Balas dendam seorang perempuan muda bernama Andini kepada mantan suaminya yang pergi karena selingkuh dengan janda muda kaya raya.
Tapi balas dendam itu tidak hanya kepada mantan suaminya, melainkan ke semua lelaki yang hanya memanfaatkan kecantikannya.
Dendam itu pun akhirnya terbalaskan setelah Andini membunuh dan memutilasi semua pria yang coba memanfaatkannya termasuk mantan suaminya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tresna Agung Gumelar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18
Jaka terus mengikuti Sandy dengan fokus, tetapi Sandy sempat berhenti di toko Bunga, dia sengaja membeli satu buket bunga untuk diberikan nanti kepada Lita.
Jaka terus mengawasi dari kejauhan, sambil menggerutu.
"Aduuuhh.. Mau kasih surprise ceritanya, tapi masa sih istrinya luluh cuma sama bunga doang? kalau sama bunga doang mah gua juga bisa, bila perlu sekebon gua kasih."
Jaka sudah tahu tujuan Sandy memang untuk pergi ke kantor, soalnya arah jalannya Jaka sudah hafal.
setelah sampai kantornya Sandy, Jaka juga memarkirkan motornya di pinggir jalan, dia berpura-pura mangkal sebagai ojek daring sambil menyalakan sebatang rokok.
"Bagaimana caranya gua masuk ya? jadi penasaran gua bagaimana sih cara meluluhkan hati perempuan pake bunga seperti itu, jadi ingin ngikutin caranya. Hmm"
Jaka berbicara dalam sambil menghisap rokok yang baru menyala.
***
Suasana di dalam ruangan Lita.
Sandi tanpa mengetuk pintu langsung masuk ke ruangannya Lita, Lita juga sedang fokus di depan laptopnya tetapi dia sudah tahu bahwa yang masuk adalah Sandy, dia hanya diam dan tak menghiraukannya.
Sandi langsung memeluk Lita dari belakang sambil memberikan bunga yang dibawanya.
"Pagii sayang."
Cup. kecupan Sandy tepat di rambut belakang Lita.
"Iyaa pagi."
Lita yang masih memandang laptopnya.
"Nih aku bawa bunga kesukaan kamu."
Sandy yang sambil menunjukkan bunga yang dibawanya.
"Iyaa"
Lita masih cuek, dan sedikit menggeser kan tubuhnya.
"Hmm aku simpen di meja ya."
Sandy yang masih tahu bila Lita masih marah langsung menyimpan bunga tersebut di samping laptop Lita.
Setelah menyimpan bunga di meja, Sandy langsung mencium pipi Lita yang saat ini Lita masih kesal dan cemberut.
"Apaan sih, sana sana ah keruangan kamu."
Ucap Lita dengan tatapan mata sedikit sinis
"Jutek amat sih, aku kan mau minta maaf sayang"
"Di sini bukan tempatnya ya, di sini tempat kerja, kalau masih kaya begini aku gak segan-segan panggilin security biar kamu pergi dari ruangan ini."
Dengan nada yang sedikit tegas Lita menyuruh Sandy untuk pergi.
"Ya ampun segitunya, yaudah kalau begitu, dah sayang"
Sandy pun pergi meninggalkan Lita dan langsung menuju ke ruangannya yang berada di sebelah ruangan Lita.
Sementara tanpa ragu, Lita langsung membuang bunga yang Sandy kasih ke tempat sampah setelah Sandy pergi.
Prak.
Suara bunga yang jatuh di tempat sampah.
"Najis, memangnya harga diri aku seharga bunga murahan kaya begini."
Ucap Lita sambil kembali ke tempat duduknya.
Akhirnya mereka berdua hanya fokus bekerja sampai jam istirahat tiba.
Di area luar kantor Jaka sangat bosan sekali, dia kebingungan harus ngapain, Jaka akhirnya menelpon kepada Andini karena nggak tahu harus melakukan apa saat ini. Sementara waktu juga sudah jam makan siang.
Andini pun langsung merespon telpon dari Jaka.
"Kenapa Jaka, ada info penting kah?"
