Senyuman Iblis Di Balik Topeng Cinta

Satu persatu desain cincin ditunjukkan oleh seller.

"Menurutmu yang mana lebih bagus?" Tanyanya pada Fiona.

"Ini! Desainnya lebih simpel untuk pria dan walaupun untuk wanitanya terlihat tidak mewah. Jika kamu memakainya pasti akan cocok." Ucap Fiona memilih yang menurutnya cantik dan sesuai dengan kantong Yudha.

Tapi tunggu dulu, mengapa mereka saat ini berada di toko perhiasan dengan bahan perak. Tidakkah seharusnya Yudha membelikan berlian untuk kuntilanak nya, eh salah wanita tercantik di dunia pujaan hatinya.

"Kalau begitu seperti katamu, aku beli yang ini saja." Ucap Yudha tersenyum.

Bersamaan dengan itu matanya menelisik mengamati pergerakan Fiona. Gadis yang terdiam sesekali melirik ke arah kalung yang terpajang.

"Ini..." Ucap sang seller, menyodorkan paperbag.

"Ayo! Aku mau ke toilet!" Fiona kabur dengan langkah yang aneh mengingat gadis itu seperti menahan buang air kecil.

Mata Yudha menatap ke arah sebuah kalung. Kalung aneh yang mungkin tadi diperhatikan oleh Fiona.

"Bentuknya mawar, tapi kenapa warna permatanya hijau?" Tanyanya melihat sebuah kalung yang unik baginya.

"Mawar hijau mempunyai makna cinta yang dibawa hingga ke surga. Mungkin karena itu, bisa juga harapan di masa yang sulit." Jawaban dari sang seller yang mencari-cari alasan.

"Terserahlah apa artinya! Bungkus yang ini juga." Yudha menghela napas kasar. Ini akan bagus sebagai hadiah untuk Fiona. Tapi kapan hari ulang tahunnya?

*

Apa yang selanjutnya? Dirinya ditarik bagaikan layangan. Membeli buket bunga untuk melamar.

Tapi bukan cuma itu, seharian ini mereka bermain di mall. Menembak, menari, bahkan Bombom car, segalanya diakhiri dengan menonton film action komedi.

Kala itulah Yudha sedikit melirik ke arah wanita yang baru dikenalnya sebulan ini. Wajahnya tersenyum, menatap wanita itu tertawa, kala menyaksikan film 'Man in Black'

"Kamu tidak lihat bagaimana kakek-kakek itu mengeluarkan senjata pisang?" Tanya Fiona.

"Tidak!" Yudha tertawa kecil, mengetahui bagaimana dirinya melewatkan hampir setengah film hanya untuk menatap wajah penuh tawa dari sahabatnya.

Fiona menghela napas."Ini hari yang menyenangkan. Semoga lamaranmu diterima."

"Semoga." Satu kata dari Yudha.

"Semoga dia menolaknya." Itulah kata yang tersimpan dalam hati Yudha. Entah kenapa dirinya lebih senang sendiri, tidak ada perasaan patah hati menyaksikan Almira dengan pria lain.

Hal yang tidak disadari olehnya pertunangan belasan tahun lalu. Tidak banyak waktu yang dilalui olehnya dengan Almira. Hanya mengagumi kecantikannya lewat foto.

Berbeda dengan Fiona yang selalu ada untuknya.

Perlahan tangan mereka bersinggungan. Tapi tidak saling menggenggam sama sekali. Cinta pada pandangan pertama? Ini tidak sedangkal itu.

Perasaan itu mulai tumbuh dalam hati Ryu Dean tanpa disadarinya. Tapi tunas kecil yang tidak terlihat itu akan memiliki akar kokoh memegang hatinya selama dua tahun ini.

Mungkin perlu waktu satu tahun untuk menyadari segalanya. Dan dua tahun untuk menjadikan Ryu Dean benar-benar menjadi orang gila.

Kita anggap saja gila, mengingat bagaimana naga ini akan memburu pinguin yang tidak peduli lagi padanya. Pinguin yang hanya acuh meluncur di atas lapisan salju menggunakan perutnya.

*

Malam semakin menjelang. Seperti rencananya semula, dirinya akan melamar Almira. Tapi tidak saat mereka berjanji bertemu di penginapan.

Namun, kala pesta ulang tahun Almira di kediaman gadis itu. Kompleks perumahan elite.

"Semoga kamu diterima," Ucap Fiona tulus, mengantar Yudha hingga depan rumah Almira.

Yudha hanya tersenyum, mengacak-acak rambut Fiona. Kemudian pergi ke dalam membawa kotak cincin dan buket bunga.

Apa yang dilakukannya di tempat ini? Hanya ingin menyakinkan walaupun sudah mengetahui segalanya.

Tapi entah kenapa dirinya beberapa kali melirik ke arah Fiona yang tengah memainkan handphonenya. Duduk di motor, mungkin menerima orderan kembali dari penumpang.

Memasuki kediaman tersebut. Pesta yang cukup besar bagi kalangan menengah. Tapi bagi Ryu Dean ini hanya pesta kecil-kecilan.

Beberapa pemilik perusahaan kelas menengah di tempat ini hadir. Matanya menelisik, menatap ke arah Yuma (ibu Almira), seseorang yang selalu mengirimkan e-mail padanya jika Almira selalu merindukannya.

