Rin yang terpaksa harus merubah penampilannya saat berada disekolah barunya sebagai siswa pindahan, dikarenakan sebuah kejadian yang membuatnya tak sadarkan diri dan dirawat dirumah sakit.
Disekolah baru ini, Rin harus mengalami drama sekolah bersama primadona kelasnya serta dengan adik kelasnya. Serta rahasia dari sekolah barunya, bersama dengan identitasnya yang ingin diketahui teman-teman sekelasnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rheanzha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Keputusan Dari Nini
Setelah bermain dengan Nini nya, Seira kembali ke kamarnya bersiap-siap sambil menunggu waktu makan malam bersama. Seira membangunkan Luna yang masih tertidur setelah dia mengganti baju lagi, setelah menunggu Luna mengganti bajunya juga mereka pergi menemui Karin dan Nirmala di kamar mereka.
Suara ketukan pintu terdengar dari kamarnya Karin dan Nirmala. Karin segera membuka pintunya, dilihatnya ada Bu Luna dan gadis yang dipeluk olehnya tadi.
“Bu Luna.” tutur Karin.
“Eh Ibu ....” tutur Seira sambil melirik kearah Luna. “Kirain ingin dipanggil kakak juga sama orang lain.” Seira lalu tertawa geli.
“Seira ....” ujar Luna dengan menekan suaranya lalu menangkap Seira dan mencubiti pipi-pipinya.
“Anu maaf, hubungan kalian apa ya?” tanya Nirmala mendekati mereka.
“Oh maaf, saya belum mengenalkan diri.” tutur Seira, “saya Seira Nanva V, dia Tante ku, tapi minta dipanggil kakak soalnya belum laku, jadi nggak cocok kalau dipanggil ‘Ibu Luna’.” canda Seira, Luna langsung menangkap Seira lagi dan mencubiti pipinya lagi. “Dan juga, saya adiknya Rin Astav V, oh ya kalian.”
“Aku, Karin Althea.”
“Nirmala Putrie.”
“Oh ... sekarang aku jadi paham, yang satu jodoh kakak dari kecil dan yang satu lagi pahlawannya kakak.” ujar Seira sambil tersenyum licik.
Karin dan Nirmala hanya terdiam bingung melihat tingkahnya Seira.
“Oh ya, kalian sudah siap kan? Kalau begitu ayo ke bawah.” ajak Seira ke yang lainnya. “Sebelum itu kita panggil kak Rin dulu ya.”
Nirmala menutup pintu kamar mereka, kemudian pergi.
Seira mengetuk pintu kamar Rin dan memanggil-manggil namanya, namun semakin dia panggil tak ada jawaban atas sahutan nya. Seorang pelayan menghampiri mereka yang memang bertujuan untuk menjemput Karin dan Nirmala.
“Maaf Non, kalau kalian mencari tuan Rin, dia sekarang sudah ada di bawah.” tutur pelayan itu.
“Kakak sudah dibawah.”
Pelayan itu mengangguk. Kemudian mereka segera pergi kebawah, keruang makan, dimana yang lainnya telah menunggu.
Semua orang telah berkumpul diruang makan. Para prianya menggunakan baju kemeja dan celana dasar, sedangkan yang wanitanya menggunakan gaun.
Hidangan-hidangan mewah tersusun di atas meja makan. Mereka berempat segera mengambil posisi duduk untuk mereka. Setelah semuanya berkumpul, Nini mulai berbicara.
“Saya ucapkan terima kasih sudah bersedia untuk datang di kediaman saya, saya harap kalian menyukai hidangannya, silakan dinikmati.”
Nini memberi isyarat ke para pelayan untuk membantu menghidangkan makanan itu di atas piring mereka.
Mereka menikmati makan malam mereka, beberapa hidangan telah mereka santap. Setelah mereka selesai, para pelayan merapikan meja itu, semua hidangan itu di bawa mereka kembali ke dapur. Tak ada seorang pun dari mereka yang beranjak dari tempat duduknya.
Ketegangan terjadi di dalam ruangan itu, tak ada seorangpun yang berbicara setelah mereka selesai makan.
“Saya sebelumnya mohon maaf kepada bapak, ibu, orang tuanya Nirmala mungkin kalian bingung atas apa yang terjadi, tiba-tiba di telpon kepala sekolah, lalu di bawa kesini, mungkin banyak pertanyaan yang ingin kalian sampaikan.” tutur Robi membuka pembicaraan.
“Dan juga saya ingin mengucapkan terimakasih ke anak bapak yang sudah menolong anak saya, mungkin ini salah satu bentuk terima kasih kami ke keluarga bapak dan ibu.” lanjutnya.
“Maaf sebelumya, saya sepertinya pernah melihat bapak.” ujar Anton, “oh iya, saat di kantor saya melihat anda.”
