Perjalanan kisah dari anak Patriak Klan Ning yang bernama Ning Wie dalam menempuh kultivasi menjadi kultivator terhebat di Kerajaan Jing di benua Biru.
Di bantu dengan dua Spirit yang telah menjadi patnernya yaitu Spirit Pheonix Api dan Spirit Pheonix Es yang tinggal di lautan Spiritualnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon wiwiek, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chap 12
Seekor burung Pheonik dengan api biru tiba - tiba saja membentangkan sayapnya dan kemudian menghempaskan ke arah tamu tak di undang.
HAP------- WHUUUUS
Kobaran api melaju cepat ke tempat Ning Wie berdiri. Serta merta bocah cilik itu menghindar. Dengan sigap mundur kebelakang tapi posisinya tetap terjangkau kobaran api. Rambut dan hanfunya jadi terbakar. Segera saja ia membuang tubuhnya ke samping dengan berguling- guling.
Saat berguling itulah api yang membakar bisa di padamkan. Ning Wie yang semula agak takut - takut kini jadi marah dan berani. Dengan nafas memburu dia berucap. "Burung laknat. Beraninya melawan anak kecil! Dasar pengecuuut!"
KRAAAK KRAAK WHUUUS
WHUUUS KRAAAAK
Entah karena mengerti ucapan Ning Wie ataukah karena teriakan darinya yang nyaring membuat kawanan itu gusar. Serangkaian kobaran api dari tiga sisi berbeda langsung menerjang bocah cilik itu.
Ning Wie sadar tidak bisa menghindar. Dengan bermodal nekad, Ia menepuk tas penyimpanan langsung mengambil bola Dakdak dari dalam tas penjimpanan miliknya.
Bola Dakdak akan di pakai oleh Ning Wie untuk menghadang serangan itu. Bola Dakdak adalah bola yang berisi formasi pertahanan yang di pakai sekali pakai. Dan cara pemakaiannya cukup dipecahkan saja. Bola Dakdak juga merupakan formasi pertahanan tingkat sedang.
Karena cara pemakaiannya cukup dipecahkan saja. Tidak membutuhkan keahlian mau pun energi Qi untuk mengaktifkannya. Jadi tidak heran bila Bola Dakdak ini bisa di pakai siapa saja.
Kebanyakan yang memakai dan mengguna kan bola Dakdak itu adalah orang biasa yang bukan seorang kultivator. Dan karena bisa di pakai semua orang, tidak heran bila harga dari bola Dakdak juga sangat mahal.
WHUUUUS PRAAAK
PRAAAK WHUUUS
BOOOM
AAUUUHHHH...
Terdengar suara ledakan yang sangat keras sekali saat bola Dakdak dipecahkan Ning Wie itu bertemu dengan kobaran api Pheonik. Karena bocah cilik itu tidak hanya memakai satu bola tapi menggunakan dua bola Dakdak dalam menghadang serangan.
********
Pelataran Paviliun Spirit
"Hati- hati Wie'er!" Teriak spontan Ning Ling saat melihat Ning Wie di serang oleh Spirit.
"Celaka! Wduch.. Bola Dakdak tidak akan cukup! Menghindar Wie'er! Lariiii..!" Ucap Patriak Ning Bing.
Patriak Ning Bing dan istrinya Ning Ling yang melihat dari formasi Virsus menegang. Mereka kwatir dengan putri tunggalnya yang sedang menghadapi keagresifan dari para kawanan burung Pheonix.
"Putrimu sangat berani Patriak Ning. Hebaaat dia tidak gentar sama sekali." Puji Lin Wan kepada temannya.
"Hehe dia berani? Apa tidak ceroboh itu namanya. Hihi.. Berani dan ceroboh hampir bisa di bilang mirip." Sindiran pedas dari Patriak Xiao Lang.
"Jelas berani lah! Wie'er itu anaknya jeli dan penuh perhitungan." Jawab Patriak Ning tidak mau kalah. Mana mungkin dia membiarkan rivalnya itu mencela anak tunggal nya.
Sementara itu dari layar formasi Virsus mereka semua saat ini melihat terjadinya bentrokan dari peralatan atau pun atribut Ning Wie menghadapi tiga api berbeda dari tiga ekot spirit Pheonix. Apa lagi Ke tiga Spirit itu telah menyerang dari tiga sisi berbeda.
