NovelToon NovelToon
License To Fight

License To Fight

Status: sedang berlangsung
Genre:Identitas Tersembunyi / Mata-mata/Agen / Misteri Kasus yang Tak Terpecahkan
Popularitas:76
Nilai: 5
Nama Author: Khara-Chikara

LF: License to Fight

Dia memang seorang pria biasa, dia juga hanyalah pria yang ingin bebas dari pekerjaan penting nya. Apapun segala hal yang dia lakukan adalah hal yang nyata. Tanpa tugas, tanpa izin, dia bisa menjadi apapun.

Sepenuhnya menceritakan seorang Samuel yang bernama asli Ah-Duken. Dia hanyalah Pria yang harus menangani berbagai kasus yang tidak masuk akal, jika kasus nya tidak masuk akal, maka pekerjaan nya semakin tidak masuk akal.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Khara-Chikara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 2 P307

"Kau baik-baik saja?" pria pengawal menatapnya dan mencoba menutup lukanya dengan kain di bajunya.

"Ah... Hati hati!!!"

"Ya aku mengerti."

"Lihat itu, itu sebabnya kau membela penjahat ini," cengir wanita paruh baya itu.

Pengawal tersebut tentunya kesal dan berdiri menatap kesal.

"Apa... Apa... Kau mau membalas ku huh!!" wanita paruh baya itu tak takut menghadapinya.

"Wo... Wo... Kawan tunggu, kau tidak bisa buat masalah, kita belum tahu siapa pelaku ini," pria itu mencoba menahan pengawal itu mengendalikan emosinya tapi tiba tiba lampu lift kembali mati dan di saat itu pria tadi berteriak.

"Apa yang terjadi di sana!?" Erick yang masih melihat di komputer menjadi terkejut.

Lalu lampu lift menyala dan terlihat pria tadi mati tak berdaya di dalam lift dengan tusukan pisau tajam di dadanya.

3 orang yang masih tersisa di lift menjadi terkejut.

"K-kau... Ini salahmu!!!" wanita paruh baya itu menunjuk pengawal itu.

"Apa yang sebenarnya terjadi?!" Erick menjadi panik dalam hatinya.

Di sisi lain Samuel sudah ada di bawah gedung mencari petugas kebersihan di sana. Lalu menemukan satu yang sedang membersihkan serpihan kaca di jalan. Samuel mendekat dan bertanya sesuatu.

"Apa aku perlu datang untuk menerima sesuatu darimu?" tatap nya. Pria petugas itu menjadi bingung.

"Kau pasti menemukan sesuatu dari tubuh atau baju korban kan, dan dimana korban sekarang?" Samuel menatap.

"Dia sudah di bawa ambulan beberapa jam yang lalu, aku hanya menemukan ini saja," petugas kebersihan itu memberikan kotak kecil berisi pil merah. Seketika Samuel tersenyum kecil dan mengambilnya langsung. "Misteri terpecahkan, terima kasih," tatap nya lalu berjalan Pergi. Pria petugas itu masih bingung apa yang terjadi.

-

"Kau pelakunya.... Ini sudah jelas!!" wanita paruh baya itu kembali menuduh pengawal.

"Aku tidak melakukan apapun!!!"

"Lalu siapa, dia tidak mungkin melakukannya!!" wanita paruh baya itu menunjuk wanita muda yang masih di bawah kesakitan. Lalu lampu lift kembali menyala dan sekali lagi pria pengawal itu mati duduk di bawah dengan pisau menusuk di dadanya, pisau itu tertancap di sana.

Seketika wanita itu terkejut dan menjadi salah menuduh.

"Apa yang....?!" Erick kembali terkejut karena dari tadi juga melihat rekaman CCTV langsung dari lift, tapi terpotong karena lampu lift yang terus mati dan menyala, jadi dia juga tidak tahu pelaku yang sebenarnya. Lalu bantuan datang membuka pintu lift mereka menyelamatkan 2 mayat pria itu dan mengamankan tersangka wanita paruh baya dan wanita muda tadi di kepolisian.

-

"Aku sudah bilang padamu bukan aku pelakunya!!!" kata wanita paruh baya itu yang menghadap Erick di meja interogasi bersama wanita muda yang sudah terobati lukanya.

Erick menjadi bingung sendiri karena dia tidak tahu siapa yang salah. "Jika wanita tua ini yang salah pastinya tak mungkin karena tak ada sama sekali bekas sidik jarinya dan tak ada darah menempel di bajunya lalu wanita muda ini memang tertempeli darah tapi ia terluka, sudah jelas dia bukan pelakunya karena dia juga terluka."

Lalu Samuel datang dan melempar kotak kecil berisi obat merah tadi di meja depan mereka.

"Aku sudah selesai, aku akan pergi," tatap nya yang seperti tak peduli. Tapi tiba-tiba ia terdiam ketika melihat mata wanita muda itu sedikit merah saat melihat pil itu di depannya, tubuhnya juga menjadi gemetar.

