Arrayan menikahi Bella, seorang gadis cacat, karena dendam. Kecelakaan tragis yang menewaskan kedua orang tuanya membuat Arrayan yakin Bella adalah penyebabnya.
Namun, Bella hanyalah korban tak bersalah, sedangkan pelakunya adalah Stella, adik angkatnya yang penuh ambisi. Ketika Stella melihat wajah tampan Arrayan, dia menyesal menolaknya dulu dan bertekad merebutnya kembali. Di tengah rahasia yang semakin terungkap, cinta dan kebencian menjadi taruhan.
Akankah Arrayan menemukan kebenaran sebelum semuanya terlambat? Apa pilihan Arrayan saat cinta dan balas dendam saling beradu?
Happy reading 😘🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eka Nawa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18 ( Mempermalukan Bella )
Terlihat Bella sedang membereskan semua pakaiannya dan memasukkannya ke dalam koper. Setelah memergoki Arryan bermesraan dengan Stella saat di kantor, Bella memutuskan langsung pulang ke rumah dan berniat pergi dari rumah Arrayan.
Bella menarik kopernya menuju keluar dan bersiap membuka pintu utama. Namun, tangannya terhenti saat Ani menghampirinya setelah memanggil Bella,”Nona, kau mau ke mana? Kenapa membawa koper?” tanya Ani.
“A-aku … mau ke rumah papa. Mau menginap di sana,” jawab Bella.
“Apa Nona sudah memberi tahu Tuan?” ujar Ani.
“Sudah … kalau begitu aku pergi dulu ya,” pamit Bella dengan sangat terburu-buru.
Ani hanya memandang Bella yang semakin jauh dari pandangannya, Ani merasa curiga dan ingin memastikan apakah Tuannya sudah tau tentang kepergian Bella ke rumah orang tuanya atau belum?.
Setelah menghubungi beberapa kali, Arrayan tetap tidak mengangkat telepon dari Ani. Ia pun berhenti menelepon Arrayan. Bagaimana akan di terima telepon Ani jika saat ini Arrayan sedang meeting dengan Yahiko dan adiknya klien Arrayan dari Jepang.
Arrayan masih ingat saat Yahiko kepergok sedang bersama istrinya membuatnya sedikit malas meeting dengannya tidak seperti pertama kali, tetapi Arrayan harus bersikap professional karena Yahiko merupakan investor terbesar di perusahaannya dan juga ia teman baik sang papa.
“Tuan, kau kenapa menatapnya tajam seperti itu pada Tuan Yahiko?” bisik Toni.
“Diam kau! Aku menatapnya biasa saja, kau saja yang cerewet!” kesal Arrayan.
Sedangkan adiknya Yahiko tidak berhenti memandangi ketampanan seorang Arrayan membuat sang kakak memukul lengannya,”Arghhhh … sakit, kak,” rintih Azumi.
“Jaga pandanganmu pada pria itu, kakak dengar dia sudah menikah,” bisik Yahiko.
“Aku hanya menatapnya, memangnya gak boleh,” rajuk Azumi mengerucutkan bibirnya kesal.
“Baiklah, kalau sudah tidak ada yang dibicarakan lagi aku akan pamit sekarang,” ujar Arryan dan mereka pun saling bersalaman.
Setelah Arrayan pergi tiba-tiba Azumi bangkit dan menyusul Arrayan,”Tuan Arrayan tunggu!” panggil Azumi.
Langkahnya terhenti dan langsung berbalik ke belakang melihat sosok wanita yang memanggilnya sedang berjalan menghampiri dirinya,”Tuan, besok adalah hari terakhir aku di sini,” ujar Azumi.
“Lalu …?” perasaan Arrayan mulai tidak enak.
Azumi meraih tangan Arrayan membuat Toni melongo menatap kelakuan gadis itu yang dengan berani menyentuh tangan Arrayan,”Bisakah besok malam kau datang ke hotel untuk makan malam bersamaku?” ajak Azumi dengan percaya diri.
Arrayan terdiam ia malah menatap ke arah Yahiko yang berada di belakang Azumi dengan tatapan bingung melihat kelakuan sang adik yang nekat mengajak pria beristri makan malam di hotel pula.
