MOHON BACA CERITA SEBELUMNYA ( Cerita dibalik seragam SMA) agar kalian tahu alurnya.
Sebuah tragedi 10 tahun yang lalu sangat meninggalkan luka yang mendalam. Kehilangan istri tercinta dengan sangat tiba-tiba membuat Elvin Zayyan Pradipta kehilangan semangat hidupnya.
Keinginan untuk mengakhiri hidup selalu berada di benaknya, namun ia harus bangkit demi sang putra, Jun Seo.
Kematian sang istri telah menjadi misteri. Tidak ada yang tahu seperti apa hingga istrinya bisa jatuh ke jurang.
*
Ketika Elvin tengah mencari tahu sebuah kasus yang terjadi bersama para bawahan grandma, saat itu pula ia harus kehilangan sang putra angkatnya, Jun Seo. Untuk kedua kalinya ia harus hancur kembali.
Namun sebuah hal mencengangkan terjadi, ia menemukan seseorang menjadi bahan percobaan ekstrim oleh pria yang ia kenal sebagai orang tua dari temannya.
Hal gila itu tidak mempunyai membuatnya berkata-kata melihat keadaannya yang sungguh membuat tubuhnya hancur berkeping-keping.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yaya haswa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
CRDT 16
Siang itu di kantor, Elvin seperti biasanya tengah berkutat dengan kerjaannya. Hidungnya bertengger kaca mata baca, menatap fokus layar komputer miliknya. Hingga deringan ponsel mengalihkan perhatiannya.
"Bintang " gumamnya ketika melihat nama yang tertera di layar.
📳
📱"Halo kak.......
📱Dor....dor...
"Di mana kalian?" tanya Elvin panik ketika mendengar suara tembakan dari seberang telpon. Ia seketika berdiri dengan wajah panik.
📱"Ada orang yang menembak mobil kami, kak. Kami gak bisa pergi karena ban mobil pecah"
"Tunggu disana!! Jangan matikan telponnya!!" ucap Elvin seraya keluar dari ruangannya. Ia belum mematikan sambungan telponnya.
" Fa'is.... telepon polisi. Perintahkan untuk mengikuti titik GPS ku!!" perintah Elvin pada tangan kanannya.
"Baik" sahut Fa'is.
Elvin segera ketitik lokasi dimana keberadaan Bintang dan yang lainnya. Dalam keadaan seperti ini, ia butuh bantuan para bodyguard, namun tidak bisa karena semuanya sudah kembali ke negara K. Mengabari sekarang pun tidak akan sampai. Jalan satu-satunya adalah polisi yang bisa membantu.
.
.
.
.
Disisi Bintang, Jun dan Anggitha . Mereka masih berada di dalam mobil untuk melindungi diri.
Dor
Dor
Kaca bagian depan di samping kemudi dan kaca di bagian belakang tepat di belakang kemudi pecah.
"Arkhh...." teriak Anggitha .
Anggitha memeluk Jun yang tampak bergetar. Menghadapi situasi seperti ini memang menakutkan, apalagi mereka tidak memiliki senjata apapun.
"Keluar!!" suara dingin dan penuh intimidasi itu terdengar tiba-tiba di dekat mereka. Anggitha dan Bintang mendongak melihat suara siapa itu.
Dua orang pria yang tidak mereka kenali. Memakai topi, masker dan kacamata hitam sebagai penutup wajahnya.
"Cepat!!" ucapnya dengan penuh penekanan.
Bintang dengan berani keluar dari mobil menatapi kedua pria dewasa di depannya. "Siapa kalian?" tanya Bintang tak gentar, walaupun ia juga takut, tapi ia harus berani demi menjaga keponakan dan kakaknya.
"Kami tidak ingin basa-basi. Serahkan anak kecil itu pada kami dan kami akan membebaskan mu "
"Tidak akan!! Dia keponakan ku" setelah mengatakan itu, Bintang menghajar mereka. Walaupun hanya 1 lawan 1, karena bagi mereka Bintang hanya anak ingusan yang sangat mudah untuk di lawan.
