Terikat Janji Dalam Kegelapan

Terikat Janji Dalam Kegelapan

1. Terseret Arus

Hujan mengguyur deras, menyelimuti malam dengan gemuruh petir dan angin yang menderu. Kaivan, dengan tangan kokoh menggenggam kemudi, berusaha fokus meski jarak pandang terbatas oleh guyuran air yang menghantam kaca mobil. Wajahnya yang rupawan nyaris tak terlihat, tersembunyi di balik rambut gondrong dan brewok tebal yang basah oleh keringat dingin.

"Sialan... jalan ini bahkan lebih buruk dari yang kuduga," gumam Kaivan sambil mengatur napasnya yang berat. Ia melirik arlojinya sejenak sebelum kembali memusatkan perhatian pada jalan sempit di depan.

"Kenapa harus malam ini, sih?" gumamnya, berharap mencapai tujuan sebelum jalanan semakin tak bersahabat.

Namun, tiba-tiba, dari arah berlawanan muncul sebuah mobil dengan kecepatan tinggi, nyaris tak terkendali. Lampu depannya menusuk kegelapan, melesat lurus ke arah Kaivan.

"Apa-apaan ini?! HEY!! Sial! Pelankan, bodoh!" teriak Kaivan sembari membanting setir. Tapi terlambat.

"BRAKKKK!!!"

Tabrakan keras terjadi. Tubuh Kaivan terhempas ke arah kemudi. Mobilnya terguncang hebat sebelum terjun bebas ke sungai yang meluap, ditelan arus deras bercampur lumpur dan sampah.

Dari mobil yang menabrak Kaivan, seorang pria berwajah dingin keluar membawa payung hitam. Ia melihat ke arah sungai dimana mobil Kaivan terjatuh. Ia nampak menghubungi seseorang. "Bos, saya sudah menabraknya hingga ia dan mobilnya jatuh ke sungai. Saya rasa, dia tak akan selamat."

Sementara itu Kaivan tersadar beberapa detik kemudian. Air mulai membanjiri mobil. Kepanikannya memuncak.

"Tidak! Aku harus keluar dari sini!" gumamnya. Ia meraih sabuk pengaman yang tersangkut, menarik dengan sekuat tenaga hingga akhirnya terlepas.

Air kini telah mencapai dadanya. Ia mendorong pintu, tapi tak bergerak. Dengan sisa tenaga, Kaivan menghantam kaca mobil menggunakan siku. Satu hantaman, dua hantaman. Pada pukulan ketiga, kaca pecah. Air seketika menyerbu masuk, Kaivan berusaha menarik tubuhnya keluar.

"ASTAGA!!" seru Kaivan saat tubuhnya terseret arus yang deras. Ia berusaha berenang, tapi sungai ini bukan air biasa. Lumpur, dahan, bahkan sampah rumah tangga mengalir bersamanya.

Di tengah usahanya untuk bertahan, kilatan petir menyinari sebuah batang pohon besar yang hanyut ke arahnya.

"Tidak mungkin... pohon sebesar itu?! Sial! Aku harus pergi dari sini!" Kaivan meronta melawan arus. Air menghantam wajah dan tubuhnya, mengaburkan penglihatannya.

Pohon itu semakin dekat, berputar seperti raksasa yang tak terhentikan.

"Arghhh!! Tidak!!" Kaivan berteriak, memaksakan tubuhnya bergerak ke samping. Tapi arus terlalu kuat. Ia terseret lebih dekat ke arah batang pohon yang berputar.

Dengan panik, Kaivan meraih sesuatu, ranting kecil yang tersangkut di tebing sungai. Ia menarik tubuhnya, namun ranting itu rapuh.

"Jangan patah... jangan patah...!" desahnya putus asa.

Tepat saat ranting itu patah, batang pohon besar menghantam Kaivan. Ia terhempas ke dalam pusaran sungai, mati-matian berusaha menyelamatkan diri, hingga akhirnya kehilangan arah dan kesadaran. Suara air dan petir menjadi satu-satunya saksi perjuangannya.

***

Mentari bersinar cerah setelah semalam hujan deras disertai kilat dan petir. Airin, gadis tercantik di desanya, berjalan ke arah sungai dengan membawa ember kecil yang digenggam erat. Langkahnya ringan, menyusuri jalan setapak yang masih basah oleh sisa hujan semalam. Di pinggangnya tergantung jala kecil buatan tangan neneknya, alat sederhana yang sering ia gunakan untuk menangkap ikan kecil di tepi sungai.

