NovelToon NovelToon
Ibu Pengganti : Demi Satu Miliar

Ibu Pengganti : Demi Satu Miliar

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Selingkuh / Ibu Pengganti / Beda Usia / Diam-Diam Cinta / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:9.2k
Nilai: 5
Nama Author: safea

Di tengah kekalutannya, Ayuna malah dipertemukan dengan seorang wanita bernama Lara yang ternyata tidak bisa mengandung karena penyakit yang tengah dideritanya saat ini.

Siapa sangka wanita yang telah ia tolong itu ternyata adalah penyelamat hidupnya sehingga Ayuna rela melakukan apapun demi sang malaikat penolong. Apapun, termasuk menjadi Ibu pengganti bagi Lara dan juga suaminya.

Ayuna pikir Lara dan Ibra sudah nenyetujui tentang hal ini, tapi ternyata tidak sama sekali. Ayuna justru mendapatkan kecaman dari Ibra yang tidak suka dengan kehadirannya di antara dirinya dan sang istri, ditambah lagi dengan kenyataan kalau ia akan memiliki buah hati bersama dengan Ayuna.

Ketidak akuran antara Ayuna dan Ibra membuat Lara risau karena takut kalau rencananya akan gagal total, sehingga membuat wanita itu rela melakukan apapun agar keinginannya bisa tercapai.

Lantas akankah rencana yang Lara kerahkan selama ini berhasil? Bisakah Ibra menerima kehadiran Ayuna sebagai Ibu pengganti?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon safea, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 32

Rasanya percuma saja Ayuna menolak untuk dibawa ke rumah sakit kalau pada akhirnya ia tetap berbaring di atas brankar dengan jarum infus yang menusuk permukaan kulitnya.

Jantungnya berdebar bukan main ketika seorang dokter perempuan sedang memeriksa bagaimana keadaannya saat ini. Di kepala Ayuna terdapat banyak sekali pemikiran buruk sekarang.

Ayuna tentu tidak bodoh, dari beberapa gejala yang dia hadapi beberapa hari ke belakang ini seolah tengah menunjukkan bahwa Ayuna sedang mengandung.

Kalau dugaannya salah, maka Ayuna akan merasa sangat bersyukur. Tapi, bagaimana kalau apa yang ia takuti sejak di perjalanan tadi memang benar terjadi?

"Bagaimana dokter?" Tidak bisakah Nevan diam saja sampai si dokter menjelaskannya sendiri? Kalau begini kan Ayuna jadi semakin berdebar.

"Hanya demam biasa, juga ditambah dengan asam lambungnya yang sedang naik. Tolong setelah ini jadwal makannya lebih diperhatikan lagi ya, jangan sampai telat supaya nggak tumbang lagi." Penjelasan yang cukup panjang itu tidak Ayuna hiraukan sama sekali, ia malah tengah sibuk menghembuskan napasnya dengan keras.

Itu artinya ia tidak hamil, kan? Berarti mual yang beberapa kali ia alami itu karena asam lambungnya yang kumat, syukurlah.

"Saya akan berikan suntikan ya." Bahkan Ayuna sudah tidak peduli lagi dengan suntikan yang akan ia terima setelah ini. Ayuna hanya sedang sibuk mengucapkan beribu syukur di dalam hatinya.

"Dokter, berapa lama Ayuna harus dirawat?" Namun berkat pertanyaan Nevan yang satu ini, kepala Ayuna kembali menoleh dengan cepat seolah sedang mempertanyakan tindakan yang tengah dilakukan oleh atasannya itu.

"Nggak usah di rawat, Pak. Saya nggak apa-apa kok, habis disuntik juga langsung sembuh pasti." Sayangnya apa yang Ayuna katakan tak mendapatkan respon sama sekali, malahan Nevan masih setia memaku fokusnya pada sang dokter.

"Kalau memungkinkan, Mba Ayunanya bisa pulang besok." Masa iya Ayuna cuma demam sedikit begini harus dirawat di rumah sakit segala?

Baru saja Ayuna akan melayangkan kalimat protesnya, tetapi dokter tadi sudah berpamitan untuk pergi karena ada pasien lainnya yang masih harus beliau periksa.

"Pak, kita balik aja ya. Saya baik-baik aja kok, lagian kan udah disuntik tadi." Gelengan pelan Ayuna dapatkan dari Nevan yang kini sudah kembali duduk di sebelah ranjang pesakitan itu.

"Baliknya nanti aja pas kamu udah sembuh." Kalau Ayuna keras kepala, maka Nevan akan jauh lebih keras kepala dibandingkan dengannya. Lihat saja, Ayuna sampai tak bisa berkutik sama sekali.

Demam yang Ayuna alami sekarang tidak ada apa-apanya, sungguh. Dulu ia pernah beberapa kali mengalami demam yang lebih mengerikan dari ini saja, Ayuna lebih memilih untuk tinggal di rumah dan mengkonsumsi obat yang ia beli di warung terdekat.