Ning Ling memejamkan matanya tidak tega saat melihat Ning Wie terlempar. Tapi dia juga perasaran. Akhirnya dengan terpaksa matanya tetap menatap formasi Virsus kembali.
Efek kejut dari ke dua benturan kekuatan yang beradu mengakibatkan Ning Wie tubuhnya terhempas sejauh 50 meter Ia terhempas cukup jauh. Hanfu yang di kenakan juga sudah tak berbentuk lagi. Lebih dari sebagian hanfu itu telah hangus terbakar.
HUEEEK
Ning Wie memuntahkan seteguk darah segar. Dua bola Dakdak tidak mampu untuk menahan gempuran dari kawanan burung itu. Untung nya Ia tidak mengalami patah tulang. Walau sekujur tubuhnya penuh dengan luka bakar.
Ning Wie segera menghapus darah yang masih menempel di bibirnya dengan telapak tangan kirinya. Ia melihat sekelilingnya, dan ia sangat terkejut di mana dirinya terjatuh.
" Ihh... Untung tidak jatuh ke dalam kawah!" Anak Patriak Ning itu bergidik ngeri saat melihat kawah gunung berapi yang tidak sampai dari lima meter dari tempatnya mendarat.
"Selamat, selamat! Aku masih di beri kesempatan hidup." Ning Wie menghela nafas lega terhindar dari maut.
Dan tak lama kemudian mata bocah cilik anak dari Patriak Klan Ning itu terbelalak dan mulutnya terbuka sangat lebar saat melihat ke belakang. Ternyata ada beberapa butir telur burung atau benih Spirit di situ.
Telur emas yang berlapis dengan api yang membara itu ada 3 macam jenis, yaitu telur emas dengan api merah, telur emas dengan api biru dan telur emas api ungu.
"Wow.. Ini, ini luar biasa! Aku pikir, aku sudah tidak memiliki harapan! Haha... Haha... Kalau sudah jodoh pasti jadi milikku. "
Tanpa membuang waktu dan kesempatan yang ada Ning Wie langsung saja bersikap lotus. Tidak perduli lagi pada sekelilingnya. Apakah para kawanan Spirit Burung Pheonix dewasa itu bakalan akan menyerang dirinya lagi atau tidak. Dia menyerahkan semua nya pada nasib.
Bahkan bocah cilik itu pun juga tidak perduli pada kondisi tubuhnya. Luka bakar yang di alaminya di biarkan begitu saja. Tekadnya untuk memiliki Spirit membuat Ning Wie nekad mengambil resiko. Dia harus bisa bertahan dengan segala kondisi dan keadaan yang ada bila ingin makin kuat.
Ning Wie berkonsentrasi penuh, pikirannya tercurah pada telur burung Phionix yang ada di hadapannya. Perlahan tubuhnya mulai di selimuti oleh energi Qi.
Dia mulai mengirim kekuatan jiwanya pada telur yang paling dekat dengannya. Telur yang keberadaannya dekat dengan Ning Wie adalah telur emas berlapis api marah. Semua itu di lakukan agar benih Spirit yang ada di dalam telur menerima kehadiran dirinya, sehingga terciptalah suatu koneksi.
Tak perlu menunggu waktu lama, Benih Spirit yang ada dalam telur emas itu perlahan-lahan mulai menunjukkan reaksinya.
KRAAAK KRAAAK
Telur emas yang berlapis api merah itu mulai retak melingkar dan kemudian pecah. Tampaklah seekor Burung Pheonix api merah.
WHUUUS WHUUUS
Tak lama kemudian Ning Wie dan Burung Pheonix itu di selimuti oleh cahaya merah menyala. Keduanya langsung melayang ke udara. Burung Pheonix melayang dengan cara memutari tubuh Chan Shio Yi.
Setelah tiga putaran, cahaya yang menyelimuti keduanya kemudian perlahan-lahan mulai selaras dan akhirnya menyatu.
Pada saat itu kedua mata jernih dan lentik Ning Wie dan Burung Api merah saling beradu pandang. Selanjutnya Bocah cilik anak Patriak Ning itu tersenyum manis.
Di saat itulah burung Pheonix Merah itu langsung melesat cepat masuk menuju aliran Spiritual Ning Wie yang telah terbuka.
WHUUUUS
AUUHHH AAUHHH
Bersamaan dengan itu Ning Wie mulai berteriak - teriak menjerit kesakitan. Tubuh anak perempuan itu bergetar hebat. Darahnya mendidih, tulangnya terasa terbakar.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...