Dengan keberanian yang teguh, Bintang melawan pria di hadapannya. Dengan mengandalkan keberanian saja, ia melawannya.
Ia menggunakan tangannya, namun dapat di hindari oleh pria itu dan memukul perut Bintang hingga terjatuh.
"Heh...." pria itu tersenyum miring melihat Bintang yang sangat mudah di kalahkan. "Buang-buang waktu" ucapnya lagi.
Bintang bangkit kembali dan menghajar pria itu, namun dapat menghindar kembali dan Bintang menjadi sasaran kakinya.
"Uhkk...uhukk..." Bintang terbatuk-batuk memegang dadanya yang terasa sangat sakit akibat tendangan.
Satu pria lainnya membuka pintu bagian tengah mobil, dimana ada Jun dan Anggitha disana. Namun ia tidak menyadari jika Anggitha dan Jun baru saja lari ke arah berlawanan mobil, yaitu lari kebelakang.
"HEII!!" teriak pria itu, lalu mengejar Jun dan Anggitha yang belum terlalu jauh.
Teman pria itu mengalihkan perhatiannya, hingga Bintang merasa punya kesempatan. Ia mengambil batu dan memukul kepala pria itu dengan keras hingga mengeluarkan banyak darah .
Duk
"Rasakan!!" seru Bintang.
"Arkhh...." pekik pria itu sembari mengangkat kepalanya. Ia merasa pusing. Bintang sekali lagi mendapatkan kesempatan, ia mengambil pistol yang ada di saku pria itu.
Walaupun ia tidak pernah memegang senjata apalagi mempelajarinya, namun satu yang ia tahu....menarik pelatuknya hingga peluru keluar dan... Dor
Bintang menembak perut pria itu, walaupun sedikit melengseng tidak tepat di tengah perut karena kekuatan pegangannya belum kuat, namun sudah cukup membuat pria itu tak mampu bangkit.
Bintang dengan susah payah mengejar pria satunya lagi, yang mana pria itu mengejar Anggitha dan Jun .
.
.
Disisi Anggitha dan Jun. Mereka terus berlari menghindari kejaran pria itu.
"Ayo lari Jun , jangan sampai dia menangkap kita" ucap Anggitha dengan nafas yang ngos-ngosan.
Jalan yang sepi membuat mereka bebas untuk bertingkah. Ternyata sebelumnya, kedua pria itu telah menutup jalan dengan alasan ada perbaikan sehingga tidak ada kendaraan yang lewat di jalan itu. Jalan yang memang masih ada pohon-pohon di pinggir jalan.
"Berhenti kalian!!" teriak pria itu. Ia mengangkat pistolnya dan siap menembak, namun Bintang di belakang lebih dulu menembak, tapi melesat.
"Sial!!" umpat pria itu. Ia menoleh menatap Bintang. Mengarahkan senjatanya ke arah Bintang dan Shutt..... peluru tanpa suara melesat ke arah Bintang dan Bintang masih mampu menghindarinya.
Namun ketika peluru kedua, Bintang gagal menghindarinya dan mengendalikan kaki kanannya.
"Arkhh..." teriak Bintang. Ia terjatuh telungkup di atas aspal.
Pria itu membalikkan badan akan mengejar Anggitha dan Jun kembali, namun sayangnya ia kehilangan jejak keduanya.
Bintang tersenyum saat tahu Anggitha dan Jun tengah bersembunyi. Matanya mulai terpejam, rasa sakit pada kakinya membuat ia tak mampu menahannya, hingga membuatnya pingsan.
Anggitha dan Jun tengah bersembunyi di balik semak-semak tidak jauh dari tempat pria itu berdiri. Anggitha tampak kesusahan bernafas. Ia memang belum mampu berlari dengan cepat dalam durasi yang lama, karena itu akan membuatnya susah bernafas.
"Aunty" ucap Jun lirih melihat Anggitha kesusahan bernafas.
