Novel ini diilhami dari kisah hidup Nofiya Hayati dan dibalut dengan imajinasi penulis.
🍁🍁🍁
Semestinya seorang wanita adalah tulang rusuk, bukan tulang punggung.
Namun terkadang, ujian hidup memaksa seorang wanita menjadi tangguh dan harus terjun menjadi tulang punggung. Seperti yang dialami oleh Nofiya.
Kisah cinta yang berawal manis, ternyata menyeretnya ke palung duka karena coba dan uji yang datang silih berganti.
Nofiya terpaksa memilih jalan yang tak terbayangkan selama ini. Meninggalkan dua insan yang teramat berarti.
"Mama yang semangat ya. Adek wes mbeneh. Adek nggak bakal nakal. Tapi, Mama nggak oleh sui-sui lungone. Adek susah ngko." Kenzie--putra Nofiya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ayuwidia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 17 Pengusaha Batu-Bata
Happy reading 😘
Hari ini, detik ini, saat ini, Zaenal mulai memanggil Ridwan dengan sebutan 'Papa' dan bukan lagi 'Om'.
Untungnya Ridwan tidak mempermasalahkan. Ia malah merasa nyaman dengan panggilan itu.
Ridwan melihat kesungguhan yang telah dibuktikan oleh Zaenal untuk memperjuangkan cinta. Baik dari ucap maupun tindakan.
Ia berharap, Zaenal lah pria yang tepat untuk Nofiya--putri yang teramat disayang, buah cintanya dengan istri pertama 'Nurma Saleha Istiqomah'.
"Zen, kamu bisa membaca Al Qur'an?" Ridwan melontarkan tanya setelah menandaskan wedang secang, oleh-oleh dari Zaenal.
"Alhamdulillah bisa Pa, meski saya bukan seorang santri yang mondok di pesantren. Saya bisa membaca Al Qur'an, karena dulu pernah belajar di TPA."
Ridwan manggut-manggut mendengar jawaban yang diberikan oleh Zaenal.
"Kalau kamu memang bisa membaca Al Qur'an, tolong ajari Fiya."
"Memangnya, Fiya belum bisa membaca Al Qur'an, Pa?" Zaenal mengerutkan dahi. Ia heran gadis secerdas Nofiya belum bisa membaca Al Qur'an.
"Belum. Tepatnya belum terlalu fasih. Kami sekeluarga mualaf, Zen. Jadi, Papa tidak bisa mengajarinya. Dulu, Fiya juga pernah belajar di TPA, tapi hanya sebentar. Ia tidak mau melanjutkan belajar di TPA sampai khatam Al Qur'an karena suatu hal," terang Ridwan seraya menjawab tanya.
Nofiya dan keluarganya memang mualaf. Mereka memilih untuk memeluk agama Islam karena cahaya hidayah yang datang sebagai anugerah.
Sampai detik ini, mereka tetap Istiqomah memeluk agama Islam. Meski demikian, Nofiya dan keluarganya selalu menghormati serta menghargai saudara mereka yang berbeda agama.
Kembali ke alur cerita ....
Zaenal tampak berpikir. Bisa saja ia mengajari Nofiya membaca Al'Quran. Namun terbesit rasa ragu di hati, karena kemampuan membaca Al Qur'an-nya belum terlalu fasih dan terkadang hukum bacaan nya masih salah.
"Sebenarnya, saya juga belum terlalu fasih. Tapi kami bisa belajar bersama, Pa," ucap Zaenal berterus terang, memecah hening yang sejenak tercipta.
"Belajar di mana? Dan siapa yang akan mengajari kalian?"
"Di You-Tub*." Jawaban yang dilontarkan oleh Zaenal terkesan singkat, padat, dan jelas.
"Sekarang banyak ustadz dan ustadzah yang membuat konten di You-Tub*, tentang bagaimana membaca Al'Quran yang benar. Simpel dan praktis. Kami bisa belajar di manapun dan kapan pun tanpa mengeluarkan banyak biaya. Hanya biaya untuk membeli kuota," imbuhnya.
Jawaban Zaenal sukses membuat Nofiya tergelak lirih, karena jauh dari ekspektasi-nya.