Setibanya di sana, Airin melongok ke dalam air keruh yang mulai tenang. Arusnya tak lagi mengamuk seperti semalam, tetapi beberapa ranting dan daun masih hanyut terbawa. Airin meletakkan ember di tanah, menggulung ujung celana kulotnya agar tak basah, lalu turun ke pinggir sungai dengan hati-hati.

"Setelah hujan deras semalam, pasti banyak ikan kecil terperangkap di tepian," gumamnya sambil memeriksa akar-akar pohon yang menjulur ke sungai. Jemarinya yang lentik dengan cekatan menggerakkan jala kecil itu, mencoba menangkap ikan-ikan yang berenang lambat di sela-sela akar.

Sebuah senyum tipis terulas di wajahnya ketika seekor ikan kecil bersisik perak masuk ke dalam jalanya. "Ah, lumayan untuk sarapan," bisiknya senang. Airin memasukkan ikan itu ke dalam ember dan melanjutkan pencariannya.

Namun, langkahnya tiba-tiba terhenti. Matanya menangkap sesuatu yang tersangkut di akar besar tak jauh darinya. Bukan ikan, melainkan sesuatu yang lebih besar dan aneh, sesosok tubuh manusia.

Airin terpaku. "Apa itu?" gumamnya dengan suara hampir tak terdengar. Jantungnya berdegup kencang. Ia melangkah mundur, tetapi rasa ingin tahu dan sisi kemanusiaannya memaksa dirinya untuk tetap berdiri di tempat. Sambil menahan napas, ia memicingkan mata, mencoba memastikan bahwa yang dilihatnya bukan sekadar ilusi akibat pantulan cahaya di air.

Airin mengusap matanya, memastikan apa yang dilihatnya bukan khayalan. Namun, bayangan itu tetap sama, sesosok tubuh pria yang tersangkut di akar besar tak jauh darinya. Wajahnya tertutup lumpur, dan tubuhnya setengah terendam air keruh. Jantung Airin berdebar kencang. Ketakutan menyelimutinya, tetapi ia tak bisa beranjak.

"Astaga... manusia?!" bisiknya dengan napas tercekat. Ia berdiri terpaku, matanya tak bisa berpaling dari sosok tersebut.

Ketika aliran sungai yang tenang memutar tubuh pria itu sedikit, Airin melihat ada luka di pelipisnya. Sosok itu tak bergerak, tetapi ada sesuatu yang mendorongnya untuk memastikan. "Apakah dia masih hidup? Ya Tuhan ... apa yang harus aku lakukan?" gumamnya lirih sambil menggigit bibir, mencoba menenangkan gemetar di tangannya. Ia memandang sekitar, berharap ada orang lain yang lewat, tetapi hutan di sekitarnya hanya diam. Suara gemericik air dan kicau burung terdengar seakan mengejek keberadaannya yang sendirian.

Dengan mengumpulkan keberanian, Airin melangkah mendekat. "Semoga dia masih hidup," bisiknya dengan doa yang ia panjatkan di dalam hati.

Airin menahan napas saat sampai di dekat sosok itu. Tangannya yang gemetar menyentuh bahu pria tersebut. "Hei... apa kau mendengarku?" panggilnya lirih. Tidak ada jawaban.

Ia mencoba menggoyangkan tubuh pria itu sedikit, lalu menempelkan dua jari di lehernya. Airin terkejut mendapati denyut nadi yang lemah tetapi ada. Matanya melebar, perasaan lega bercampur panik.

"Masih hidup!" Airin bergumam dengan suara bergetar. Ia berpikir sejenak, ia tak mungkin meninggalkan pria ini di sini untuk mencari bantuan. Bisa saja nanti pria ini terhanyut lagi saat ia tinggalkan. Airin menarik napas panjang, lalu menggigit bibirnya, menatap tubuh besar pria itu dengan ragu.

"Aku tidak bisa meninggalkanmu di sini," gumamnya, mencoba meyakinkan dirinya sendiri. Dengan tenaga dan keberanian yang ia miliki, Airin mulai menarik tubuh pria itu ke arah daratan, meski arus sungai sesekali menghalangi.

Airin berhasil menyeret tubuh pria itu ke tepi sungai. Napasnya tersengal, keringat bercucuran meski udara pagi masih dingin. Ia berlutut di sampingnya, menepuk pipi pria itu dengan lembut. "Hei... bangun, tolong sadarlah," katanya panik, berusaha tidak membiarkan rasa takut menguasainya.

