter gigi? Mereka hanya manusia seperti kamu." ucap Luca, dia diam-diam mengangkat sedikit meja itu agar Elena tidak terbentur.
"Tapi dokter gigi itu orang jahat!!"
"Jika dokter gigi orang jahat, bagaimana dengan ayahmu yang berdiri disini sekarang?" Sarkas Elena. Dia akhirnya berhasil menarik tubuh Sophia dan menggendongnya. Saat dia berdiri, Elena bisa melihat ingus gadis kecil itu membuat berantakan wajah imutnya.
"Daddy bukan orang jahat!" Seru Sophia dengan keras. Elena hanya menggelengkan kepalanya dan mengambil sebuah tisu.
Sedangkan Luca hanya terdiam di tempat, dia memasukan tangan miliknya ke dalam saku dan hanya menatap dua perempuan yang telah masuk ke dalam hidupnya beberapa minggu lalu.
Kehadiran mereka jelas sekali membawa sesuatu yang berbeda dari dalam diri Luca yang biasa.
Dan mendengar putrinya mengatakan jika dia bukanlah orang jahat. Rasanya dia agak sedikit bersalah.
Karena dia memang benar adalah orang jahat asli.
"Luca,"
Suara Elena mengejutkannya, dia menoleh pada Elena dengan alis terangkat namun wajahnya tetap dingin. Dia tidak ingin perempuan itu tahu jika dia sedang memikirkan mereka berdua.
Awal pernikahan ini adalah agar dia bisa membuat Elena bekerja dibawahnya. Ketrampilan Elena jelas sekali terlihat saat perempuan itu berhasil menyusup ke dalam mansion ini empat tahun lalu.
Jadi, jika dia bisa membuat Elena menjadi penyusup di FBI. Itu akan sangat mempermudah urusan bisnisnya.
"Apa?"
"Apa kamu mendengarkan? Sophia ingin kamu ikut ke dokter gigi. Apa aku tidak bisa keluar untuk mengobatinya?" tanya Elena.
"Baiklah..." Helaan nafas terdengar dari mulut Luca. "Aku akan memeriksa jadwalku dengan Kevin dulu, kalian berdua bisa menunggu sebentar."
Elena mengangguk dan tersenyum tipis, jika dia bisa keluar dari mansion hari ini. Mungkin dia akan mempunyai kesempatan untuk kabur. Dia akan menunggu Luca lengah nantinya.
***
Tapi itu sama sekali tidak terjadi, karena sejak mereka didalam mobil. Luca yang memangku Sophia sedangkan dia duduk di kursi penumpang sebelah supir pribadi Luca.
Bisa saja dia kabur sekarang, tapi jika Sophia ada di tangan Luca. Itu tetap tidak ada gunanya.
Selama perjalanan ke klinik pun sama sekali tidak ada celah, sejak jalan dari mobil ke halaman klinik. Luca yang terus menerus menggendong Sophia. Gadis kecil itu juga tidak melepaskan Luca sama sekali, dia melingkarkan lengan kecilnya di leher Luca dan sangat berpegang erat pada Luca.
"Daddy, kamu harus ikut masuk okay?" gumam Sophia kecil.
Sophia tetap seperti ini sejak pergi dari mansion, dia merengek dan bersikap manja pada Luca. Bahkan Elena sampai lelah dan tidak bisa memikirkan rencana apapun. Dia ingin kabur berdua! Tapi putrinya itu sungguh tidak bisa diajak kompromi.
Padahal dulu mereka sangat dekat.
"Jika kamu berjanji tidak menangis lagi, aku akan menemani kamu masuk ke dalam. Jika dokter gigi itu menyakitimu, Daddy akan langsung menghukumnya." Ucap Luca dengan senyuman yang entah tulus atau tidak. Elena tetap curiga pada pria ini, meskipun mereka sudah pernah tidur bersama dua kali.
"Menghukumnya seperti apa?" tanya Sophia polos, dia masih memegangi pipinya, matanya juga memerah karena terus menangis.
"Daddy bisa menembak–"
Belum sempat Luca mengatakan semua hal yang tidak bisa didengar oleh anak kecil, Elena sudah menyikut pinggul pria itu agar diam dan tidak mengatakan sesuatu yang brutal untuk anak kecil.
"Jangan mengajari dia hal-hal yang tidak berguna." Ucap Elena dengan sinis.
Luca tersenyum tipis dan mengangkat bahunya tidak peduli, "bukankah kamu yang lebih banyak mengajarkan hal brutal padanya. Tukang gigit."
"Tukang gigit? apa maksudmu dengan itu?" Tanya Elena kesal.
"Oh apa kamu tidak ingat, kamu terus mengigitku malam itu. Aku masih punya bekasnya di pundakku."
"Bisa kamu diam saja!" Sentak Elena dengan wajah memerah.
"Apa Mommy dan Daddy bermain diam-diam di belakang Pia?" tanya Sophia dengan mata nya yang mencurigai kedua orang tuanya itu.
"Tidak! Sama sekali tidak! Jangan pikirkan itu, ayahmu itu cuman pembual besar!"
"Yah, aku dan ibumu memang bermain dengan—"
Sebelum Luca mengucapkannya, Elena mencubit pinggang Luca dan menarik baju pria itu masuk ke dalam klinik.
Wajahnya sudah memerah jadi jangan diteruskan lagi.