"Mbak Andin, dari jam 9 Sandy sudah ada di kantor, saya ngikutin dia dari tadi. Lita juga aku lihat mobilnya ada di sini, tadi sih Sandy sempet membeli bunga, kayanya buat Lita deh. Saya sekarang bingung harus ngapain, soalnya mereka gak keluar-keluar dari area kantor."
"Hmmm apa mereka baikan ya? tetapi gak mungkin sih, kamu disitu saja ya Jaka plisss. Nanti juga mereka pasti keluar kantor ko."
"Hmmm iya deh aku tungguin di sini, tetapi kalau kabarnya kurang memuaskan jangan marah ya mbak Andin."
"Apaan sih, tugas kamu kan cuma mantau, tenang saja kamu bakal tetap dapet bonus ko dari saya."
"Alhamdulillah Syukur deh, soalnya itu yang saya takutkan bonusnya gak jadi."
"Hmmm dasar ya kamu ini. Tenang saja nggak usah khawatir, saya nggak pernah bohong ko orangnya."
"Oke deh, kalau begitu saya semangat nungguin sampe kapan pun juga di sini."
"Bagus deh kalau begitu, kamu jangan lupa makan siang ya, santai saja di sana nggak usah terlalu serius."
"Siap mbak Andin, oke."
***
Suasana di warung makan.
Saat jam istirahat tiba, Indra kini sudah berada di warung makan dan sudah Andini siapkan makanan pesanan untuknya, yaitu telur dadar yang masih panas yang Indra pesan tadi pagi.
"Mau di tambahin apalagi sayang masa telur dadar saja?"
Tanya Andini sambil memberikan sepiring makanan.
"Hmmm tambah kentang balado deh, sama sayur sawi."
"Oke siap."
Andini pun mengambilkan lauk tambahan yang indra ingin, kemudian kembali lagi ke meja makan yang Indra tempati.
"Eh nanti sore kamu mau ajak aku ke mana sih Din?"
"Ah nanti saja deh aku kasih tahunya, kalau aku kasih tahu sekarang nggak bakal surprise dong jadinya."
"Kamu mau ajak aku nikah cepet-cepet ya?"
"Ih so tau, bukan. Ada deh pokoknya yang pasti kamu bakal seneng banget nanti."
"Hmm jadi bingung aku, nyerah ah aku nggak bisa nebak sumpah bingung."
"Lagian siapa yang nyuruh nebak coba, udah ah kamu makan dahulu saja ya, kalau mau nambah bilang saja sama aku, udah gausah banyak mikir oke."
"Hmmm iya deh."
"Yaudah aku ke sana dahulu ya, dah sayang."
"Iya sayang makasih ya."
"Iya sama-sama."
Sore pun tiba.
Pukul tiga sore Indra sudah berada di warung makan dan berniat menjemput Andini. Sebelumnya Andini juga sudah meminta izin kepada Bude Rini kalau dia mau pulang sore.
Bude Rini juga tidak keberatan apalagi dia tahu kalau Andini mau mengajak jalan Indra. Bude sangat merestui mereka berdua, karena Bude tahu kalau Indra ini anak yang sangat baik dan merasa cocok jika menikah dengan Andini suatu hari nanti.
Akhirnya mereka berdua berangkat menggunakan taksi online. Indra sangat kebingungan di sini dan tak tahu sama sekali mau dibawa ke mana oleh Andini.
Setelah sekitar 30 menit akhirnya mereka sampai di sebuah dealer motor. Indra makin kebingungan di sini.
"Ngapain Din kita ke sini?, nggak jelas ah kamu ini"
Indra yang bingung sambil mengerutkan dahinya.
"Ko gak jelas sih hmmm. Ayo masuk saja dulu yuk."
Andini mengajak Indra sambil memegang tangannya.
Mereka akhirnya masuk ke dalam. Andini menyuruh Indra untuk memilih salah satu motor. Dealer ini hanya menjual sepeda motor bekas, bukannya Andini nggak mau membelikan motor baru, tetapi ini hanya bersifat sementara untuk keperluan Indra sehari-hari di sini.
"Maksudnya bagaimana Din?."
Indra yang masih sangat kebingungan.
"Ayoo pilih, tetapi maaf ya motornya nggak ada yang baru."
"Aku gak ngerti ah sumpah."
