Asyifa rela jadi adik madu dari Naura, wanita cantik yang bersosialita tinggi demi pendidikan yang layak untuk kedua adiknya. Hanya saja, Adrian menolak ide gila dari Naura. Jangankan menyentuh Asyifa, Adrian malah tidak mau menemui Asyifa selama enam bulan setelah menikahinya secara siri menjadi istri kedua. Lantas, mampukah Asyifa menyadarkan Adrian bahwa keduanya adalah korban dari perjanjian egois Naura, sang istri pertama?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hany Honey, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Delapan Belas - Godaan
“Kenapa, Ra? Kaget ada Mukenah milik Asyifa di sini?” ucap Adrian.
“Kamu membawa Asyifa ke mana, kok ada Mukenahnya dia?” selidik Naura.
“Kamu yang nyuruh aku bersama Asyifa, kan? Jadi aku bebas membawa Asyifa ke mana pun aku pergi, salah satunya menemaniku untuk menghadiri undangan bisnis, dan aku kenalkan dia adalah istri keduaku,” ucap Adrian.
Bak tersambar petir di siang bolong, mendengar ucapan suaminya sesantai itu tentang Asyifa. Bukan ini yang Naura harapkan, ia ingin Adrian meniduri Asyifa saja, supaya Asyifa hamil, lalu anaknya akan ia akui sebagai anak dirinya dengan Adrian. Pernikahan Adrian dengan Asyifa pun dirahasiakan Naura dari kerabat Adrian, juga keluarga Adrian dan keluarga dirinya.
“Aku gak salah dengar, Mas?” tanya Naura dengan suara bergetar.
Sebetulnya Adrian sama sekali tidak membawa Asyifa dan mengenalkannya pada rekan bisnisnya sebagai istri kedua. Ia hanya mengajak jalan Asyifa, mengajak belanja, lalu mengantar Asyifa menemui adik-adiknya di rumah. Mukenah itu Asyifa bawa dari rumahnya, karena waktu pulang dari rumah adiknya saat menjelang Magrib, jadi Asyifa membawa mukenah untuk jaga-jaga barangkali terkena macet di jalan jadi terlambat salat.
“Gak usah nangis gitu, Ra! Kamu yang minta, aku sudah menolak, aku sudah protes selama enam bulan kalau aku tidak mau melakukan hal konyol yang kamu inginkan, tapi ternyata kamu tetap kekeh dengan pendirianmu, memintaku untuk bersama Asyifa, aku sudah bilang, jangan kau sesali, dan kau harus terima jika aku sampai terpikat dengan wanita pilihanmu itu!”
Air mata Naura semakin berderai mendengar pernyataan Adrian barusan. Adrian meraih tangan Naura, mengajaknya masuk ke dalam Masjid. Tidak ada penolakan pada Naura, ia menuruti suaminya itu.
“Kamu mau Salat? Kalau mau wudhu lah di sana, kita Salat berjamaah,” ucap Adrian.
Naura hanya mengangguk, entah kenapa dia malah memutuskan untuk ikut salat dengan Adrian. Naura bergegas masuk ke dalam masjid. Ia tidak tahu apa-apa, jangankan bacaan Salat, gerakan Salat saja ia lupa. Benar-benar buta sekali, tidak pernah memikirkan akhirat, Naura hanya fokus pada dunia saja dari sejak ia kecil.
“Sudah dipakai mukenahnya?” tanya Adrian.
“Sudah, tapi aku tidak bisa apa-apa, Mas. Aku hanya bisa Surah Alfatihah saja, dan Al-Ikhlas,” ucap Naura.
“Baca sebisamu, kamu ikuti aku, aku adalah imammu,” ucap Adrian.
Naura ikuti kata Adrian. Ia kali ini benar-benar tidak membantah Adrian sama sekali, hatinya benar-benar bedebar melakukan hal semacam ini, terlebih melihat Adrian yang berubah drastis dalam satu bulan ini.
Setelah selesai, Adrian memutar tubuhnya untuk duduk meghadap Naura. Ia ulurkan tangannya, dan Naura pun mencium tangan Adrian. Baru kali ini Naura kembali melakukan itu, mencium tangan suaminya.
**
Sesampainya di rumah Naura, Adrian masuk ke dalam kamarnya. Kamar yang selama sebulan tidak ia tempati, karena selama satu bulan dia berada di rumah Asyifa. Adrian membuka lemari, ia ingin mengganti pakaiannya, karena merasa sudah tidak nyaman untuk dipakai.
“Mas?” panggil Naura.
Naura berjalan menghampiri Adrian yang sedang membuka satu persatu kancing kemejanya, hingga memperlihatkan tubuh atletis Adrian yang begitu menggoda.
“Aku kangen, sudah satu bulan aku tidak bermanja, Mas,” bisiknya menggoda.
Adrian memejamkan matanya, mencoba menahan diri saat jari lentik Naura dengan lembut menyusuri dada bidangnya. Bibir Naura pun tidak mau kalah, dikecupnya setiap jengkal dada dan leher Adrian.
“Naura, stop!” Tangan Adrian reflek mencengkeram tangan Naura saat tangan Naura mulai menjalar ke bawah, hendak menyentuh benda pusaka yang mulai mengeras.
“Kenapa?” tanya Naura.
“Aku capek, Ra!” Adrian langsung berlalu begitu saja, mengambil handuk, dan masuk ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya.