“Mungkin saya sedang ada keperluan bisnis dengan pemilik perusahaan tempat anda bekerja” ujar Robi “Oh iya, maaf belum memperkenalkan diri secara formal. Saya Robi Artara Veirnieq, dia adalah istri saya mungkin kalian sudah saling berkenalan sebelumnya, mereka berdua adalah anak saya, Rin Astav Veirnieq dan Seira Nanva Veirnieq, dan beliau adalah Ibu saya Lucilia Veirnieq. Kamu mau dikenalkan juga nggak?” tanya Robi ke Luna dan Luna menggeleng. “Kalau dia Luna Horigh, adik saya, lebih tepatnya anak dari adik Ibu saya.” ujar Robi yang memperkenalkan keluarganya.
“Anda bilang nama anda tadi Veirnieq, apa anda pemilik perusahaan yang bernama Veirnieq dan Veirnieq Resort yang ada di beberapa daerah itu?” tanya Anton.
“Iya, benar saya adalah pemilik dari Veirnieq Resort dan CEO dari perusahaan Veirnieq, ada apa ya.”
“Saya adalah karyawan dari perusahaan anda.” tutur Anton.
“Oh, benarkah, ternyata dunia memang kecil ya.”
Beberapa pelayan masuk keruang makan lagi dengan membawa beberapa makanan ringan dan juga minuman. Diletakan oleh pelayan itu disebelah tangan kiri mereka.
“Baiklah, saya akan menyampaikan sesuatu, sebenarnya ini diluar dari perkiraan saya, sebenarnya hari ini kami ingin membahas masalah pertunangan anak saya Rin dengan Karin anaknya Salman dan Erika, sebenarnya hal ini mau kami bahas setelah mereka lulus dari SMA, tapi, sesuatu terjadi dengan Rin, oleh karena itu kami memajukan rencana kami hari ini, kebetulan juga Rin dan Karin saat ini adalah teman sekelas. Namun ....” tiba-tiba Robi menatap tajam ke arah Nirmala dengan menghentikan ucapannya.
Melihat Robi yang menatapi putrinya, Anton dan Tari merasa cemas dengan putrinya, apakah putrinya itu telah melakukan sesuatu yang salah. Mereka berdua melirik kearah Nirmala, namun Nirmala menggelengkan kepalanya saat tahu bahwa kedua orang tuanya juga menatapinya.
Robi lalu tersenyum memasang wajah bersahabat.
“Namun hal itu memang belum kami bicarakan ke Rin atau pun Karin, jadi kami ingin memikirkan perasaan dari Nirmala.” ujar Robi yang membuat Anton dan Tari merasa sedikit lega.
“Tunggu dulu, perasaan Nirmala, maksudnya apa ya?” tanya Tari yang masih bingung dengan perkataan Robi tadi.
“Karena hal itulah, kalian berdua saya bawa kesini untuk membicarakannya.” ujar Intan.
Hal ini makin membuat Anton dan Tari bingung. Karin, Rin, Nirmala, Seira bahkan Luna hanya diam sambil memakan dessert yang disuguhkan tadi.
“Sebenarnya, saya yang menginginkan agar Rin segera menikah setelah dia lulus SMA agar bisa menggantikan posisi saya, sebagai kepala keluarga.” tutur Nini.
“Saya juga tahu rencana dari Robi dan Salman kalau mereka akan menikahkan mereka berdua saat dewasa nanti, namun saat ini saya sudah mendengar dari Intan apa yang terjadi kini. Jadi Rin, apa kamu sudah memberikan jawabannya ke Nirmala?”
“Belum Nini, Rin belum menjawabnya.”
“Kenapa, sekarang bagaimana perasaanmu Rin terhadap mereka berdua.” ujar Nini langsung membuat Rin bingung mau berbicara apa
Melihat Rin hanya terdiam dengan memasang wajah yang bingung. Nini melemparkan pertanyaan yang sama ke Nirmala dan Karin. Nirmala menjawab kalau dia menyukai Rin, sedangkan Karin setelah dia mengetahui apa yang terjadi dengan Rin, tanpa dia sadari terucap kata suka dari mulutnya, namun dalam artian yang lain.
Anton dan Tari terkejut dengan penuturan putrinya, sedangkan Salman, Erika, Robi dan Intan memasang wajah bahagia mengetahui kalau ternyata Karin juga menyukai Rin, namun beda halnya dengan Rin, dia merasa bingung dengan apa yang mereka berdua katakan dan juga bingung dengan perasaannya sendiri terhadap Karin dan Nirmala.
“Saya tidak mau tahu alasan di balik kalian menyukainya, karena saya hanya bisa berharap yang terbaik untuk cucu kesayanganku.” tutur Nini.
“Lalu, Rin ....” ujar Nini menaikan nadanya, “bagaimana sekarang perasaan kamu ke mereka, setelah mendengar perkataan mereka?”
“Rin tak tahu Ni, apa yang Rin rasakan saat ini, adanya Rin merasa bingung.” tutur Rin.
“Oh begitu ya, berarti semua keputusan Nini yang akan menentukan semuanya, jika ada yang tidak setuju dengan keputusanku, maka saya akan mengirim mereka kerumah pengasingan selama setahun.” ancam Nini tegas.
