NovelToon NovelToon
Logika & Hati

Logika & Hati

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Cintamanis / Cinta Seiring Waktu / Teman lama bertemu kembali / Slice of Life
Popularitas:433
Nilai: 5
Nama Author: Arifu

Rehan, seorang sarjana Fisika, tinggal di Jakarta dan mengandalkan logika dalam segala hal. Suatu malam hujan, ia berteduh di sebuah warkop dan bertemu Dinda, seorang pelayan yang cantik dan ramah. Rehan merasa ada sesuatu yang berbeda, tetapi ia tidak percaya pada perasaannya. Untuk membuktikan apakah perasaan itu nyata, Rehan memutuskan untuk melakukan eksperimen ilmiah tentang cinta, menggunakan prinsip-prinsip sains yang ia kuasai.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arifu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Persaingan ide

Bayu duduk dengan tubuh tegap di kursi debat, matanya berkeliling, mencoba mengatur pernapasan. Suara riuh penonton yang berada di sisi ruangan mulai mereda. Ada suasana tegang yang menghiasi ruangan besar ini. Hari ini adalah ajang debat filsafat tingkat kecamatan yang diadakan oleh kampus mereka, dan ini adalah pertama kalinya Bayu ikut serta dalam acara sebesar ini. Riko, Adit, dan Dimas sudah duduk di barisan penonton, memberi dukungan penuh.

Di hadapannya, lawan debatnya kali ini bukanlah orang sembarangan. Mereka adalah mahasiswa-mahasiswa dari universitas terkemuka, yang tidak hanya tajam dalam argumen, tetapi juga sangat berpengalaman dalam berbicara di depan umum. Ada Ardi dari Universitas Swasta Jakarta yang terkenal dengan kepiawaiannya berbicara tentang relativisme, ada juga Anya dari Universitas Negeri Bandung yang dikenal sebagai seorang pemikir yang sering membahas fenomena sosial dalam konteks filsafat eksistensial.

Moderator, seorang dosen filsafat yang dikenal sangat bijak dan penuh pengalaman, memberikan pengantar singkat. “Selamat datang di Debat Filsafat Tingkat Kecamatan. Tema kita hari ini adalah, ‘Kebenaran dalam Perspektif: Apakah ada kebenaran yang mutlak?’ Para peserta diharapkan dapat menyampaikan argumen dengan baik dan berinteraksi dengan sehat. Sekarang, kita mulai dengan pembicara pertama, Ardi.”

Ardi, mahasiswa yang berasal dari Universitas Swasta Jakarta, segera berdiri. Dia mengenakan jas hitam dan dasi yang terikat rapi. Wajahnya tenang, namun ada senyum penuh percaya diri di sudut bibirnya. “Kebenaran, menurut saya,” katanya dengan suara yang lantang, “adalah sesuatu yang sangat subjektif. Seperti yang pernah disampaikan oleh Heraklitus, ‘Panta Rhei’—semua hal berubah. Maka dari itu, kebenaran itu tidak bisa tetap. Kebenaran selalu berubah sesuai dengan konteks dan waktu.”

Dia melanjutkan dengan memperkenalkan pandangan relativisme yang mendalam. Bayu mendengarkan dengan penuh perhatian, berusaha memahami posisi lawannya, namun dalam hatinya, ada keraguan. Apakah benar kebenaran itu berubah-ubah, atau ada prinsip universal yang tetap ada? Bayu tahu, ini adalah kesempatan baginya untuk berbicara tentang kebenaran yang lebih besar.

Tiba gilirannya untuk berbicara. Bayu berdiri dari tempat duduknya dengan tenang, menyadari bahwa semua mata kini tertuju padanya. Ia bisa mendengar detak jantungnya yang berdegup kencang, namun ia berusaha untuk tetap fokus.

“Menurut saya,” Bayu mulai, suara sedikit gemetar meskipun ia berusaha tampil tegas, “kebenaran bukan sekadar soal relativitas atau perubahan. Kebenaran, dalam pandangan saya, memiliki dimensi yang lebih dalam. Seperti yang Plato jelaskan dalam teori dunia ide, kita hidup dalam bayangan, dalam dunia persepsi. Kita bisa berdebat soal apakah kebenaran itu mutlak, tapi pada akhirnya, kita hanya bisa mendekati bentuk kebenaran yang lebih tinggi.”

Bayu berhenti sejenak, mencari kata-kata yang lebih tepat. “Menurut saya, relativisme itu terjebak dalam batasan manusia. Ya, kita bisa mengatakan bahwa kebenaran itu berbeda bagi setiap orang, tapi itu hanya karena persepsi kita yang terbatas. Untuk bisa memahami kebenaran yang lebih besar, kita harus mampu melihat melampaui dunia material ini dan mencari bentuk idealnya.”