Almira tidak memiliki kekasih atau teman, alasannya setia pada seorang Ryu Dean. 13 tahun setiap pesan yang dikirim Ryu, memang dibalas dengan penuh rasa rindu yang template oleh Almira.

Contohnya saat ini.

'Selamat ulang tahun sayang.' Itulah pesan yang dikirimkannya sebagai Ryu Dean bukan sebagai Yudha.

Balasan yang didapatkannya.'Terimakasih hadiahnya. Aku mencintaimu, besok kita kirim pesan lagi ya? Aku sedang lelah.'

Lelah? Pesta yang menghadirkan begitu banyak orang. Bahkan Almira saat ini tengah tersenyum dan tertawa bersama beberapa temannya.

Karena itu.

Ini pengujian terakhir pada dirinya sendiri. Agar suatu saat nanti tidak menyesal. Cinta pertama adalah cinta terakhir, itu yang terjadi pada ayahnya. Apa tidak terjadi padanya?

"Almira, aku mencintaimu. Will you marry me?" Tanya Yudha berlutut di hadapannya membawa buket bunga. Sengaja hanya membeli cincin dari silver, bukan cincin berlian mewah.

Almira menghela napas kasar. Kenapa harus melamarnya, tidak cukupkah hanya sebagai teman? Karena itu dirinya harus tegas pada beberapa makhluk tidak tau diri seperti ini. Selain wajah tampan memang apa yang dimiliki security ini.

"Yudha, sepertinya kamu salah paham. Kita hanya teman. Dari awal aku tidak pernah menyatakan cinta padamu kan?" Almira menghela napas kasar.

Suasana yang hening, berubah menjadi tawa penuh lelucon.

"Tidak tau diri! Bukannya dia security di kampus?" Gumam salah seorang mahasiswa menahan tawanya.

"Benar! Gila! Security ingin melamar seorang Almira?"

"Itulah! Tidak tau diri."

Berbagai hujatan didengar olehnya. Bahkan Yuma, yang selalu berucap begitu manis kala dirinya menanyakan keberadaan Almira sebagai Ryu Dean kini datang menghampirinya.

Plak!

Wajahnya ditampar."Jangan pernah mendekati putriku! Security sepertimu punya apa!?" teriak Yuma murka.

"Kenapa tidak boleh mendekati Almira. Apa karena Almira sudah memiliki tunangan?" Sebuah pertanyaan dari Yudha yang mulai bangkit. Sebuah tamparan yang tidak terasa baginya.

Tapi seorang pengemis yang berani mengigit tangan majikannya walaupun tidak sengaja?

"Almira! Apa benar kamu sudah memiliki tunangan?" Tanya Delone, pacar yang baru diperkenalkan Almira pada ibunya.

Seorang anak ke tiga dari pengusaha terkemuka negeri ini.

"Ibu!" Almira membulatkan matanya, ingin ibunya berbohong. Bagaimana pun ini peluangnya untuk terlepas dari Ryu Dean yang gemuk, seperti bos tua mesum.

"Dia berbohong! Almira tidak mempunyai tunangan! Dari dulu putriku hanya sibuk belajar." Dusta sang ibu, lagipula Ryu Dean tidak mengetahui hal ini bukan? Jadi aman-aman saja hingga menemukan solusi atas masalah yang dibuat putrinya.

Menelan ludah kasar, dirinya masih ingin mempertahankan dukungan finansial dari Willem Alexander Neil Andreas. Tapi, putrinya begitu pemberontak, hingga mencari pria kaya lainnya.

Sudah diduga olehnya. Karena itu dirinya memutuskan untuk hadir dan melamar di tempat ini. Mungkin karena itu juga kedua orang tuanya ingin dirinya menemui Almira sebagai security. Bukan mahasiswa kaya atau dosen.

Ingin putranya mengetahui bahwa ada cinta yang hanya berdasarkan untung rugi, seperti bisnis. Karena itu...

"Tidak memiliki tunangan ya?" Sang security hanya tersenyum. Kemudian tertawa, rupanya orang-orang ini ingin lehernya diinjak."Maaf...aku sudah salah paham. Untuk selanjutnya aku tidak akan pernah salah paham lagi. Aku permisi dulu."

Puh!

Delone meludah ke lantai hampir mengenai kaki Yudha.

Tapi Yudha hanya pergi dengan senyuman tidak mempedulikan segalanya. Melangkah pergi, saat ini dirinya hanya pengelola sekaligus pemilik hotel yang baru dilimpahkan padanya oleh sang ibu.

Namun, jika berusaha keras dalam setahun dirinya mungkin akan mendapatkan kekuasaan lebih. Tidak ada yang menyadari kala kepergiannya. Bukannya menangis, seorang Ryu Dean tersenyum bagaikan iblis. Inikah rasanya dipermalukan? Sensasi yang diingat oleh putra tunggal konglomerat tersebut.

Kala itulah hujan gerimis turun. Meninggalkan gerbang.

Tin! Tin!

Suara klakson motor, Fiona masih menunggunya memakai jas hujan berbentuk kelelawar.

"Kenapa ditolak? Sudah aku bilang punya mimpi jangan ketinggian. Ayo kita beli Pop mie! Untuk menghangatkan hati yang dingin!" Teriaknya penuh semangat.

Hal yang membuat Yudha tertegun. Benar-benar tersenyum tulus. Ada makhluk langka seperti ini, seekor penguin yang tidak tertarik pada apapun. Hanya meluncur menggunakan perutnya. Kemudian berenang mencari ikan.