Season kedua dari Batas Kesabaran Seorang Istri.
Galen Haidar Bramantyo, anak pertama dari pasangan Elgar dan Aluna. Sudah tumbuh menjadi pemuda yang sangat tampan. Ia mewarisi semua ketampanan dari ayahnya.
Namun ketampanan juga kekayaan dari keluarganya tidak sanggup menaklukkan hati seorang gadis. Teman masa kecilnya, Safira. Cintanya bertepuk sebelah tangan, karena Safira hanya menganggap dirinya hanya sebatas adik. Padahal umur mereka hanya terpaut beberapa bulan saja. Hal itu berhasil membuat Galen patah hati, hingga membuatnya tidak mau lagi mengenal kata cinta.
Adakan seorang gadis yang mampu menata hati si pangeran es itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon echa wartuti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bertemu Lagi
PLETAK
"Awww!"
"Kucing siapa itu?" tanya Sam nyeleneh.
Seperti biasa Galen dan ketiga temannya berada di rooftop sekolah, pada jam istirahat. Mau apa lagi kalau bukan bergelut dengan batang bernikotin. Namun mereka justru dikejutkan dengan pekikan seseorang. Dari suaranya jelas itu seorang gadis.
Sebelumnya Sam melemparkan kaleng bekas minumannya ke sembarang tempat, setelah itu suara pekikan orang terdengar. Sepertinya kaleng itu mengenai seseorang.
"Aduh, sakit!"
"Siapa itu?" tanya Zayn.
"Siapa yang melempar kaleng sembarangan?" gerutu Lucyana masih belum menyadari akan keberadaan Galen dan ketiga temannya.
Suara kecil yang terdengar lembut itu mengalihkan pandangan ke empat pemuda itu. Pandangan mereka menemukan sosok yang rupanya siswi baru yang menjadi korban bullying Kania kemarin.
Lucyana keluar dari balik meja, sembari mengusap-usap keningnya. Ia lantas mengedarkan pandangannya, tidak sengaja melihat empat siswa laki-laki. Salah satunya Galen. Lucyana terpatri di tempat, melihat ke empat pemuda itu dari atas hingga bawah, dan kembali lagi melihat dari bawah hingga ke atas. Apa yang dilakukan oleh Lucyana memicu ke empat pemuda itu untuk mengikutinya. Kompak melihat Lucyana dengan tatapan heran.
Lucyana sendiri menilai penampilan ke empat anak laki-laki seperti siswa berandalan.
"Loh, Kakak yang kemarin tidak sengaja aku tabrak, 'kan?" ucap Lucyana seraya menunjuk ke arah Galen.
Ucapan Lucyana membuat Zayn, Sam, dan Alden kompak menoleh ke arah Galen.
Galen sendiri hanya berdiri tanpa ekspresi, tanpa melepaskan tatapannya dari Lucyana.
"Kalian ngapain di sini?" tanya Lucyana.
"Harusnya kami yang bertanya seperti itu padamu," balas Zayn membuat Lucyana meringis.
"Aaah itu … aku …?" Lucyana menggaruk kepalanya yang tidak terasa gatal. Bingung harus menjawab apa.
"Pergi dari sini," usir Galen.
"Gak mau," tolak Lucyana, membuat Zayn, Sam, dan Alden melongo. Sebelumnya tidak ada yang berani membantah seorang Galen. "Oh iya tadi siapa yang buang kaleng minuman sembarangan?"
Galen, Zayn, dan Alden kompak menunjuk Sam.
Sam yang mendapatkan tatapan horor dari Lucyana terkekeh bodoh, juga menunjuk jarinya yang membentuk huruf V.
"Sorry, gak sengaja," ucap Sam.
"Kalengnya kena kening aku tahu." Lucyana menunjukkan keningnya. Kulitnya yang putih membuat warna merah terlihat jelas di sana. "Sakit."
"Uluh, uluh, sakit ya? Sini Abang tiup." Sam mengayunkan langkah ke arah Lucyana, tetapi sebelum itu Galen lebih dulu menarik kerah seragam Sam untuk mencegah Sam melakukan hal itu.
"Pergi dari sini!" perintah Galen lagi pada Lucyana.
"Aku gak mau. Lagian ini tempat umum, kan?" tolak Lucyana.
"Ini bocil berani banget ya," tegur Alden.
"Mau pergi dengan suka rela atau mau dipaksa," ancam Galen.
"Selow, bro. Bocil itu," peringat Zayn, lebih tepatnya meledek Galen.
Galen peduli, jelas tidak.
Galen lebih tertarik terus menatap Lucyana, membuat tubuh gadis itu bergetar takut. Lucyana lantas menundukkan wajahnya, kedua tangannya meremas ujung rok, karena takut dengan tatapan tajam Galen yang seolah sedang mengintimidasi dirinya, juga suara yang berat penuh tekanan.
"Parah, Bos. Anak orang dibikin nangis." Sam meledek Galen dibalas dengkusan oleh Galen.
"Aku mau di sini dulu ya, Kak. Kalau aku turun, nanti Kak Kania ngebully aku lagi," ucap Lucyana disela isak tangisnya. "Dia masih dendam karena aku katanya godain pacarnya yang bernama Galen Haidar Bramantyo. Padahal aku anak baru, aku belum kenal siapa-siapa di sini. Apalagi sampai godain pacar orang," sambung Lucyana.