Tapi lihat apa yang sedang terjadi sekarang, demam sedikit saja ia sudah mendapatkan suntikan sekaligus perawatan di rumah sakit. Ayuna jadi tak habis pikir.

"Saya kabarin yang lain dulu." Mendengar itu membuat Ayuna justru merasa semakin tidak enak dengan rekan-rekannya yang lain. Ini semua salah Nevan yang ingin agar Ayuna dirawat!

Ayuna hanya bisa terbaring di atas brankar sana sembari memperhatikan Nevan yang tengah sibuk dengan ponselnya sendiri, dari posisinya sekarang Ayuna bisa melihat kedua alis tebal Nevan menukik dengan tajam. Apakah terjadi sesuatu di sana?

Sementara itu di tempat yang jauh berbeda, terlihat Ibra tengah duduk di ruang tamu kediaman mewahnya bersama seorang dokter yang selama ini memang ia percaya untuk menangani Lara—istrinya.

"Seperti yang sudah saya katakan tadi, Pak Ibra. Saat ini kemungkinan untuk sembuh itu sangatlah sedikit, bisa bertahan untuk tetap hidup sampai detik ini pun sudah sangat luar biasa." Sekali lagi, Ibra terlihat menghembuskan napasnya dengan sangat keras.

Pagi tadi Lara kembali tumbang setelah mengalami muntah yang berkepanjangan. Mulanya Lara pun tak mau kalau Ibra sampai harus memanggil dokter, namun apa boleh buat.

"Tubuh Bu Lara sudah kebal terhadap semua obat-obatan yang selama ini saya berikan." Sakit, hati Ibra luar biasa sakit saat mendengarnya.

Kalau sudah seperti ini, Lara tidak memiliki kesempatan untuk sembuh seperti apa yang mereka impikan selama ini.

"Saran saya, Bapak harus lebih banyak lagi menghabiskan waktu bersama dengan beliau. Dan jika memungkinkan, tolong turuti apa pun itu yang Bu Lara inginkan karena kita tidak tahu apakah besok atau lusa beliau masih berada bersama dengan kita." Inilah yang selama ini menggerayangi pikiran Ibra makanya pria itu terlihat sangat mudah mengiyakan keinginan Laranya.

"Kita juga tidak boleh patah semangat, setidaknya kita juga harus mendukung Bu Lara agar lebih semangat lagi untuk bertahan hidup. Kita lakukan yang terbaik untuk Bu Lara." Satu tepukan pelan Ibra dapatkan dari sang dokter sebelum akhirnya beliau benar-benar pergi meninggalkan Ibra seorang diri di sana.

Kepala itu terlihat menunduk dengan sangat dalam seolah tengah menunjukkan jika saat ini dirinya tengah berada di titik terendah dalam hidupnya. Lara, kekasih hati yang amat ia cintai bisa pergi kapan saja tanpa berpamitan sekali pun.

Sejujurnya Ibra sangat takut jika hari itu tiba suatu hari nanti, Ibra hanya belum siap jika ia harus melepaskan sosok yang sudah menemani hidupnya selama lima tahun terakhir ini.

Dadanya sangat sesak sampai rasanya tak bisa lagi meraup oksigen yang ada di sekitarnya saat ini. Dulu Ibra tidak akan pernah menangis karena ia sangat yakin kalau Laranya pasti akan sembuh.

Tetapi setelah mendengar apa yang dokter katakan tadi, harapan itu pergi meninggalkannya begitu saja seolah tertiup oleh angin yang tak kasat mata. Laranya tak akan bisa menemani dirinya sampai rambut mereka memutih.

"Ya Tuhan, Lara." Tetes demi tetes air mata jatuh begitu saja ke atas lantai sana seiring dengan Ibra yang terus saja memanggil nama wanita yang teramat ia cintai.

Ternyata Ibra tak benar-benar sendirian di ruang tamu sana, ada Asher dan juga Farah yang juga sedang memperhatikan sang atasan dengan mata yang sudah memerah total.

Dari posisi mereka berdiri sekarang, mereka bisa merasakan betapa besar rasa cinta yang Ibra miliki untuk istrinya itu. Ibra yang malang.

1
Rafly Rafly
seperti nya hasil kerja bakti di jepang ada manfaatnya /Angry//Angry//Angry/
Muhammad Irpan
lanjuuuut thoor
Yona Panai
bgus
Rafly Rafly
Luar biasa
yani suko
pakai sistem bayi tabung khan bisa, jadi ndak harus tidur bareng
Ahmad Rezky
aku sudah mampir mampir juga ya
miilieaa
beruntung ayuna
only siskaa
ttp semangat thor jgn lupa utk mampir yahh
Jihan Hwang
hai aku mampir... ceritanya bagus
mampir jg dikarya aku ya jika berkenan/Smile//Pray/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!