"Ah, aku berada di mana?"
Sebuah tempat yang mengesankan! Sial, tapi ini bukan duniaku. Ini adalah dunia sihir! Tunggu, aku terjebak di dalam tubuh seorang pemuda hina yang memiliki sihir sama sekali.
Bodoh, kenapa aku ini mencintai seorang putri kekaisaran sedangkan aku bukan siapa-siapa?
Ahahaha tidak masalah, mari kita genggam dunia ini menggunakan sebuah kecerdasan yang luar biasa. Tidak apa-apa aku tidak memiliki sihir, tapi aku memiliki sebuah seni yang tidak dimiliki oleh orang lain.
Ini adalah dunia yang dipenuhi oleh pedang dan juga sihir. Kau tidak punya sihir? maka kau akan dikucilkan. Tapi mari kita lihat, bagaimana pemikiran dunia modern diterapkan di dunia yang tidak pernah menyentuh sains yang menakjubkan. Juga, mari kita taklukkan dunia ini dengan sebuah kecerdasan dan perkembangan teknologi yang luar biasa.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon arachanaee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Senjata Api: Flintlock
Sekarang hanya menunggu waktu. Tapi memang satu hari penuh mereka sedang berusaha untuk membuat sesuatu yang mana mereka sendiri tidak bisa mengetahui apa yang sebenarnya mereka buat?
Tampak begitu asing, dan tak pernah mereka temui. Hanya saja, naga itu sendiri, yang katanya memiliki umur panjang juga tidak mengetahui apa yang namanya salep dan juga senjata api. Bagi naga seperti Ryugard, salep dan senjata api adalah konsep yang asing. Selama ribuan tahun, mereka hanya mengenal sihir dan kekuatan alami untuk bertahan. Apa yang Kazuto tunjukkan seperti ilmu hitam dari dunia lain.
Sayangnya, Kazuto tidak menjelaskannya lebih lanjut. Mereka benar-benar diharuskan melihatnya sendiri teknologi yang memang sangat dikembangkan di abad ke 21. Masalahnya, tidak akan jadi sesuatu yang wah jika Kazuto memberitahukan mereka sejak awal tentang apa yang sebenarnya mereka buat. Haruslah melihat sendiri, dan Kazuto yakin mereka akan melongo.
Jika minyak kelapa sudah berhasil didapatkan, maka langkah selanjutnya benar-benar sangat mudah. Apa yang Kazuto lakukan adalah menghancurkan belerang yang dia dapatkan di air panas belakang gua. Serbuk-serbuk belerang itu, kemudian Kazuto campur pada minyak kelapa yang masih hangat.
Ketika dicampur, sekarang tekstur dari belerang itu sungguhlah encer. Namun, baunya benar-benar sangat khas hingga orang-orang disekitarnya pun agak sedikit menjauh.
“Nah, coba oleskan ke seluruh tubuhmu. Setelah dioleskan, jangan bersihkan tubuhmu.” Ucap Kazuto sambil memberikan cairan belerang itu kepada Ryugard.
Ryugard tanpa ragu sedikitpun dia menerimanya. Lagipula, jika ini justru membunuh dirinya, itu jauh lebih baik karena dia bisa mati secara instan. Tidak, dia tidak punya pikiran seperti itu. Lagipula, Kazuto memang seolah memiliki daya tarik sendiri yang bisa membuat orang bisa percaya dengannya.
Ryugard pun pergi, mungkin dia akan mengoleskan seluruh belerang ini di belakang gua. Karena, tidak mungkin dia harus telanjang di hadapan para wanita? Itu adalah hal yang memalukan. Jika hanya sekadar Kazuto, mungkin itu bukanlah sebuah masalah.
“Kemana dia pergi tuan?” Laura mengerutkan dahinya.
“Dia benar-benar tidak tahu caranya berterimakasih.” Helen merasa kesal dengan Ryugard yang tiba-tiba pergi begitu saja tanpa mengucapkan sepatah kata apapun.
“Sudah-sudah biarkan saja dia. Dia sedang berada di belakang gua. Dia suka berada di sama karena tempatnya menyejukkan. Lagipula tidak mungkin dia akan telanjang di depan kalian.”
Usai mendengar perkataan Kazuto, Helen mungkin agak sedikit kesal. Memang kemarin dia marah dengan Kazuto, akan tetapi jika orang lain memiliki sifat yang buruk kepada tuannya, mungkin dirinya juga akan marah.
Fokus Kazuto sekarang ada pada senjata api di hadapannya. 20 selongsong telah tercipta, laras yang panjangnya 2 ruas jari sebanyak 3 buah juga tercipta. Walaupun bentuknya mungkin agak amburadul karena Helen membentuknya juga dalam keadaan tidak mengerti bagaimana konsepnya.
Untuk peluru dan bubuk mesiu yang akan dibuat, maka bahannya adalah 75% kalium nitrat, 15% arang dan 10% sulfur. Barang utamanya, yaitu Kalium Nitrat memang didapat secara bersusah payah. Dimana Laura harus mengekstrak kalium nitrat dari endapan guano hingga matahari sudah benar-benar tenggelam.
Tapi untungnya, kalium nitrat yang didapatkan benar-benar banyak. Kazuto mungkin akan berterimakasih kepada kelelawar itu yang telah berak selama berhari-hari hingga menciptakan sebuah harta karun yang begitu berharga.
Kazuto menciptakan 3 bahan itu dengan hati-hati. Helen dan Laura pun membantu.
