seorang gadis penyendiri sedang nongkrong di game MMORPG, namun ia tertidur di dalam game itu, dan terbangun di dunia yang berbeda.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon king in yellow, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
perpustakaan istana.
Pintu perpustakaan terbuka. Perpustakaan itu luas dengan banyak buku dan rak-rak buku yang tersusun rapi. Banyak jendela untuk penerangan alami. Perpustakaan itu juga tinggi dengan tiga lantai. Sasha masuk walau begitu ia tidak terlalu terkesan. Ia mengingat sebuah dungeon di game Overworld. Dungeon itu adalah labirin dari rak buku dengan tinggi tak terbatas. Dan buku buku yang tidak terbatas juga dengan isi kombinasi huruf, kata, dan bahasa yang pernah ada. Ia mengingat ia terjebak di sana selama tujuh hari.
"boleh juga... Wind spirit" tiga lingkaran sihir muncul di hadapan Sasha. Darinya muncul kristal berwarna hijau kebiruan mengambang di udara.
"carikan aku buku tentang dimensi"
Asra dengan bingung. "dimensi ? Apa yang ingin kamu lakukan ? Pindah dunia ?"
Sasha tersenyum kecil. "mungkin..."
"terserah... Aku akan pergi..."
Astra pergi dari perpustakaan. Sasha tidak mempedulikannya. Ketika wind spirit kembali dan membawakan buku buku yang ia temukan. Ia berjalan ke meja dan para wind spirit menyusun buku di sebelahnya. Ia mulai membaca.
Setelah tiga jam Sasha tidak menemukan apa pun yang akan membantunya. Ia bersandar ke belakang kursinya dengan menyerah dan pasrah.
"apa sih ! Isinya dongeng dan mitologi semua !"
Sasha lalu mengubur wajahnya di atas meja. Wind spirit memutarinya menunggu perintah. "despawn !" seketika ketika wind spirit berubah menjadi abu biru dan di hisap tubuh Sasha.
"bajingan... Aku tidak menemukan apa pun... Bagaimana ini... Kalau begini terus aku tidak akan bisa pulang... Aaahh... Sudahlah memikirkan itu semua membuatku stress..." perlahan kedua matanya tertutup karena kelelahan. Ia mengenakan kedua tanganya sebagai bantal dan tertidur.
Dua jam kemudian cahaya oranye bersinar dari sisi kanan perpustakaan. Sasha masih tertidur di mejanya. Di saat yang sama Alice memasuki perpustakaan. Ia melihat Sasha yang tertidur, ia kemudian menghampirinya dan berusaha membangunkannya. Dengan cara mengoyangkan tubuhnya.
"hey... Bangun..."
Sasha kemudian mengeram. Kemudian meregangkan tubuhnya. "aaah ! ...huh Alice ? Berapa lama aku tidur ?"
Alice mengelengkan kepalanya sambil duduk di kursi sebelah Sasha. "entahlah..." Sasha lalu melihat tumoukan buku yang selesai Sasha baca. "apa yang kamu berusaha cari ?"
Sasha mengisok matanya. Lalu menguap, "aku mencari cara pindah dimensi..."
Alice terlihat bingung. "mantra itu sudah lama hilang... Satu satunya kamu mendapatkannya dengan menghadap Veritas..."
Sasha kemudian menatap Alice dengan bingung banyak pertanyaan di wajahnya. "tunggu... Veritas dewa pengetahuan ? Apa dia benar benar ada ? Aku kira dia hanya mitos..."
"yang kamu baca itu tidak ada yang mitos. Kalau kamu benar-benar membaca semuanya kamu tahu cara mengikuti ujiannya"
Sasha kemudian mengambil buku berjudul tangga cahaya. "apa aku bisa berpatisipasi ? Aku ini orang luar..."
Alice mengangguk. "tentu... Sang raja kelihatanya menerimamu dengan baik... Di sisi lain Sang dewa tidak memandang bulu. Siapapun yang punya pertanyaan akan ia jawab. Apapun itu, bahkan pengetahuan yang hilang, selama mengikuti ujiannya"
Sasha kemudian melamun. (apa aku harus aku ikut ? Aku bahkan tidak tahu kapan ujian itu akan di mulai... Tapi nanti aku terlibat lebih dalam dengan masalah dunia ini !)