Arrayan menepis tangan Azumi dan ia langsung menolak ajakan gadis itu karena ia sudah mempunyai istri,”Kalau begitu ajak istrimu saja sekalian,” Azumi terus memaksa.
“Azumi, jangan memaksa Tuan Arrayan, lebih baik kita pulang sekarang!” desis Yahiko.
“Baiklah, aku akan datang bersama istriku besok malam,” Azumi sangat senang mendengarnya dan Arrayan pamit untuk kedua kalinya pada kedua kliennya.
Saat di dalam mobil Arrayan segera mengecek ponselnya dan banyak sekali notif panggilan terlihat di layarnya. Arrayan menelpon balik panggilan itu yang ternyata telepon rumahnya.
Telepon tersambung
“Ada apa menelponku?” tanya Arrayan.
Kebetulan Ani yang menerima telepon itu, ia langsung memberitahu Arrayan kalau Bella pergi dari rumah membawa koper ke rumah orang tuanya. Arrayan terkejut dan bertanya kenapa tidak ada yang memberitahunya khusunya sang istri.
“Nona bilang sudah memberitahu Tuan,” kata Ani.
Tut Tut
Arrayan mematikan sambungan telepon secara sepihak.
“Toni, putar balik kita langsung ke rumah Tuan Johan!” perintah Arrayan.
“Ada apa, Tuan? Mau apa kita ke sana?” tanya Toni.
“Sudah jangan banyak tanya, atau kau mau aku pecat, hah!” pekik Arrayan.
Toni langsung membanting stir ke kanan memutar balik dan melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi agar cepat sampai ke rumah Johan.
*
*
Ting! Tong!
Ceklek
“Arrayan … silahkan masuk,” ajak Johan yang kebetulan membukakan pintu.
“Bagaimana kabarmu? Sudah lama kau tidak berkunjung ke sini,” ujar Johan.
“Kabar ku baik, pah. Aku kesini hanya ingin menjemput Bella,” ucap Arrayan yang mana membuat Johan bingung.
“Menjemput Bella? Tapi Bella gak ada di sini, Arrayan,” balas Johan membuat Arrayan bertambah kahwatir.
“Dia bilang pada maid kalau mau ke rumah papa dan pergi membawa koper katanya mau menginap beberapa hari di sini,” ujar Arrayan.
“Tidak, Bella tidak di sini. Dia tidak memberi tau apapun sama papa kalau dia akan kesini. Ada apa sebenarnya Arrayan, apa kalian sedang bertengkar?” Johan mulai panik.
Arrayan menjawab dengan gelengan kepala dan dia langsung pamit tanpa menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi pada Johan. Pria paru baya itu hanya mengelus d4d4 merasa khawatir pada Bella seraya menatap kepergian Arrayan dari rumahnya.
Tes
Hujan mulai turun, Bella yang sedari tadi berjalan sambil menarik kopernya berusaha menuju halte karena hujan semakin deras, tetapi seseorang menendang kopernya membuatnya pun ikut terjatuh karena kehilangan keseimbangan.
Bella mencoba bangkit, tetapi tangannya diinjak seseoarang ia meringis kesakitan menarik kepalanya menatap orang itu di bawah guyuran hujan yang semakin deras. Bella melihat sosok yang selama ini selalu menyiksanya.
“Stella …” lirih Bella.
Arrghh
Stella menarik rambut Bella menatapnya dengan penuh amarah, karena penolakan Arrayan padanya terlebih lagi pria itu datang ke rumahnya mencari istrinya,”Tinggalkan suamimu, kak! Kau tidak pantas untuknya hanya aku yang pantas menjadi nyonya Mahendra,” tekan Stella tanpa melepaskan genggaman tangannya di rambut sang kakak.
“Kenapa, Stella. Bukankah kau dulu yang menolak perjodohan itu. Kenapa sekarang kau menyuruhku untuk meninggalkan suamiku,” ujar Bella melepaskan tangan Bella.
“Karena aku tidak tau kalau Arrayan ku yang sekarang berubah menjadi tampan. Dulu dia sangat culun dan juga berwajah jelek tapi sekarang dia adalah pria idamanku. Aku tidak tau kenapa dia bisa menerima gadis c4c4t sepertimu! Yang jelas sekarang kau harus turuti kemaunku! Kalau tidak, aku akan berbuat sesuatu padamu saat ini juga,”
Bella tidak mengerti maksud Stella, adiknya itu mau melakukan apalagi pada dirinya,”Apa maksudmu, Stella? Kau mau melakukan apa?” takut Bella.
