Tsania Zoun adalah anak yang terlahir dari rahim seorang wanita penghibur bernama Laura Zoun.
Lahir dengan status tidak memiliki sosok ayah, Tsania selalu tersisihkan, ia sering diberi julukan sebagai anak haram.
Ibunya, Laura Zoun juga selalu diterpa cercaan karena pekerjaannya yang menjadi wanita malam. Kehidupan sulit keduanya lalui hanya berdua hingga saat Tsania dewasa.
Tsania yang memiliki tekad untuk membahagiakan ibunnya memilih untuk menempuh pendidikan tinggi di kota. Akan tetapi di sana lah identitas aslinya mulai terkuak.
Penasaran bagaimana kisah hidup Tsania dan ibunya; Laura? Ayo! Langsung baca!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Diana Putri Aritonang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tsania Laura 18.
Galang pulang ke kediaman mewahnya menjelang pagi. Dengan keadaan yang begitu kacau serta pakaian yang sudah tak lagi rapi. Dari tubuhnya menyeruak kuat aroma alkohol. Entah berapa banyak pria itu menegak minuman keras.
Perkataan Laura dan usahanya untuk kembali bersama sudah Laura tolak dengan keras. Galang bahkan dilarang bertemu dengan Tsania-gadis yang Galang yakini adalah putrinya.
"Ughh," suara berat itu terdengar. Ia melenguh dengan mata yang mulai membuka.
Cahaya matahari yang masuk melewati kaca jendela besar membuat netranya menyipit. Sesaat ia duduk, mengumpulkan nyawa yang sepertinya masih berserakan, tangannya juga memukul pelan kepala yang masih terasa berat.
"Di mana, Laura?" gumam Galang tanpa sadar. Ia beranjak dari tempat tidur, berniat ingin membersihkan diri ke dalam kamar mandi.
"Siapa Laura, Mas?"
Langkah Galang terhenti, ia mengangkat pandang. Tangannya yang memijat pelan kepala kini juga sudah mulai turun secara perlahan.
Sekar yang berdiri dengan membawa sebuah nampan itu menatap Galang. Penampilan suaminya sungguh lah kacau.
"Aku membuatkan ini untuk, Mas." Sekar meletakkan nampan di atas nakas. "Minumlah," tawar Sekar pada Galang. Wanita itu berharap pengar yang suaminya rasakan cepat menghilang.
Galang mengangguk dan menikmati minuman hangat itu.
Sekar terus memperhatikan Galang, tak sedikit pun ia mengalihkan pandangan dari suaminya, termasuk saat Galang yang sudah beranjak menuju kamar mandi.
Sekar tak dapat memejamkan mata saat menunggu kepulangan Galang malam tadi. Apalagi ia mengetahui di mana sebenarnya keberadaan suaminya itu. Dan betapa terkejutnya Sekar saat Galang pulang dengan keadaan yang mabuk berat.
Galang bahkan meracau tak jelas, suaminya menangis dengan menyebut nama Laura hingga akhirnya tertidur.
"Mas, pergi ke kantor hari ini?"
Galang sudah selesai membersihkan diri dan kini terlihat tengah bersiap. Pria itu mengenakan stelan jas seperti biasanya, mengabaikan pakaian rumah yang sudah Sekar siapkan. Sekar mengira jika Galang tidak bekerja karena masih merasakan efek samping setelah mengkonsumsi minuman beralkohol.
"Pekerjaanku banyak dan mungkin mulai sekarang aku akan sering pulang terlambat."
"Mas akan lembur?"
"Hmm."
Memastikan penampilannya sudah rapi, Galang segera keluar dari kamar. Sekar menghela napas, sikap Galang yang seperti itu bukanlah kali ini saja dia dapatkan, tapi entah mengapa saat ini Sekar merasakan kesal dalam hatinya.
Keduanya keluar dari dalam kamar secara bersamaan. Menuruni anak tangga ingin menuju meja makan, tapi Anggita sudah lebih dulu berteriak menghentikan langkah ayahnya.
"Papa!" Anggita mendekat cepat pada Galang. Ia merangkul lengan ayahnya. "Papa pulang jam berapa tadi malam? Aku menunggu dan menghubungi Papa berulang kali."
