~Berawal dari kesal jadi suka~
Senja Aurelia dan Fajar Mahardika, yang memiliki perbandingan mencolok dari sisi ekonomi. Senja hanyalah seorang anak panti, berbeda dengan Fajar yang terlahir di keluarga kaya. Keduanya juga memiliki kesamaan yaitu sama-sama pintar. Semua murid SMA Cempaka pun tau pasti siapa yang akan jadi juara 1. Siapa lagi kalo bukan Senja ya Fajar. Jika yang memperoleh juara 1 Senja, maka yang meraih juara 2 dapat dipastikan adalah Fajar. Begitu pula sebaliknya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon qinaiza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
12. Pinjam ke Rentenir
Senja pulang seusai lomba dengan hati yang riang. Gadis bergigi gingsul itu tak sabar untuk menyerahkan uangnya kepada sang Bunda. Membantu meringankan bebannya.
"Bunda, Senja pulang..." ucap Senja sembari memasuki rumah dan matanya melihat kesana kemari mencari keberadaan Bunda nya.
"Iya nak" Bu Asri muncul dari dalam kamar dengan raut muka lelah.
"Bunda" panggilnya dengan suara khawatir.
"Bunda gak kenapa-kenapa kan ?" tanya Senja melihat kondisi Bunda nya seperti itu.
"Gak papa kok nak. Bunda cuma kecapekan aja." jawab Bu Asri dengan tersenyum.
"Oh iya Bun, ini uang buat bayar sewa bulanan." Senja menyerahkan amplop yang berisi hadiah lomba dan juga pemberian dari Fajar.
"Nggak usah nak, mending kamu pakai untuk keperluan kamu atau ditabung." tolak Bu Asri
"Nggak Bun... Ini buat bayar aja." kekeuh Senja agar Bunda nya mau menerima uang tersebut.
"Tapi itu uang dari jerih payah kamu belajar tekun dari mengikuti lomba. Lagipula, Bunda udah bayar kok."
"Emang Bunda dapat uang secepat itu darimana ?" tanya Senja terkejut dengan pernyataan sang Bunda barusan.
"Kamu gak perlu tau, yang penting sekarang udah lunas sayang. Kamu gak perlu pikirin soal itu lagi."
"Gak bisa gitu Bun. Bunda pokoknya kasih tau aku, darimana Bunda dapat uangnya."
"Nak, kamu... " belum sempat Bu Asri menyelesaikan perkataannya, namun sudah terpotong oleh Senja.
"Bunda, Senja mohon... Jujur sama Senja." Bu Asri menghela nafasnya melihat putri kesayangannya menatapnya dengan mata seperti itu. Ia tak sanggup untuk tak menuruti permintaan Senja.
"Oke, Bunda jujur sama kamu. Bunda dapat uang itu dari pinjam ke rentenir." Senja menatap Bunda nya tak percaya.
"Ya ampun Bunda... Kenapa harus ke rentenir. Bunda tau sendiri kan kalo cari pinjaman ke rentenir nanti balikinnya harus disertai bunga." Senja menatap perempuan paruh baya yang merawatnya sedari kecil dengan tatapan prihatin.
"Sebegitu desperate Bunda sampai harus meminjam uang kepada rentenir." batinnya sedih
"Bunda dapat uang pinjaman itu mulai kapan ?"
"5 hari yang lalu"
"Yaudah, mending sekarang kita langsung bayar ya Bun ke rentenirnya sebelum bunganya makin besar dan kita malah gak sanggup buat bayar." ajak Senja
"Tapi... "
"Please... Bunda jangan nolak ya." Bu Asri menyerah, ia menganggukkan kepalanya setuju.
...🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺...
"Nak, darimana kamu dapat uang sebanyak itu ?" tanya Bu Asri
Kini Senja dan Bu Asri sedang dalam perjalanan menuju ke rumah dengan jalan kaki. Karena memang, jarak rumah dengan tempat rentenir tidak terlalu jauh.
"Itu bukan sepenuhnya uang hadiah lomba Bunda. Separuhnya lagi dari teman Senja. Dia mau bantu katanya." jelas Senja yang dapat anggukan dari Bu Asri.
"Teman kamu baik ya nak. Anak nya yang kemarin-kemarin pernah jemput kamu buat berangkat sekolah bersama bukan ?" Senja speechless karena tebakan Bunda yang memang sangat tepat.
"Kok Bunda tau ?" Senja balik bertanya dan dibalas Bu Asri dengan senyuman membuat gadis itu mengerutkan dahi heran.
"Bunda pertama kali lihat teman kamu itu juga udah ngerasa kalo dia emang anak nya baik."
"Hmm, gitu ya Bun." Senja heran, kenapa dia tidak bisa merasakan kebaikan Fajar sebelum-sebelumnya. Dia malah telat menyadari dan baru saja merasakannya kemarin.
"Iya sayang" Bu Asri mengelus puncak kepala Senja dengan sayang.
"Oh ya Bun, kalo ada masalah ekonomi lagi, mending jangan minta bantuan rentenir deh. Sebisa mungkin kita jangan minjam uang ya Bun, biar Senja bantu Bunda buat berusaha nyari jalan keluarnya. Senja cuma gak mau masalah ekonomi kita makin terlilit." ucap Senja, tangannya meraih jemari sang Bunda dan mengecupnya.
"Iya sayang, Bunda gak akan begitu lagi. Makasih ya nak, Bunda beruntung banget punya anak kaya kamu."
"Senja lebih beruntung punya Bunda di hidup Senja. Kalo aja Senja gak ketemu Bunda, entah sekarang gimana hidup Senja, Senja gak tau. Bisa aja Senja ketemu orang jahat lantas dijadikan pengemis."
"Huss, kamu gak boleh ngomong gitu Senja."
Lalu Bu Asri menarik Senja ke dalam pelukan. Senja sendiri tak menolak dan malah gadis itu tak bisa membiarkan air matanya untuk tak terjatuh. Dirinya menangis karena membayangkan perkataannya barusan.
Bagaimana seandainya hal itu terjadi. Jika saja dirinya tidak dipertemukan sosok malaikat didedapannya ini. Maka dari itu ia benar-benar bersyukur memiliki Bu Asri dalam hidupnya.
Di seberang jalan seorang wanita paruh baya yang masih terlihat cantik menatap sendu ke arah Senja dan Bu Asri yang sedang berpelukan.
"Seandainya kamu ada, mungkin kamu seumuran dengan dia." gumamnya
"Bu, apa kita bisa melanjutkan perjalanan sekarang ?"
"Eh, iya Pak."
Perempuan tersebut mengusap air matanya yang membasahi pipi. Tangan kanannya memegang sebuah foto usang seorang bayi yang diambil dari dalam tasnya barusan.
Dirinya menatap foto tersebut dengan penuh kerinduan.