"Kamu tahu arti namaku?" Ucap Acel saat mereka duduk di pinggir pantai menikmati matahari tenggelam sore itu sembilan tahun yang lalu.
"Langit senja. Akash berarti langit yang menggambarkan keindahan langit senja." jawab Zea yang membuat Acel terkejut tak menyangka kekasihnya itu tahu arti namanya.
"Secinta itukah kamu padaku, sampai sampai kamu mencari arti namaku?"
"Hmm."
Acel tersenyum senang, menyentuh wajah lembut itu dan membelai rambut panjangnya. "Terimakasih karena sudah mencintaiku, sayang. Perjuanganku untuk membuat kamu mencintaiku tidak sia sia."
Air mata menetes dari pelupuk mata Zea kala mengingat kembali masa masa indah itu. Masa yang tidak akan pernah terulang lagi. Masa yang kini hanya menjadi kenangan yang mungkin hanya dirinya sendiri yang mengingatnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon RahmaYesi.614, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Apa yang terjadi?!
Zea pulang lebih awal hari ini. Dia tiba di rumah sebelum azan magrib berkumandang. Kepulangannya tidak dihiraukan siapapun. Amel dan Alia pun bahkan tidak terlihat seperti biasanya.
"Bik, apa Amel sama Mama belum pulang?" tanyanya pada seorang pembantu yang sedang menyetrika pakaian.
"Belum, Nona." jawabnya singkat dan terlihat takut saat berinteraksi dengan Zea.
Huh!
Zea segera menaiki anak tangga menuju kamarnya atau gudang yang ada di lantai atas. Dia paham, semua pembantu di rumah ini takut berkomunikasi dengannya karena Alia melarang mereka.
Ceklekkk
Zea membuka pintu itu, matanya mendapati ruangan yang tadinya penuh dengan kardus berisi barang bekas milik Acel yang sudah tak terpakai itu kini telah berubah menjadi kamar yang bersih, rapi dan wangi.
Ada ranjang kecil lengkap dengan sprei putih, dan selimut, juga satu bantal dan satu guling. Disamping ranjang ada meja kerja lengkap dengan komputer dan beberapa buku tentang menu makanan kafe. Tidak ketinggalan lemari dua pintu yang didalamnya sudah tersusun rapi semua baju miliknya dan ada beberapa baju tambahan.
"Apa yang terjadi? Apa mungkin kak Lui yang melakukan semua ini?!"
Zea langsung mengira semua ini ulah Lui, karena satu satunya yang menerima kehadirannya adalah Lui, meski dia selalu terlihat tidak peduli.
"Kamar mandi!"
Segera Zea berlari untuk melihat kamar mandi yang sebelumnya sangat kotor dan berlumut. Dia belum sempat untuk membersihkannya dan kini kamar mandi itu sudah sangat bersih dan wangi, juga lengkap dengan semua perlengkapan mandinya.
"Siapapun orang baik yang telah melakukan ini untukku, terimakasih." ucapnya merasa lega.
Zea ingin sekali menganggap semua ini dilakukan oleh Akash dengan menyuruh Lui. Tapi, mengingat betapa tidak pedulinya suaminya itu padanya membuatnya berpikir tidak mungkin pria itu yang melakukan hal seperti ini.
Hp nya bergetar, panggilan masuk dari nomor baru. Meski ragu Zea tetap menjawabnya.
"Halo, assalamu'alaikum!" sapanya ragu.
"Zea, ini aku Raka."
"Oh kak Raka. Ada apa, Kak?"
"Gak, aku cuma mau menyapa saja. Bagaimana keadaan kamu. Apa kamu merasa lebih nyaman sekarang?"
Pertanyaan itu membuat Zea curiga Raka yang telah menyulap gudang ini menjadi kamar yang layak untuknya.
"Kamu pasti bingung dan tidak nyaman kan tinggal di rumah utama tanpa kak Acel. Tapi, aku harap kamu bisa memaklumi karena saat ini kak Acel sedang mengurus berbagai hal sebelum hari pelantikannya sebagai pemilik Sky grup."
"Apa tujuan kak Raka seperti ini?"
"Jangan salah paham, Zea. Aku hanya bermaksud membuat kamu merasa sedikit lebih nyaman. Aku tau kamu orang yang baik dan aku meragukan cerita masa lalu tentang perselingkuhanmu. Jadi, aku pikir kak Acel tidak seharusnya memperlakukan kamu seperti ini."
"Terimaksih kak Raka, tapi aku harap kak Raka tidak melakukan apapun lebih dari ini. Aku bukan orang baik seperti yang kak Raka pikirkan."
"Kamu selalu menyembunyikan perasaanmu, Zea. Tapi, gak apa apa juga sih. Biar aku saja yang percaya sama kamu. Karena aku yakin aku jauh lebih bisa membuat kamu bahagia dibanding kak Acel."
"Sekali lagi terimakasih kak Raka. Tapi, aku harap jangan lakukan hal seperti ini lagi. Aku tidak nyaman."
Raka tidak menjawab, dia hanya tersenyum lembut. Sejak dulu Raka menyukai Zea dan ternyata rasa itu masih tetap sama. Dia merasa bisa merebut Zea dari Acel setelah memastikan alasan Acel menikahi Zea.