Stella menarik sudut bibirnya tersenyum menyeringai ia bangkit membuang payung hitamnya begitu saja karena hujan pun mulai mereda. Satu … dua … tiga.
“Hai … lihatlah! Wanita itu adalah kakak angkatku yang diadopsi kedua orang tuaku!” teriak Bella mengundang orang yang berlalu lalang menjadi terhenti melihat Stella yang terus saja bicara dengan wajahnya yang memelas seperti ia lah yang merasa tersakiti.
Bella panik,ia memandangi semua orang yang sudah mengerumuni dirinya dan Stella, wanita itu menghampiri setiap orang dengan mengatakan hal-hal yang tidak baik mengenai Bella,”Nyonya … bagaimana perasaanmu jika suamimu terlalu menyayangi dan selalu membela anak angkatnya sedangkan putri kandungnya sendiri selalu di salahkan,” ujar Bella dengan wajah memelas.
“Ck, aku akan mengusir anak angkat itu dari rumahku dan gak akan membiarkan dia merusak kebahagiaan putri kandungku,” balas wanita paru baya menatap benci pada Bella.
“Bukan hanya perhatian papa ku saja yang diambil wanita itu nyonya, bahkan calon suamiku juga direbutnya. Hatiku sangat sakit karena calon suamiku lebih meilih dirinya dari pada aku, apa kurangnya aku nyonya sampai dia memilih kakak angkat ku … hiks!” Stella mentupi wajahnya ia berpura-pura menangis, tetapi sekilas ia menatap Bella dengan kedua matanya yang sudah berkaca-kaca melihat perlakuan adik yang begitu dia sayangi sampai hati memfitnahnya di depan semua orang.
“Tenanglah, nak. Mungkin dia gunakan kekurangannya untuk belas kasihan agar calon suamimu mau menerimanya. Padahal jika dilihat kau sempurna sedangkan dia hanya gadis c4c4t yang terlihat tidak berguna,”
Degh!
Air mata Bella luruh juga ia memegangi d4d4nya yang terasa sesak, ingin sekali ia membela dirinya. Akan tetapi, lidahnya mendadak kelu melihat sorot mata semua orang yang memandang beci padanya seolah membenarkan perkataan Stella.
Tubuhnya bergetar ia memilin erat roknya tertunduk seraya menangis terisak, lelah dengan kehidupannya yang sangat pahit, ia selalu mendapat hinaan, siksaan dan fitnah yang saat ini dilakukan Stella yang seharusnya menyayanginya walaupun bukan kakak kandungnya, tetapi Bella berusaha mengalah hanya untuk kebahagiaan Stella.
Mulai dari menjauh dari keluarga yang sudah memberikannya tempat tinggal, kasih sayang sang papa walaupun mama Daisy selalu menyiksanya setidaknya ia mengingat kasih sayang yang ia dapat dari Daisy walaupun hanya sebentar karena setelah Stella lahir kasih sayang itu sudah diambil adiknya.
Hingga saat Daisy dan Stella sendiri menemuinya dan memaksanya menerima perjodohan itu serta Johan yang meminta pada Bella sembari memohon walaupun tau kalau papanya tidak bermaksud untuk memaksanya tidak seperti Daisy yang memaksanya. Ia tetap menerima agar perusahaan sang papa tidak jadi, bangkrut.
Akan tetapi, apa yang dilakukan Stella sekarang padanya? Ia mempermalukan Bella membuat harga dirinya terasa dinjak-injak dan semua yang ia lakukan tidak ada artinya sama sekali di mata adiknya itu. Seolah ia tidak merasa puas dan selalu menginginkan apa yang sudah menjadi milik Bella termasuk suaminya sendiri.
“Salahkah aku nyonya meminta kakak ku untuk melepaskan suaminya dan mengembalikannya padaku. Karena aku yakin suaminya itu tidak mencintainya dia pasti masih mencintaiku karena memang kami itu saling mencintai,” bohong Stella.
“SALAH! ITU SANGAT SALAH!” teriak seseorang dari kejauhan.
*
*
Bersambung.
😅