Anggitha menempelkan jari telunjuk di bibirnya, meminta Jun agar tidak bersuara. Mata Jun berkaca-kaca. Ia memeluk Anggitha dengan harapan sang aunty tetap baik-baik saja.
Anggitha berusaha mengatur nafasnya dengan memejamkan matanya. Ia sangat berharap pria itu tidak menemukan mereka disana, walaupun harapan nya sangat kecil.
Brukk...
Terdengar suara seseorang terjatuh. Ternyata pria itu terjatuh menghantam aspal karena ada seseorang yang menendang tenguknya dari belakang.
"Dasar ba***ngan" umpat Felix. Ia yang menendang pria itu dari arah belakang.
"Mati kau!!" teriak pria itu, lalu menyerang Felix.
Mereka ada kekuatan. Saling memmuku dan menangkis. kali ini mereka tampak seimbang, walaupun terlihat Felix masih berada di bawah pria itu.
Felix berputar menendang hidung pria itu hingga terjatuh. Mengarahkan pistol yang ia ambil dari tangan Bintang dan mengarahkannya ke dada pria itu tanpa ada jeda.
Dor
Berhasil. Pria itu kalah dan tidak bangun lagi. Posisi peluru hanya terkena di bagian ulu hati bukan jantung, jadi pria itu terlihat masih bernafas.
"Bintang " teriak Felix sembari menghampiri Bintang yang tergeletak di jalan.
Jun dibalik semak, mendengar suara Felix yang tidak asing baginya, ia langsung keluar.
"Om Lix" teriak Jun seraya menghampirinya.
"Jun " ucap Felix. Ia tidak tahu kalau ada Jun juga disana. "Oh ya ampun, kamu ada di sini juga Jun " Felix tidak menyangka dengan keberadaan Jun disana. Ia memeluknya dengan jantung yang berdebar karena Jun baik-baik saja.
Bersamaan dengan itu, teman-teman Felix datang. Ada sekitar 10 motor dengan jumlah 15 orang.
"Kalian bawa Bintang ke rumah sakit, sisanya urus keadaan disini !" perintah Felix.
2 temannya langsung mengangkat Bintang naik di atas motor. 1 motor dengan 3 orang di atas melesat pergi ke ruang sakit terdekat.
"Om, aunty Gita gak bisa nafas disana" sela Jun seraya menunjuk semak-semak.
Felix langsung berdiri kesana dan melihat Anggitha masih kesusahan bernafas. Nafasnya terlihat pendek.
"Zul....bantu gue!!" teriak Felix.
Felix mengangkat Anggitha naik ke motornya dan Zul ikut memegangi di belakang.
"Sup....bawa Jun ke rumah sakit!" pinta Felix.
Yusuf yang biasa mereka panggil Sup, langsung menggendong Jun dan membawanya naik ke atas motor, di ikuti satu temannya di belakang agar memegang Jun .
Mereka sudah meninggalkan lokasi. Sisanya berada di sana membereskan pria-pria yang tergeletak itu. Bersamaan dengan itu, Elvin baru saja tiba , sedangkan polisi baru dalam perjalanan.
"Kalian ada di sini" ucap Elvin dengan kaget melihat keberadaan tim Felix.
"Kami baru tiba. Felix gak sengaja menemukan Bintang, Gita dan Jun disini"
"Lalu mana mereka ?" tanya Elvin .
"Udah di bawa ke rumah sakit terdekat. Bintang tertembak dibagian kaki. Gita mengalami sesak nafas, Jun baik-baik saja, tapi dia pasti Shok" jelasnya.
"Syukurlah. Polisi sedang menuju ke sini" ucap Elvin .
"Lebih baik Lo ke rumah sakit. Biar kami yang menangani disini"
"Thanks guys, kalau gitu gue serahin ke kalian" Elvin menjalankan motor yang ia pinjam milik security, melesat pergi ke rumah sakit.
.
.
NEXT
smga Elvin menolak perjodohan nya.