"Papa ada urusan di luar. Kenapa menghubungi Papa? Kartu mu tidak bisa digunakan?"
"Bukan itu. Aku memerlukan bantuan Papa."
"Bantuan apa yang putri Papa perlukan?" Galang tersenyum melihat Anggita yang cemberut. Hingga bayangan sosok muda yang begitu cantik terlintas dalam pikirannya. "Dia sebesar Anggita," benak Galang lirih.
"Keluarkan perempuan murahan itu dari kampus ku, Pa! Dia selalu mencari masalah dengan ku."
Mereka sudah duduk di meja makan, Sekar yang mendengar aduan Anggita pada Galang hanya diam. Tak berniat menimpali pembicaraan suami dan putrinya itu, Sekar seakan berada di dunia yang berbeda. Pikirannya sedang tidak fokus.
"Siapa perempuan murahan?"
"Tsania. Namanya Tsania Zoun, Pa," kata Anggita dan membuat Galang langsung terbatuk saat menikmati kopi paginya. "Dia sugar baby yang menjual diri demi bisa berkuliah di kampus itu, Pa."
Anggita terus bicara, mengeluarkan isi hatinya yang penuh dengan kebencian terhadap Tsania. Mengabaikan sang ayah yang kini sudah menatap serius ke arahnya.
"Siapa sebenarnya yang kamu maksud, Anggi?" Anggita menoleh. Bisa ia lihat tatapan ayahnya kini berbeda. Anggita bahkan sampai dibuat mengerjap beberapa kali. "Apakah dia... gadis yang pernah terlibat masalah dengan mu?"
Anggita mengangguk cepat, tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan karena menilai dari ekspresi Galang, jika saat ini ayahnya itu pastilah akan marah besar.
"Dia sudah membuat ku malu di depan teman-teman kampus. Dia bahkan merebut Teo dariku. Anak haram itu sudah keterlaluan, Pa!"
"Siapa yang kamu sebut anak haram!! Dia bukan anak haram!!" Anggita dan Sekar terkesiap saat melihat Galang yang bersuara keras. "Jaga sikap mu, Anggita! Papa tidak akan berpikir dua kali untuk menarik kartu-kartu mu!!"
Dua wanita berbeda usia itu terpaku setelah melihat Galang yang langsung meninggalkan meja makan. Pria kebanggaan mereka itu tidak pernah seperti ini sebelumnya.
"Papa kenapa, Ma?" tanya Anggita pelan. Jantungnya masih berdegub setelah melihat ayahnya yang seakan tengah marah.
"Tidak apa-apa. Papa mu sedang banyak pekerjaan. Untuk sekarang jangan ganggu papamu dulu."
Anggita memperhatikan sekar sebelum akhirnya memberikan anggukan. Dan keduanya kembali melanjutkan sarapan tanpa Galang.
Di sisi lain. Galang yang sudah berada di dalam mobil yang bergerak menuju kantor itu memikirkan ulang perkataan Anggita. Apakah benar kabar itu? Apakah benar putrinya-Tsania mencari uang dengan cara yang salah?
"Ke kampus Anggita dulu, Pak."
Satu perintah itu langsung lolos dari bibir Galang dan dengan segera diikuti oleh supir pribadinya.
Tak butuh waktu lama mobil Galang sudah terparkir di area kampus. Ia duduk dengan diam seraya mengawasi satu persatu mahasiswa dan mahasiswi yang mulai berdatangan. Galang harap bisa bertemu Tsania.
"Siapa dia?" Galang bergumam saat ia melihat Tsania yang datang bersama seorang pria dengan menaiki motor besar. Tatapannya juga terus mengunci pergerakan Tsania.
"Kurang ajar!" Galang dengan cepat keluar dari dalam mobil dan berlari ke arah Tsania saat melihat pria yang datang bersama Tsania itu tengah berusaha mencium putrinya.
*
*
*
"Kau tenang saja. Aku sangat pandai menempatkan diri." Ia menatap dingin pada wajah wanita yang sudah jauh-jauh datang menemuinya. "Aku tahu kapan aku harus menghilang...dan kapan aku harus bertahan."
dihhh spek buaya berkelas/Joyful/