Ia memeriksa pernapasan pria itu lagi. Masih ada, meski lemah. Airin mengusap wajahnya yang basah oleh lumpur, berharap tetesan air di kulitnya dapat sedikit menyegarkan. "Ayolah, kamu tidak boleh mati di sini!"

Perlahan, pria itu mulai menggeliat. Airin menahan napas, matanya melebar saat melihat kelopak mata pria itu berkedut. Kemudian, sepasang mata yang redup terbuka, meski pandangannya tampak kosong.

"Kamu sudah sadar? Bagaimana rasanya? Apa kamu terluka parah?" tanya Airin cepat, tubuhnya sedikit condong ke depan.

Pria itu mengerang pelan, mencoba mengangkat tangan, tetapi tubuhnya terlalu lemah. "Di mana aku?" gumamnya dengan suara serak, hampir tak terdengar.

"Kamu di pinggir sungai. Aku menemukanmu tersangkut di akar pohon. Kamu masih ingat apa yang terjadi?" tanya Airin sambil menggenggam tangan pria itu, mencoba memberinya rasa tenang.

Pria yang tak lain adalah Kaivan, yang baru sadar, meraba-raba udara dengan tangannya. Kepalanya bergerak, matanya terbuka lebar, tetapi tak memandang Airin. "Gelap... kenapa gelap sekali? Lampu... mana lampunya?"

"Lampu?"

...🌸❤️🌸...

.

To be continued

Terpopuler

Comments

abimasta

abimasta

adakah yg mengingat kaivan anak siapa?

2024-11-28

1

Dwi Winarni Wina

Dwi Winarni Wina

Hadiiiiir dan nyimak kak Nara maaf ya baru mampir novelnya bagus bagus menarik....

2024-12-08

1

💜🌷halunya jimin n suga🌷💜

💜🌷halunya jimin n suga🌷💜

walaupun novelmu udah emak baca semua tetap aja lupa kaivan anak siape .....aku bukn pengingat yg handal tor....tapi aku peniru yg sukses hehehehe .....

2024-11-28

2

lihat semua
Episodes
1 1. Terseret Arus
2 2. Tak Mengungkapkan Jati Diri
3 3. Kericuhan Karena Kaivan
4 4. Hasil Pemeriksaan
5 5. Masih Waspada
6 6. Sang Juragan
7 7. Serba Salah
8 8. Keputusan Dadakan Airin
9 9. Wongso Tidak Sabar
10 10. Pernikahan Dadakan
11 11. Canggung
12 12. Dianggap Guling
13 13. Samar
14 14. Jam Tangan
15 15. Pergolakan Batin
16 16. DSSD
17 17. Siapa Dia Sebenarnya?
18 18. Tetap Perhatian
19 19. Penantian Wongso
20 20. Tantangan Terbuka
21 21. Babak Belur
22 22. Kagum dan Curiga
23 23. Rencana Airin
24 24. Takut Kehilangan
25 25. Pertanyaan Airin
26 26. Meminta Bantuan
27 27. Permintaan Maaf
28 28. Saling Memahami
29 29. Kabar Wongso
30 30. Membela
31 31. Ingin Lebih Lama
32 32. Kekacauan di Pagi Hari
33 33. Pengacau Hati
34 34. Pelukan
35 35. Takjub
36 36. Sederhana, Tapi Romantis
37 37. Menguping
38 38. Hati yang Terusik
39 39. Supar dan Tiga Istri Wongso
40 40. Pertanyaan yang Menganggu
41 41. Pemandangan yang Sulit Diabaikan
42 42. Diam-diam Dendam
43 43. Rumit
44 44. Aksi Tiga Ibu-ibu
45 45. Orang Dibalik Layar
46 46. Panggilan
47 47. Mencari Bantuan
48 48. Wongso dan Aparat
49 49. Wongso Goyah
50 50. Strategi Kaivan
51 51. Murka
52 52. Pindah
53 53. Langkah Terakhir Kaivan
54 54. Firasat
55 55. Prasangka Airin
56 56. Badai yang Akan Datang
57 57. Meninggal
58 58. Tertembak
59 59. Banjir
60 60. Sadar
61 61. Semakin Dingin
62 62. Rahasia Sang Ibu Susu
63 63. Menghindari Rumah
64 64. Merubah Penampilan
65 65. Biasakan
66 66. Rasa Aneh
67 67. Hanya Formalitas
68 68. Jealous
69 69. Panggilan Penuh Rindu
70 70. Panik
71 71. Terasa Begitu Mirip
72 72. Baru Menyadari
73 73. Detail
74 74. Hanya Penonton
75 75. Protektif
76 76. Pertanyaan
77 77. Rencana
78 78. Malam Istimewa
79 79. Talas Terkena Panas
80 80. Mengusut
81 81. Balas Dendam Kaivan
82 82. Semua Menerima Akibat
83 83. Tak Punya Pilihan
84 84. Persiapan Pulang
85 85. Tanda Tanya
86 86. Orang Luar
87 87. Latar Belakang
88 88. Sudah Selesai?
89 89. Hanya Sekali
90 90. Masalah Baru di Pagi Hari
91 91. Benar-benar Serius
92 92. Gagal Fokus
93 93. Dimanjakan
94 94. Tidak Ada Apa-apanya
95 95. Penyelidikan
96 96. Ganti Strategi
97 97. Disha dan Nesha
98 98. Bersilang Pendapat
99 99. Kecemburuan di Meja Makan
100 100. Efek Domino
Episodes