"hey... Sasha... Mantra apa yang kamu gunakan, saat kita bertarung tadi.."
Sasha keluar dari lamunannya. "huh ! Apa ? O-oh iya mantra yang mana ?"
"semuanya... Aku tidak pernah mendengar mantra apa pun yang kamu gunakan. Kamu tahu aku ini penyihir tempur kan ? Dan kamu adalah seorang summoner... Kamu memiliki mantra sekuat itu dan Itu tidak terdengar masuk akal bagiku."
Sasha mengangguk. "baiklah... Mantra mantra itu tidak begitu kuat... Nyatanya semua mantra yang aku miliki nyaris semuanya untuk menganggu pergerakan musuhku. Atau melindungi diriku sendiri, sisanya aku serahkan kepada summonanku. Coba... Mantra penyerang apa yang aku keluarkan ?"
"bagaimana mantra yang membuatku tidak bisa bergerak itu ?"
"seperti yang aku katakan... Itu tidak mematikan bukan ?"
Alice kemudian mengingat pertarungannya yang sebelumnya. "lalu... Bagaimana kamu mengatasi holy javelin miliku... Itu mantra terbaikku"
"ppffff..." Sasha menutup mulutnya berusaha menahan tawa. "maaf... Mantra terbaikmu ? Kau pasti bercanda"
"t-tidak ! Aku serius itu mantra terkuatku !"
Melihat keseriusannya Sasha menghela nafas. Lalu menjelaskan. "mantra yang aku gunakan untuk mengatasi holy javelin mu adalah Cancel. Selama proyektil sihir atau perampalan belum selesai dan aku menggunakan mantra itu. Semua proyektil sihir dan rampalan itu akan gagal dan harus di ulang lagi"
Alice terdengar terkejut mendengar mantra yang terdengar begitu kuat itu. "huh ?! Itu terdengar sangat kuat... Tapi pasti ada kekurangannya juga kan ?"
Sasha mengangguk. "tentu... Jika sebuah mantra berhasil di batalkan bahkan jika itu telah berubah menjadi proyektil sihir. Sang perampal akan mendapatkan kembali mana yang telah mereka keluarkan. Jadi kamu bisa menggunakan mantra yang sama dengan waktu dan kondisi yang lebih menguntungkan..."
Alice mengingat pertarungan sebenarnya lalu ia mengingat bagaimana ia merasa tidak kehilangan sedikitpun mana saat merampal Holy javelin. "t-tunggu bagaimana dengan serangan pertamaku ? Kau tidak tergores sedikitpun ?"
"huh ? Oh ! Itu... Yaah... Karena peluru sihir bukan mantra... Kau hanya melempar mana yang padat ke arah lawanmu. Dan aku kebal terhadap semua jenis serangan mana padat. Kecuali jika mana itu di gunakan untuk mantra"
Alice terlihat ragu namun pada akhirnya ia berbicara. "Sasha... Bagaimana kalau kita duel lagi nanti ? Kamu satu satunya lawan yang... Unik... Mantra-mantramu asing bagiku, dan itu sangat menarik"
Sasha terlihat mempertimbangkannya. "kalau di lingkungan yang terkendali boleh saja..."
"tentu ! Ada arena sihir di sekolah sihir"
"hm ? Sekolah sihir ? Apa kamu murid di sana ?"
"itu dulu... Sekarang aku sudah lulus... Yaaah... Baru minggu lalu sih... Tapi tenang aku punya izin di sana. Di sisi lain kamu dekat dengan Oslar kan ? Dia yang ounya sekolah itu"
"apa kalian di sana hanya belajar sihir ?"
"tidak, kami belajar banyak hal... Terutama peran kami di dalam konflik. Sebenarnya arena itu bisa di akses sekolah lain tetapi pemiliknya tetap Oslar"
Sasha mengangguk angguk. "menarik..." lalu ia melamun sebenar.
Melihat Sasha yang melamun Alice menyadarkannya. "hey ada apa ?"
"huh ? Oh tidak... Aku hanya bingung bagaimana cara meyakinkan sang raja untuk membiarkan aku berpatisipasi di ujian itu..."
"jangan takut... Aku akan membantumu..."