"Aku mau beliin kamu motor sayang, ayo pilih mau yang mana?."
"Kamu ini aneh ya, katanya uangnya buat nikah kita nanti, nggak mau ah aku, ini kan semua lumayan harganya."
"Tabungan aku masih ada ko, ini udah rezeki kamu sayang, lagian untuk keperluan kita berdua juga, nanti kita juga bisa bawa ke kampung untuk keperluan kita di sana, ayo liat aku sini. Aku serius ini udah rezeki kamu."
"Din, kamu ko percaya banget sama aku, padahal kita belum lama-lama banget loh kenal, kamu udah kasih segalanya saja buat aku."
"Indra, aku tuh nggak pernah sembarangan jatuh cinta sama orang, aku tahu kamu itu pria yang baik dan tulus, Bude Rini juga sering cerita tentang kamu sama aku, makanya aku percaya banget sama kamu, aku ngelakuin semua ini karena aku sungguh-sungguh sayang sama kamu, sekarang kamu pilih ya, ayo sayang mau yang mana?"
Indra sempat berkaca-kaca matanya, karena dia baru kali ini dicintai oleh wanita yang benar-benar tulus sekali mencintainya,
"Kok jadi sedih, gak seneng yaa?"
"Aku terharu, baru kali ini aku dicintai sampai seperti ini."
"Hmmm. Udah ah, Ayo sekarang pilih ya!"
"Terserah kamu ah, kira-kira kamu nyamannya yang mana kalau dibonceng sama aku?"
"Ih susah amat suruh milih juga. Yaudah kalau yang ini bagaimana? Kamu mau?"
Andini menunjuk motor yang sedikit besar.
"Yang itu saja deh yang matic, biar gampang kalau bawa barang-barang."
Indra menunjuk salah satu motor matic sederhana.
"Indra aku cium juga ya kamu tadi di suruh milih nggak mau terus hmmm."
"Malu kan ah."
"Sumpah aku jadi gereget sama kamu, yaudah bener ya yakin yang ini?"
"Iya yakin seratus persen."
"Hmmm dasar, yaudah ayo kita ke orangnya."
Merekapun akhirnya melakukan transaksi untuk sepeda motor tersebut. Dan sudah langsung membawa pulang dari situ juga.
Sebelum berangkat pulang, Indra masih saja terharu dan sedikit sedih.
"Din?"
Tanya Indra sambil berdiri memegang setang motor dengan raut muka malu.
"Apalagi sih, udah ah hayo saja cemberut begitu, ayo kita pulang yuk!"
"Makasih ya."
"Iya sayangku sama-sama, makasih mulu ih bosan dari tadi."
"Ya kan memang makasih, hmmm"
"Iyaa udah ah, tapi di rawat ya motornya."
"Hmm iya Pasti aku rawat ko, yaudah ayo pulang!"
"Cuma makasih doang nih gak cium aku gitu?"
"Hmm nanti saja di rumah, masa di sini."
"Dih mau ngapain di rumah? Ayo?"
Sambil menunjuk Indra.
"Dicium kan?"
"Nggak mungkin cium doang kalau sudah di rumah, hayoo mau apa kamu?"
"Ya terserah aku lah"
"Ah gamau gamau, aku lagi halangan tau, yee kasian ye. Haha"
Andini menertawakan Indra.
"Yah gagal dong."
"Hmm udah mulai doyan ya sekarang."
"Apaan sih orang cuma becanda."
"Haha alesan saja, ayo pulang ah!"
"Hmm yaudah ayo"
Mereka berdua akhirnya pulang, diperjalanan mereka saling bercanda dan tertawa, mereka sangat bahagia sekali di sore ini, Andini juga terus memeluk Indra sepanjang perjalanan dan menyenderkan kepalanya di punggung Indra.
bisa saja. semangat./CoolGuy/
padahal di simpan disitu terus.
selama saya di perantauan, sakit di paksain sehat, lapar di paksain kenyang, ngantuk di paksain semangat,ada masalah di pendam, uang yang gak cukup di cukupin, dan berbagai hal lain./Frown/
tapi walaupun begitu saya mendukung Andini bijak, dan jujur tapi tidak terkejut juga karena alasan nya sama dengan saya.