Bayu menatap Ardi, yang tampak tidak terlalu terkejut dengan argumennya. “Kebenaran yang mutlak, bagi saya, ada di luar jangkauan kita yang terbatas. Tapi, itu bukan alasan untuk berhenti mencarinya. Seperti yang diajarkan oleh Socrates, ‘Aku tahu bahwa aku tidak tahu.’ Itu artinya kita harus terus mencari, terus mempertanyakan apa yang kita anggap benar. Dan mungkin, di situlah kebenaran sejati berada.”

Mendengar Bayu berbicara, beberapa penonton tampak tercengang. Dimas dan Adit di bangku penonton menyeringai. Mereka tahu bahwa Bayu mungkin belum bisa berbicara dengan sangat lancar, tapi dia berhasil menunjukkan pemikiran yang dalam dan kuat.

Namun, Ardi segera membalas dengan percaya diri. “Bayu, apa yang kamu sampaikan memang menarik, tetapi kamu mengabaikan kenyataan bahwa kebenaran kita itu selalu dibentuk oleh pengalaman kita. Kita tidak bisa mengabaikan konteks sosial dan budaya dalam memahami apa yang benar. Seperti Nietzsche katakan, ‘Kebenaran adalah ilusi yang kita lupakan bahwa itu adalah ilusi.’ Artinya, segala sesuatu yang kita anggap sebagai kebenaran adalah hasil dari konstruksi kita sendiri.”

Bayu menarik napas dalam-dalam. Kali ini, dia tahu bahwa ini adalah momen yang menentukan. Ia tidak bisa hanya melontarkan argumen tanpa dukungan pemikiran yang kuat. “Relativisme yang kamu sebutkan, Ardi, benar adanya dalam banyak hal. Tapi bagaimana jika kita hidup tanpa adanya prinsip yang tetap? Apa yang membedakan kita dengan hewan yang hanya hidup mengikuti insting jika kita tidak memiliki satu kebenaran yang bisa kita pegang?”

Bayu melihat beberapa penonton mulai mencerna kata-katanya. “Saya tidak mengatakan bahwa kita harus menerima kebenaran mutlak dalam pengertian dogmatis. Namun, kita butuh titik awal, sebuah dasar untuk bisa membedakan antara yang benar dan yang salah. Kita butuh kebenaran yang lebih tinggi, sebagaimana diajarkan oleh para filsuf besar, yang melampaui sekadar kenyataan sehari-hari yang kita lihat.”

Tiba-tiba, Anya, seorang mahasiswa dari Universitas Negeri Bandung, berdiri dan mengangkat tangan, tampak ingin ikut memberikan argumennya. “Bayu,” katanya dengan suara penuh tantangan, “Lo bicara tentang kebenaran yang lebih tinggi dan ideal, tapi apakah lo tidak melihat bahwa kebenaran yang kita bicarakan ini adalah sesuatu yang harus dipahami dalam konteks kehidupan nyata? Kalau kita hanya berfokus pada kebenaran yang abstrak, kita bisa kehilangan arah di dunia ini.”

Bayu menatap Anya dengan serius. “Apa yang kamu katakan benar, Anya. Tapi apakah kita hanya akan terjebak pada apa yang bisa kita lihat dan rasakan? Kita tidak bisa hanya bergantung pada apa yang kita terima sebagai kebenaran sementara. Kita harus bisa melihat jauh di luar itu.”

Suasana ruangan semakin memanas. Para penonton semakin intens mendengarkan argumen yang muncul. Bahkan Riko, yang biasanya tak terlalu peduli dengan hal-hal seperti ini, kini memperhatikan Bayu dengan wajah serius.

Moderator akhirnya menginterupsi, memberikan kesempatan bagi peserta lain untuk memberikan tanggapan. Meskipun debat ini belum berakhir, Bayu merasa ada sebuah perubahan dalam dirinya. Setiap argumen yang dia lontarkan bukan hanya soal memenangkan debat ini, tetapi juga tentang memahami dirinya lebih dalam.

Bab ini menunjukkan bagaimana Bayu harus menghadapi debat yang semakin intens dengan lebih banyak peserta yang memiliki argumen yang kuat, serta bagaimana ia semakin memahami peranannya dalam pencarian kebenaran. Dialog filsafat yang dia gunakan menunjukkan sisi intelektualnya, tetapi juga membuka kesempatan bagi Bayu untuk menggali perasaan dan pemikirannya lebih dalam.

1
pisanksalto
bagus tata kalimatnya. dialognya juga enak, ngalir. cuma tiap pergantian scen entah kenapa kurang mulus rasanya. tp overall ok. aku penasaran sama masa kecil bayu dan rara
Arifu: Terima kasih, tapi kak mohon maaf untuk cerita ini mau saya hapus, kakak mungkin bisa cari yang lain di profil saya, siapa tau suka dengan cerita yang lain
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!