"Samuel... Apa yang kau maksudkan, apa ini?" Erick menatap bingung.

Lalu Samuel kembali mengambil kotak itu sambil menatap tajam ke wanita muda itu.

"Bisakah aku tahu apa yang sebenarnya terjadi disini?" tatap nya pada erick.

"Ah begini, mereka salah satu dari 4 orang yang masuk lift rusak tadi, 2 pria tadi mati di sana dan hanya mereka yang tersisa, barang buktinya ada pisau yang tidak ada sama sekali sidik jari di sana."

"Lalu kau sudah cek sidik jari 2 orang ini?"

"Sudah... Wanita muda ini memakai sarung tangan yang berdarah dari tangannya sendiri."

"Ckckckck... Kau salah lah bodoh, kau itu harus lebih akurat lagi," kata Samuel.

"Apa maksudmu?" Erick menatap bingung.

"Coba pikirkan, dia melukai dirinya sendiri dan memanfaatkan alibinya untuk membunuh 2 pria itu dan disini aku melihat banyak darah yang berbeda dari sarung tangan yang dia pakai," Samuel menunjuk sarung tangan bukti.

"Ap... Apa maksudmu, aku tidak mungkin membunuh dalam keadaan sakit," wanita muda itu menyela membela dirinya.

"Yah... Jika kau tidak merasa sakit bagaimana, karena reaksimu melihat pil ini begitu dalam dan aku pasti benar, kau mengenal pil ini kan," Samuel menunjukan kotak tadi seketika wanita muda itu menjadi terkejut.

"Erick, ikut aku sebentar," tatap Samuel lalu mereka berdua keluar dari ruang interogasi.

"Samuel... Sebenarnya obat apa itu?" Erick menatap.

"Ini adalah obat P307 obat yang terbuat dari campuran tinggi kandungan berbahaya. Jika kau sudah mengonsumsinya satu kali itu akan membuat respon dan reaksi aneh pada tubuhmu, kau tidak akan bisa merasakan sakit dalam beberapa hari ke depan dan pil ini akan mengendalikan pikiranmu selama satu hari. Misalnya seperti membuatmu ingin bunuh diri dan membunuh seseorang. Pil ini juga mengantar reaksi otak sehingga dalam beberapa hari otakmu akan di kendalikan pil ini, sekarang kau mengerti kenapa aku menuduh wanita muda itu dan menyelesaikan kasus tadi pagi?"

"Aku mengerti, jadi Tuan Eksekutif yang lompat dari gedung telah meminum obat ini dan membuat reaksi untuk bunuh diri pada dirinya sendiri sementara wanita muda itu berkeinginan membunuh orang."

"Lelaki baik... Sekarang kau tahu semuanya, jadi... Pekerjaanku sudah selesai kan?" Samuel menatap.

"Yah... Terima kasih Samuel... Apa obat itu akan kau bawa?"

"Aku akan membawanya, karena aku juga sedang memburu pil seperti ini."

"Lalu kau akan pulang ke United?"

"Hm... Mungkin beberapa hari aku akan disini, untuk jalan jalan juga bisa... Aku pergi dulu," Samuel berjalan pergi.

Sementara itu di dalam ruang interogasi.

"Apa kau pelakunya?!" wanita paruh baya menatap wanita muda itu di sampingnya yang terdiam bisu menundukkan wajah.

"Kau ini masih muda kenapa melakukan hal ini, siapa yang mengajarimu.... Dari awal kau menyeret ku kemari kenapa kau tidak mengaku saja?!"

"Berisik.... Kau sangat cerewet, dari awal aku ini mau membunuhmu tapi terhalangi oleh kedua pria itu. Mataku tidak tajam saat di lampu mati jadi kau beruntung saat di lift tapi disini tidak," wanita muda itu menatap membunuh seketika membuat wanita paruh baya terkejut tak berkutik.

Saat Erick masuk ia menjadi sangat terkejut karena wanita paruh baya itu tergeletak di bawah dengan lehernya bekas cekikan borgol.

"Hoi... Apa yang kau lakukan?!" dia menatap ke wanita muda itu yang masih duduk di kursi menundukkan badan.

"Cih... Dia benar-benar sudah kehilangan akal sehatnya, di tangan nya yang terborgol dia sempat sempatnya mencekik wanita ini dengan borgol nya..."

-

Malamnya Samuel berdiri bersandar di pagar jembatan yang besar sambil merokok menikmati angin malam.

Lalu ada helikopter melintas jauh dari atasnya.

Ia menjadi terdiam dan kembali melihat ke danau itu.

Di seberang danau ada sebuah apartemen dan di lantai apartemen ke 4 di sana lampu tidak menyala sendiri, Itu menandakan tak ada yang menghuni lantai 4 itu.