Semuanya langsung menatap ke arah Nini dengan wajah tegang atas penuturan dia tadi, dan mereka semua mengangguk sambil menelan ludah.
“Baiklah kalau kalian mengerti, aku ingin hari ini diresmikan bahwa Rin akan bertunangan dengan mereka berdua.”
“Apa ... kami berdua!” tutur Karin dan Nirmala terkejut, sedangkan Rin tak bisa berkata-kata lagi.
“Iya, bertunangan dengan kalian berdua, dan aku ingin setelah kalian lulus dari SMA langsung menikah, berarti itu dua tahun lagi." ujar Nini menegaskan niatnya.
“Tapi Nini, kalau dua tahun lagi kan Mala baru masuk kelas tiga.”
“Tidak ada tapi-tapian, dua tahun lagi kalian harus segera untuk menikah.” ujar Nini membantah perkataannya Rin.
“Tapi Nini, memangnya Rin harus menikahi mereka berdua.”
“Lalu kenapa memangnya jika kamu menikahi mereka berdua langsung, bukannya sebagai seorang bangsawan sudah biasa memiliki dua istri dalam waktu yang bersamaan, apalagi kamu akan menjadi kepala keluarga.”
“Apa ... bangsawan.” tutur Anton, Tari, Nirmala bahkan Karin pun ikut terkejut mendengar penuturan Nini.
“Mama, Papa ... kalian tahu juga akan hal ini?” tanya Karin ke orang tuanya.
Salman dan Erika mengangguk mengiyakan atas pertanyaan putrinya. Karin menghela nafas yang panjang, sepertinya masih banyak hal yang harus dicari tahu olehnya.
Nini mengisyaratkan ke salah satu pelayan yang ada di ruangan itu untuk memanggil Fifi ke hadapannya. Tak beberapa lama pelayan tadi membawa Fifi menghadapnya.
“Ada satu hal lagi yang saya inginkan, kalian pasti sudah berkenalan dengan dia kan. Dia yang akan mengurus mereka bertiga nanti, karena saya ingin mereka bertiga tinggal bersama.”
“Ha ... apa ... tinggal bersama?” teriak mereka histeris, kecuali Robi, Intan, Salman, Erika dan Seira yang sudah mengetahuinya.
“Nini pasti bercanda, kan. Kami kan masih SMA Ni.” tutur Nirmala
“Iya Nini, apalagi kami kan belum resmi jadi suami-istri, kami aja baru bertunangan hari ini.” tutur Karin.
“Memangnya saya pernah bercanda atas apa yang saya bicarakan saat sedang serius, Rin, Seira?” tutur Nini.
Rin dan Seira menggelengkan kepala mereka.
“Nggak, Nini kalau lagi berbicara hal yang serius, tak pernah bercanda sedikit pun.” lanjut Seira menjelaskan.
Mereka langsung terdiam setelah mendengar penuturannya Seira.
“Tenang saja, kalian hanya tinggal bersama, bukan tinggal satu kamar kan.” ujar Intan, “kalian tidak hanya tinggal bertiga saja Fifi juga akan tinggal bersama kalian.”
“Apakah mereka harus tinggal bersama?” tanya Anton.
“Terus mereka akan tinggal dimana kalau harus tinggal bersama?” tutur Tari yang khawatir terhadap putrinya.
“Kalau itu harus saya lakukan, agar mereka bisa lebih dekat lagi dan bisa mengetahui karakter yang lainnya.” tutur Nini.
“Kalau masalah tempat tinggal, mereka akan tinggal dirumah Rin, jadi Pak Anton dan Ibu Tari tak perlu khawatir, disana juga bukan hanya mereka aja yang tinggal, disana ada juga karyawan-karyawannya Rin yang tinggal bersamanya dan juga mereka itu perempuan, hanya seorang laki-laki karyawannya Rin dan juga mereka sudah dewasa semua.” tutur Intan memberi penjelasan ke Anton dan Tari agar mereka bisa tenang.
“Kalau disekolah saya dan Salman sebagai kepala sekolah bisa untuk mengawasi mereka.” tutur Luna.
Anton dan Tari merasa sedikit lega atas penuturan dari Intan dan Luna. Nini mengakhiri pembicaraan serius mereka dan menyuruh Rin, Karin, Nirmala dan Seira agar segera istirahat.
“Kalian sebaiknya segera istirahat, besok kalian harus sekolah, dan juga mulai besok kalian akan tinggal bersama.”
“Kalau besok kami pindahnya, barang-barang kami gimana Nini?” tanya Nirmala ke Nini prihal barang-barang mereka.
“Kalau itu saya nanti yang akan mengurusnya, jika masih ada yang ingin kalian ambil dirumah nanti, suruh Rin untuk mengantar kalian, sudah cepat pergi tidur sekarang.” ujar Nini.
Mereka segera pergi menuju kamar mereka untuk istirahat, sedangkan para orang tua mereka pindah keruang keluarga untuk berbincang-bincang membahas suatu hal lainnya.
°
°