Zayn, Sam, dan Alden merasa kasihan melihat Lucyana menangis, tetapi tidak dengan Galen. Dia terkesan tidak peduli, padahal dirinya adalah penyebab Lucyana dibully. Galen memilih pergi, menjauh dari Lucyana juga ketiga temannya, ia merogoh saku celananya, mengambil bungkus rokok, lantas mengambil satu batang bernikotin dari dalamnya.
"Kalian merokok?" tanya Lucyana ketika melihat Galen sedang menikmati rokoknya.
"Kalau mau tetap di sini dan aman di sekolah ini diem, jangan jadi anak cepu," ucap Zayn membuat Lucyana meringis.
"I-ya," sahut Lucyana gagap diikuti anggukkan.
"Oh iya, nama aku Lucyana," ucap Lucyana ramah.
"Udah tahu," jawab Alden.
"Ck, ada orang kenalan jangan kaya gitu." Sam menoyor kepala Alden. "Jangan didengerin, Cil."
"Nama aku Lucyana, bukan bocil," protes Lucyana membuat Alden dan Zayn tertawa.
"Aku Zayn, dia Sam, dan yang ini Alden," ucap Zayn.
"Terus dia siapa?" Lucyana menunjuk ke arah Galen.
"Pangeran es," jawab Sam nyeleneh.
"Hah! Pangeran es? Itu benar namanya?" tanya Lucyana polos.
"Yang jelas bukan," ucap Zayn.
"Udah, Cil. Kamu diem-diem aja di sini," ucap Sam.
"Issh, udah aku bilang aku bukan bocil," protes Lucyana.
"Wajah kamu imut, makanya kaya bocil," ucap Sam membuat Lucyana mengerucutkan bibirnya sebal.
Zayn, Sam, dan Alden menyusul Galen lantas melakukan hal yang sama. Mereka duduk sambil tertawa dan juga saling mengejek seolah tidak memperdulikan keberadaan Lucyana.
"Len, kamu gak mau buat si Kania berhenti buat bully anak orang?" tanya Zayn. "Kasihan juga sih tuh anak. Apalagi penyebab para korban bully kebanyakan karena kamu."
"Pihak sekolah udah gak bisa bertindak. Sepertinya harus orang tua kamu yang bertindak," imbuh Alden.
Galen mendengkus kesal sebelum membuang rokoknya yang masih tersisa. "Orang tuaku gak ngurusin urusan sampah kek gini."
Perkataan Galen membuat semua orang diam. Berlanjut sampai bunyi bel masuk berbunyi.
"Bolos," ucap Galen disambut seruan setuju oleh ketiga temannya.
"Sudah masuk, kalian gak masuk?" tanya Lucyana tiba-tiba. Dia berdiri dengan kedua tangan berada di pinggangnya.
"Gak usah ikut campur. Balik sana!" usir Galen.
Itu bukan pertama kali mereka bolos, tetapi entah bagaimana nilai mereka bisa berada di atas rata-rata. Dan jawabannya pasti Galen. Galen bisa mendapatkan materi pelajaran bahkan sebelum diajarkan oleh guru. Belum lagi, sepertinya isi kepala Galen sudah disetel otomatis. Pertanyaan yang guru berikan langsung bisa dijawab oleh Galen tanpa dia harus berpikir lebih dulu.
"Ngapain masih berdiri di situ? Balik sana!" ucap Galen yang kembali membuat Lucyana meringis.
"Aku boleh minta tolong gak? Kalian tau yang namanya Galen?" tanya Lucyana ragu.
"Kenapa memangnya?" tanya Zayn.
"Ingin tahu saja orangnya yang mana. Mau minta tolong juga bilang ke Kania untuk gak bully aku lagi," ucap Lucyana memelas. "Aku cuma mau sekolah tenang di sini," imbuh Lucyana.
Zayn melirik ke arah Galen yang nampak tidak peduli. Padahal dia lah orang yang sedang mereka bicarakan.
"Percuma kamu bilang sama Galen. Dia gak akan peduli dengan hal itu. Lagian Galen bukan pacarnya si Kania. Kania nya saja yang ngaku-ngaku," ucap Sam.
"Beneran? Kakak gak bohong, 'kan?" tanya Lucyana sumringah.
"Eh nih bocil, tadi sedih sekarang senang," ucap Sam nyeleneh. "Bisa gitu ya."
"Beneran kan mereka tidak pacaran?" tanya Lucyana kembali ingin memastikan.
"Iya," jawab Alden.
"Kenapa memangnya? Seneng amat kamu, Cil?" Kini Sam yang bertanya.
"Iya, soalnya kalau nanti kak Kania mau bully, aku bisa lawan dan tinggal bilang jangan ngaku-ngaku pacaran sama laki-laki yang bernama Galen lagi," ucap Lucyana senang. "Ya udah, makasih ya, Kak. Aku masuk dulu. Kalian jangan sering bolos-bolos." Lucyana pergi seraya melambaikan tangannya ke arah mereka.
"Anak ajaib, Len. Gak mau kamu deketin tuh," saran Zayn.