"Rasanya sudah sangat lama aku harus bergabung dengan mereka, aku meninggalkan semua kemampuan ku... Berhenti mengejar yang tidak bisa aku gapai... Untungnya saat itu aku tidak di penjara," ia menghela napas. Lalu Ingat pada pria tadi pagi saat di rumahnya.

"Pak tua itu benar benar membuatku bergabung padanya," ia menjadi kesal.

Pria yang ia sebut Pak tua itu adalah seorang Ketua dari salah satu agen rahasia yang tidak mengglobal. Dari dulu selalu meminta Samuel memburu kasus yang berkaitan dengan narkoba dan sekarang sama saja. Dia bernama Hycan.

Tak lama kemudian datang seseorang dari belakang.

"Kau sudah disini berapa lama... Samuel?"

Lalu Samuel menoleh dan terdiam. "Kenapa kau ada di sini lagi, aku sudah bilang kan...? Jangan jemput aku di mana pun apalagi di ujung dunia."

"Bukankah aku juga kemari untuk memberi tahu dimana tempat sebenarnya pil itu kan."

"Ouh... Kalau begitu cepatlah, aku ini juga ingin cepet liburan," tatap Samuel.

"Sebenarnya sejauh ini aku menemukan orang yang baru saja melakukan transaksi ilegal dekat Las Vegas. Di lihat dari informasi identitas palsunya dia adalah orang Jepang," kata Hycan.

"Nani!!? Jadi Aku harus kesana begitu?!"

"Ya secara istilah begitu."

"Ck.... Aku tidak ingin... Aku tak bisa bahasa Jepang!"

"Belajarlah dengan seseorang yang mengerti, aku akan meminta keberangkatan mu minggu pagi. Kau harus mencegah pelakunya dari sekarang atau dia akan membuat keributan sama seperti kasus yang baru saja aku selesai kan tadi.... Oh, dan.... Sebaiknya kau putuskan kembali soal mengubur cita cita mu dalam dalam itu," tatap Hycan lalu dia berjalan pergi.

"Cih.... Untuk apa jika aku sudah di kenal dunia," Samuel menjadi kesal.

Tak lama kemudian ponselnya berbunyi dari Erick. Lalu Samuel mengangkatnya.

"Yo kawan, terima kasih atas yang tadi, aku benar-benar berhutang padamu. Apa yang harus ku lakukan supaya bisa membalas kebaikanmu tadi?" tanya Erick.

"Carikan saja aku orang yang bisa berbahasa Jepang, ada kan?"

"Hahahaha.... Kau ini bagaimana, bukankah kawanmu ini juga lulusan Jepang."

"Hah maksudmu, kau?" Samuel menjadi bingung.

"Aku pernah ke Jepang selama 5 tahun dan aku masih ingat cara berbahasa di sana, kau mau aku latih?"

"Aku masih belum yakin, jangan jangan kau lupa...."

"Aku tidak bohong, mau dengar bahasa ku?"

"Coba bilang 'kamu luar biasa' dalam bahasa jepang."

"Anata wa Namihazurete imasu."

"Wih... Beneran bisa dia, meskipun aku tidak tahu benar atau tidak..." Samuel menjadi terkejut sendiri mendengarnya.

"Jadi gimana, mau aku latih?"

"Okelah..." Samuel setuju.

-

Esoknya dia berdiri di depan pintu apartemen. Menggunakan mantel karena dingin dan melipat payungnya setelah menggunakannya di cuaca hujan saat ini. Lalu menekan bel pintu. Erick lah yang membukanya. "Yo kawan... Kau datang juga... Masuk saja, di luar hujan," kata Erick.

Lalu Samuel masuk. "Rumahmu sangat bersih, tak sama seperti punyaku yang kotor."

"Biasa sajalah, itu juga karena kau sendiri tinggalnya."

"Memangnya kau tidak sendiri?"

"Aku tinggal bersama Bibiku," tatap Erick.

"Bibi? Jadi jika dilihat dari luar kau seperti tinggal bersama Ibumu?"

"Tidaklah.... Aku malah terlihat tinggal bersama seperti perempuan muda."

Samuel menjadi terdiam bingung mendengarnya lalu Ia melihat ke dinding dan terkejut. Melihat lukisan yang sangat bagus terpajang di sana.

"I... Itu... Itu..." Samuel terkejut kaku.

"Hm... Kenapa kawan... Oh itu lukisan yang di beli Bibi ku, bagus bukan... Jika tertarik kau bisa langsung tanya padanya."

Tiba tiba suara tangga turun membuat Mereka menoleh. Terlihat seorang Perempuan manis menatap.

"Oh halo... Apa dia temanmu, Erick?" tatap nya.

"Ya Bibi," balas Erick.

"Bi... Bi...?!" Samuel yang mendengar itu menjadi sangat terkejut.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!