“Pada akhirnya, bubuk mesiu sudah tercipta.” Kazuto tersenyum. Senang, teknologi selanjutnya sudah diciptakan. Senjata ini akan menjadi sebuah cikal bakal sebuah senjata api yang mengagumkan, yang bahkan bisa menundukkan sebuah kekaisaran dengan mudah tanpa harus mengeluarkan sebuah sihir.
“Jadi ini bubuk mesiu?” Ucap Helen menyentuh bubuk.
Kazuto menuangkan bubuk mesiu ke dalam selongsong dengan telaten. Sedikit saja ceroboh, semua usahanya seharian akan sia-sia.”
Beberapa waktu kemudian, peluru sudah didapatkan dengan total 20 peluru. Sayangnya, laras ini harus mengisi peluru 1 per satu, sehingga agak sedikit merepotkan. Tidak apa-apa, lagipula jika Kazuto meminta Helen untuk membuat revolver, tampaknya itu jauh lebih rumit. Maka dari itu, flintlock jadi awal yang bagus.
“Jika kita memasukkan peluru seperti ini, maka senjata sudah siap. Mekanismenya, batu api akan bergerak maju ketika pelatuk ditarik. Kemudian akan memukul selongsong bagian belakang dan bumm! Peluru akan terdorong ke depan dengan kecepatan yang bahkan melebihi kecepatan suara.”
“A-aku masih belum mengerti.” Ucap Helen menggaruk kepalanya.
“Kita uji coba besok. Kalian akan mengerti nantinya. Hari ini sudah malam.” Ucap Kazuto sambil berbaring. Dia benar-benar merasa lelah untuk satu hari ini. Hanya saja, dia langsung membuka matanya lebar-lebar saat teringat sesuatu. “Hari ini sudah malam! Mari kita uji coba pada beast yang berkeliaran.”
“A-apa anda yakin? Ba-bagaimana jika gagal?” Ungkap Laura dengan kekhawatirannya.
“Kita akan berusaha kembali ke gua ini. Magical beast tidak akan berani untuk masuk ke gua karena aura naga Ryugard bisa menekan mereka.”
Laura menatap Helen, keduanya saling memandang dengan penuh perhitungan karena muncul kekhawatiran. Malam malam seperti ini, magical beast berkeliaran apalagi mereka trauma dengan magical beast yang mereka temui beberapa hari yang lalu. Hanya saja, Kazuto dengan penuh semangat membuat mereka yakin dan berharap penuh dengan senjata api itu.
Bagaimana jika berhasil? Kazuto memiliki optimisme yang cukup tinggi. Sekarang buang mindset bahwa dirinya gagal, dan pasang jika dirinya berhasil. Lagipula, jika Kazuto gagal, Kazuto masih punya jalur untuk menyelesaikan masalahnya.
Mereka pada akhirnya keluar dari gua tersebut pada malam hari. Walaupun tidak terlalu malam, paling tidak para magical beast yang kuat sudah keluar dan bangun untuk berburu.
Beberapa meter mereka keluar dari gua, tidak ada magical beast pun yang keluar menghadapi dirinya.
Namun, beberapa menit mereka berlalu, suara gerakan terdengar samar. Mereka bertiga terdiam dan menoleh ke arah sekitar. Api Helen menyoroti keadaan tertentu. Sayangnya, mereka tidak menemukan apapun.
Dari kejauhan, suara berisik memang tidak bisa ditebak apa itu. Tapi pohon bergoyang menimbulkan suara gemuruh. Kazuto menelan ludah secara kasar, tapi ini juga menjadi sebuah hal yang akan menjadi sebuah pertunjukan besar.
Ketika mereka kembali menghadap ke depan, mereka terkejut. Mereka hampir melompat ke belakang karena mereka bertemu dengan monster yang mana sedang menatap mereka dari jarak yang begitu dekat.
“Jangan bergerak.”
Laura dan Helen bergidik ketakutan. Magical beast yang ada di depannya benar-benar memiliki ukuran yang begitu besar. Ini bukan lagi singa, atau beruang seperti yang mereka temui kemarin. Tapi, seekor lipan! Seekor lipan yang menggeliat. Kepalanya berdiri tegak, matanya menyala saat berhadapan dengan Kazuto.
Lipan ini memiliki warna ungu saat Helen menyalakan api dari tangannya. Dan jarak mereka, seperti jarak antara dua pohon di samping mereka. Benar-benar sangat dekat.
Lipan itu belum menyerang, mungkin agak mengapresiasi Kazuto yang masih terdiam dan berdiri tegak dengan wajah yang sinis. Seolah memiliki kepercayaan diri yang begitu besar.
“Bersembunyi di belakangku, tutup telinga kalian.” Kata Kazuto dengan nada yang begitu dingin.
Kazuto kemudian mengangkat senjata apinya. Tatapannya masih sama, dingin dan tidak berekspresi. Walaupun jantungnya berdetak begitu kencang hingga andrenalin nya menyala. Tapi, dia benar-benar menaruh harapan pada flintlock yang dia ciptakan.
Lipan itu belum menyerang. Seolah benar-benar meremehkan. Juga, dia tidak mengerti apa yang manusia di hadapannya lakukan, karena benda di depan kepalanya itu tampak begitu asing baginya.
Kazuto menyeringai tipis. Senyumnya yang tak terduga itu membuat lipan raksasa tersentak, untuk pertama kalinya tampak ragu.”
ayo mampir juga dinovelku jika berkenan