Sementara Ridwan tampak terdiam. Ia tengah berpikir dan menimbang jawaban yang diberikan oleh Zaenal.
"Bagaimana, Pa? Jawaban saya bisa diterima?"
"Sedikit. Zaman sekarang, belajar apapun bisa melalui You-Tub*. Lebih simpel dan praktis. Tapi menurut Papa, alangkah baiknya jika kalian belajar langsung pada ustadz atau ustadzah dengan cara tatap muka. Bukan melalui You-Tub* atau sejenisnya, karena perkara belajar Al'Quran tidak sesimpel yang kita pikirkan."
"Iya, Pa. Kebetulan, saya mempunyai teman yang berprofesi sebagai ustadz. Kalau dia berkenan, saya akan memintanya untuk mengajari kami, khususnya Fiya."
"Itu lebih bagus, dari pada kalian belajar lewat You-Tub*."
Ridwan mengangkat satu kakinya ke atas, lalu menumpu dengan kaki yang lain.
Lantas menyandarkan punggung yang terasa pegal pada sandaran sofa.
Obrolan di antara Zaenal dan Ridwan sejenak terhenti. Kesempatan itu dipergunakan oleh Nofiya untuk meminta izin pada papanya, karena ingin menyiapkan makan siang di dapur.
Ridwan pun mengizinkan. Bahkan, ia meminta Nofiya untuk memasak sayur sebagai pelengkap ayam bakar utuh dan sambal, pemberian Zaenal.
"Papa ingin bertanya lagi, Zen." Ridwan kembali membuka suara, setelah Nofiya berlalu dan membawa langkahnya menuju dapur.
"Silahkan, Pa." Zaenal menanggapi ucapan Ridwan.
"Apa pekerjaan orang tuamu?"
Zaenal sejenak terdiam. Ia bimbang. Menjawab dengan jujur atau sebaliknya, merendah.
Ia takut jika salah berucap.
"Papi dan Mami saya pengusaha, Pa --"
"Pengusaha batu bata," lanjutnya sedikit merendah.
"Kapan kami bisa bertemu?"
"Saya berharap bisa secepatnya, Pa."
"Baiklah. Bagaimana kalau Hari Sabtu, minggu depan?"
"Saya tanyakan dulu pada Papi dan Mami. Semoga mereka bisa."
"Hmm, ya. Papa tunggu kepastiannya."
"Iya, Pa."
Obrolan Ridwan dan Zaenal terus berlanjut, sesekali diselipi candaan yang membuat mereka mengudarakan tawa.
Zaenal tidak menyangka, calon mertua yang dikenalnya galak dan posesif ternyata sangat asyik diajak berbincang. Terlebih mengenai dunia bisnis dan bola.
Rasa bahagia yang tercipta karena restu, membuat Zaenal seketika sembuh dari demam.
Wajahnya yang semula tampak pucat, kini terlihat berseri, terhias senyum dan tawa.
Bahkan, tubuhnya yang terasa lemah kini tampak sehat dan lebih bugar.
...🌹🌹🌹...
Kebahagiaan yang timbul dalam diri adalah stimulan paling kuat sebagai penyembuh.
🍁🍁🍁
Bersambung ....
Ctt: Wedang secang adalah minuman tradisional yang biasa dikenal dengan nama wedang uwuh. Wedang secang merupakan salah satu minuman tradisional, berasal dari kata wedang yang berarti minuman dan secang yang berarti kayu secang. Kayu secang inilah yang membuat minuman ini menjadi berwarna merah.
Jangan lupa like dan subscribe. Terima kasih 😊🙏🏻
ada2 gajah deh
dasar Conal
Dia otaknya encer...hehehege
Ampuunnn Dahhh
sini di belakang rumahku..sambil ngingu pitik
Dari tadi, aku baca di Zaenal manggilnya YANG..YANG..terus..
itu nama pacarnya Zaenal, Fiya apa Mayang sih..
Aku juga ketawa nihh
Aku pikir Kirana putri cantiknya Author
yang gantengnya sejagad jiwa..yang kumisnya bikin Author gak bisa lupa