Adrian langsung mengguyur tubuhnya di bawah air shower. Ia berharap, dinginnya air bisa meredakan gejolak hasratnya yang muali tersulut karena sentuhan yang Naura berikan tadi. Adrian bingung sendiri terhadap dirinya. Ia sangat kecewa dengan Naura, tapi dengan bodohnya tubuhnya malah merespon sentuhan liar Naura
Adrian mengangat wajahnya, ia menutup matanya membiarkan wajahnya terkena derasnya air shower yang mengucur. Ia menyugar rambutnya, dan terlintas bayangan Asyifa hadir, teringat pula apa yang ia lakukan dengan Asyifa di kamar mandi, adegan panas yang membuatnya berkali-kali mandi junub siang itu.
“Asyifa ...,” gumam Adrian.
Kedua mata Adrian terbuka lebar, saat ia merasakan tubuh polos seorang wanita menempel pada tubuhnya. Tubuh siapa lagi kalau bukan tubuh Naura yang seksi dan menggoda.
“Mau apa kamu, Ta!” tanya Adrian dengan sarkas. Meski ia sedang menahan gejolak hasratnya yang sedang mambara, tapi dalam hatinya ia tidak mau menyalurkan hasrat itu dengan Naura.
“Aku kangen, ayo main di sini, Mas? Aku kangen tubuh seksimu menguasai tubuhku dengan perkasa,” Naura mulai menyentuh bagian sensitif di tubuh Adrian untuk membangkitkan hasrat suaminya.
Adrian tersenyum sinis melihat tatapan Naura yang sayu seakan memohon untuk dikuasai tubuhnya. “Percuma saja melakukannya, kamu saja tidak mau hamil!” sarkas Adrian.
Namun itu tidak membuat Naura sakit hati, toh memang Naura tidak mau hamil, mau bagaimana lagi? “Sudah ada Asyifa yang bertugas untuk memberikan kamu keturunan, kenapa minta aku, Mas?” ucap Naura, dan terus menggoda Adrian dengan gerakan sensual yang benar-benar membuat hasrat Adrian semakin memberontak.
Dengan senang hati Adrian memenuhi keinginan Naura. Adrian langsung menarik tengkuk Naura, menyesap bibir Naura dengan sangat ganas dan kasar, membuat Naura kesulitan mengimbangi kuatnya sesapan yang dilakukan Adrian.
Adrian bermain sedikit kasar. Ia langsung mendorong tubuh Naura dengan kuat, hingga Naura terpekik karena punggungnya sakit terbentur dinding. Adrian kembali melahap bibir Naura dengan Rakus, meremas kedua bukit kembarnya dengan kasar, hingga Naura sesak karena kehabisan oksigen untuk bernapas. Naura memukul tubuh Adrian, supaya Adrian memberikan jeda ciumannya.
Adrian tidak peduli dengan teriakan dan rintihan Naura yang kesakitan. Adrian terus menghujam miliknya pada milik Naura dengan kasar dan kuat. Mungkin Naura akan merasakan nikmat berada di posisi seperti ini, kalau Adrian melakukan pemanasan yang benar seperti biasanya. Akan tetapi tidak ada pemanasan yang menggairahkan, Adrian langsung melesakkan intinya pada inti Naura hingga Naura merasakan sakit sekali.
“Sa—sakit, Mas,” lirih Naura dengan mengusap wajahnya yang basah karena air, dan juga air matanya yang dari tadi mengalir deras karena kesakitan. “Tapi aku sangat puas sekali, pelepasan kali ini benar-benar unik rasanya, Mas,” ucap Naura dengan terengah.
Naura masih merasakan miliknya berdenyut walau milik Adrian sudah tidak berada di dalam miliknya. “Kamu belum keluar kan, Mas? Ayo sekarang giliran aku yang membantu Mas, supaya sama-sama puasnya.”
“Tidak usah!” Adrian malah bergegas membersihkan diri, ia ingin cepat-cepat keluar dari dalam kamar mandi.
“Apa Mas tidak ingin merasakan pelepasan yang sangat luar biasa sekali seperti aku tadi? Aku akan melakukan hal yang sama, seperti yang Mas lakukan padaku tadi, sakit dan sangat nikmat. Mari kita lakukan lagi, aku ingin kenikmatan itu juga Mas rasakan,” rayu Naura.
“Kau ingin membuatku mengeluarkan hasratku?” tanya Adrian.
“Tentu saja, biar mas lega, dan tidak pusing,” jawabnya.
“Untuk apa dikeluarkan? Kalau pada akhirnya akan terbuang sia-sia karena tidak akan pernah membentuk bayi mungil? Aku akan keluarkan pada seseorang yang akan memberiku bayi mungil!” sarkas Adrian.
Adrian langsung mendorong tubuh Naura agar Naura tidak lagi menyentuh tubuhnya. Naura menangis, entah kenapa suaminya berubah menjadi kasar, padahal saat tadi di Masjid, salat bersama, Adrian begitu lembut, dan tatapannya sangat meneduhkan.
dr ibu pertma anaknya 4 perempuan smua
dr ibu kedua anaknya 2 laki2 smua.
SMP skrang smua anak2 sudah berkeluarga dan mereka tampak akuuur bgt.. sering liburan bareng.
salut si sma yg bisa kaya bgtu,
jdi laki ko serakah ga ada tuh perempuan yg bnr" ikhlas d madu toh rasa nya kaya racun pergi ja lh Asyifa dari pada makin sakit mana ga berdarah itu lebih berbahaya