"Hidup aja, ikutin kemana arus bawa lo. Teruskan aja, sampe capek sama semua dan tiba-tiba lo bangun dirumah mewah. Ucap gue yang waktu itu ga tau kalo gue bakalan bener-bener bangun dirumah mewah yang ngerubah semua alur hidup gue "- Lilac
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Razella, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Roar
Semenjak semua kebenaran yang ada telah diungkap kan pada Lilac. wanita itu benar-benar makin menempel pada Jojo. Dan pria itu juga kembali ke akademi. Joseph jadi jarang pulang kerumah bahkan tak pernah lagi pulang setelah pertemuan terakhirnya dengan Lilac. Anak itu benar-benar fokus pada akademinya dan hanya bisa mengawasi Lilac lewat Bori. Biarkanlah. Lagi pula selama mereka masih bisa berkomunikasi Lilac rasa ia tak perlu khawatir. Ditambah sekarang ia dan semua anggota rumah lebih menjaga diri kemanapun mereka pergi.
"Gimana kalo nanti malem kita makan didepan lagi aja? Kayak empat bulan lalu waktu adek kesini." Ajak Rama yang kini sedang membantu bu Aini dan para pekerja lain menanam sayur dikebun belakang. Dan pada kenyataanya, Rama dan Raja seumuran dengan Joseph walau hanya berbeda bulan.
"Tapi Jojo kayaknya ngga bakal dateng. Liat aja nona dikamar terus biar bisa ngobrol sama dia." Jawab salah satu pekerja yang diangguki oleh bu Aini. Bisa ia lihat Lilac yang mondar-mandir dikamarnya ntah sedang apa. Wanita itu terlihat sedang mengobrol juga. Dengan siapa lagi jika bukan dengan Joseph, lewat perantara Bori.
"Ngga papa. Ini malah biar nona ngga kesepian juga kan? Lagi pula sejak nona tau kalo Joseph itu bukan Johan, dia jadi lebih cerewet. Malah makin sering ngomelin Raja." Adu Raja pada bu Aini yang masih sibuk memanen cabe.
"Itu mah lo aja yang tengil. Dia kesel ama lo anjir." Rama menimpuk si sohib denga gumpalan tanah yang ia kepal-kepal.
"Ya gue adanya gini? Terus gue harus gimana biar nona sayang sama gue? Gue kudu jadi Jojo?"
"Hooh, jadi Jojo lo sana. Kalo sampe kena geprek sama Jojo gue ngga ikutan pokoknya."
"Eh tapi, Johan yang waktu itu kita temuin itu beneran adeknya Joseph dong? Mereka ngga mirip-mirip banget ya ternyata."
"Udah, udah. Kalian jangan ngobrol disini! Masuk aja kesana kalo ngga ada kerjaan! Liat tuh tanahnya dibongkar gitu biar apa?" Bu Desi, wanita berbadan besar itu berdiri berkacak pinggang melihat kelakuan Raja dan Rama.
"BIARIN!!!"
Sahut keduanya secara bersamaan dan langsung lari dari sana. Takut kena gencet bu Desi katanya. Hal itulah yang membuat semua orang tertawa dan mengalihkan perhatian Lilac. Wanita yang tadinya sibuk merubah tatanan barang dalam kamarnya.
"Kamu ngapain sih sebenarnya? Istirahat aja kalo emang capek, Isadora. Ngapain mindah-mindahin barang gitu."
Terdengar nada kesal dibalik suara Joseph yang sarat akan lelah. Anak itu pasti lelah setelah melakukan kegiatan diakademi. Tapi bukannya dia yang beristirahat malah meladeni Lilac yang sedang gabut. Pasti suara gaduh yang wanita itu ciptakan mengundang rasa penasaran Joseph. Bocil kepo, batin Lilac.
"Lo yang harusnya istirahat. Udah sana tidur aja. Ngapain sih masih dengerin gue aja. Eh, btw ini Bori bisa dimute ngga sih?"
"Ngapain mau kamu mute? Jangan. Nanti saya ngga bisa dengerin kamu." Lilac memutar bola matanya malas.
"Biar suara gue ngga ganggu lo kalo lagi istirahat, Jo. Gak capek apa dengerin gue ngapain aja dua puluh empat jam..." Lilac hanya benar-benar tak ingin menganggu anak itu apalagi membuatnya khawatir. Anak sekecil itu sudah merasakan beban untuk menghidupi orang rumah dan mengejar masa pelatihannya selama diakademi dengan cepat.