Updated 100 Episodes

1
1. Terseret Arus
2
2. Tak Mengungkapkan Jati Diri
3
3. Kericuhan Karena Kaivan
4
4. Hasil Pemeriksaan
5
5. Masih Waspada
6
6. Sang Juragan
7
7. Serba Salah
8
8. Keputusan Dadakan Airin
9
9. Wongso Tidak Sabar
10
10. Pernikahan Dadakan
11
11. Canggung
12
12. Dianggap Guling
13
13. Samar
14
14. Jam Tangan
15
15. Pergolakan Batin
16
16. DSSD
17
17. Siapa Dia Sebenarnya?
18
18. Tetap Perhatian
19
19. Penantian Wongso
20
20. Tantangan Terbuka
21
21. Babak Belur
22
22. Kagum dan Curiga
23
23. Rencana Airin
24
24. Takut Kehilangan
25
25. Pertanyaan Airin
26
26. Meminta Bantuan
27
27. Permintaan Maaf
28
28. Saling Memahami
29
29. Kabar Wongso
30
30. Membela
31
31. Ingin Lebih Lama
32
32. Kekacauan di Pagi Hari
33
33. Pengacau Hati
34
34. Pelukan
35
35. Takjub
36
36. Sederhana, Tapi Romantis
37
37. Menguping
38
38. Hati yang Terusik
39
39. Supar dan Tiga Istri Wongso
40
40. Pertanyaan yang Menganggu
41
41. Pemandangan yang Sulit Diabaikan
42
42. Diam-diam Dendam
43
43. Rumit
44
44. Aksi Tiga Ibu-ibu
45
45. Orang Dibalik Layar
46
46. Panggilan
47
47. Mencari Bantuan
48
48. Wongso dan Aparat
49
49. Wongso Goyah
50
50. Strategi Kaivan
51
51. Murka
52
52. Pindah
53
53. Langkah Terakhir Kaivan
54
54. Firasat
55
55. Prasangka Airin
56
56. Badai yang Akan Datang
57
57. Meninggal
58
58. Tertembak
59
59. Banjir
60
60. Sadar
61
61. Semakin Dingin
62
62. Rahasia Sang Ibu Susu
63
63. Menghindari Rumah
64
64. Merubah Penampilan
65
65. Biasakan
66
66. Rasa Aneh
67
67. Hanya Formalitas
68
68. Jealous
69
69. Panggilan Penuh Rindu
70
70. Panik
71
71. Terasa Begitu Mirip
72
72. Baru Menyadari
73
73. Detail
74
74. Hanya Penonton
75
75. Protektif
76
76. Pertanyaan
77
77. Rencana
78
78. Malam Istimewa
79
79. Talas Terkena Panas
80
80. Mengusut
81
81. Balas Dendam Kaivan
82
82. Semua Menerima Akibat
83
83. Tak Punya Pilihan
84
84. Persiapan Pulang
85
85. Tanda Tanya
86
86. Orang Luar
87
87. Latar Belakang
88
88. Sudah Selesai?
89
89. Hanya Sekali
90
90. Masalah Baru di Pagi Hari
91
91. Benar-benar Serius
92
92. Gagal Fokus
93
93. Dimanjakan
94
94. Tidak Ada Apa-apanya
95
95. Penyelidikan
96
96. Ganti Strategi
97
97. Disha dan Nesha
98
98. Bersilang Pendapat
99
99. Kecemburuan di Meja Makan
100
100. Efek Domino

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!