"Saya ngga papa. Setidaknya kalo saya disini saya ngga kepikiran ayah sama Johan."
Lilac menghentikan tangannya yang sedari tadi sibuk menata buku. Dia pandangi Bori yang masih menetap diatas nakas, lalu berjalan kearah kasur dan merebahkan diri disana.
"Mau cerita ngga? Kalo lo ngga mau gue bakal paksa lo buat cerita." Lilac berbaring menghadap Bori dan memandanginya seolah kucing itu adalah jelmaan Joseph.
"Saya...saya ngga tau cerita dari mana."
"Hari ini apa yang bikin lo kepikiran selain kegiatan akademi? Sekali-kali lo ceritain ke gue gimana keadaan lo disana. Jangan mau lo dengerin gue mulu."
"Tapi saya emang ngga ada yang mau diceritain. Dan saya rasa kalaupun ada, itu ngga penting."
Lilac menghela napas. Apa kenyataan bahwa Joseph benar-benar tidak diperbolehkan untuk mengobrol dengan teman sebayanya itu membuat berondongnya tak punya teman? Tidak satu pun?
"Hari ini ngapain aja selama disana. Ceritai dari awal lo bangun tidur sampe pulang dari barak."
"Eum...saya bangun tidur, mandi, latihan dan abis itu pulang." Jawab anak itu dengan tenang. Padahal Lilac sudah siap mengacak apapun yang ada dikamar.
"IH!! NGGA GITU ANJIRRRR!!!" Napas wanita itu memburu. Kentara sekali emosinya.
"Jangan ngomong gitu dong, manis. Harusnya kamu kasi contoh yang baik kesaya selaku yang lebih tua. Dont you?"
"Lo nyebelin. Kalo lo disini udah gue geprek lo. Lagian kenapa lo malah suka sama cewek yang lebih tua? Cari aja sana cewek yang seumuran. Lo yakin ngga bakal nyesel."
"Kita lagi jauhan sekarang. Kalo mau ngajak ribut jangan sekarang. Saya ngga bisa langsung cium kamu."
Bocah sinting, umpat Lilac dalam hati. Anak itu suka sekali menggodanya dengan kata-kata seperti itu. Tapi Lilac suka, hehe.
"Kamu kenapa mau sama saya. Masih disuruh nunggu pula? Harusnya kamu nyari laki-laki lain yang udah lebih mapan." Terdengar sedikit grasak-grusuk dari seberang.
"Lo bener-bener ya? Lo sendiri aja udah bucin mampus begitu ke gue, tapi malah masih nanya hal ga guna."
Joseph tertawa. Setelahnya hening. Sepertinya anak itu benar-benar mengistirahatkan diri sesuai perintah Lilac.
"Lo mau istirahat?" Tanya Lilac meyakinkan.
"Mau cium."
"Berondong gila." Desis Lilac.
"Saya pingin cium kamu, cium sampe sesek."
Lilac hanya menggelengkan kepalanya mendengar ucapan Joseph yang mulai melantur. Hal yang ingin ia tanyakan pada anak itu jadi terlupakan karna tingkah nya sendiri. Tapi biarlah, biarkan anak itu istirahat setelah seharian melakukan kegiatan diakademi.
"Jangan kemana-mana. Tolong temani saya tidur ya?"
"Hm. Gue bakal disini."
"Isadora disini..."
Setelahnya benar-benar tak terdengar lagi ocehan Joseph. Anak itu tertidur dan membuat Lilac menghelan napas. Setelah ini ia akan turun untuk mengobrol dengan orang rumah. Hari libur seperti ini harus ia gunakan untuk banyak berinteraksi dengan para pekerja lain dan juga melakukan kegiatan lain. Agar rindunya pada si berondong bsa sedikit terlupakan. Apa itu independent women. Sekarang Lilac punya berondong yang bisa memanjakannya walau sekarang masih LDR.
Dan setelah memastikan Joseph tidur nyenyak, Lilac keluar dari kamar untuk mengjampiri yang lain. Sepertinya mereka sudah selesai berkebun seperti biasa dan kini sedang istirahat. Bisa ia lihat bu Desi yang kini membawa termos besar yang bisa diperkirakan isinya adalah minuman dingin untuk para pekerja.