Istri yang tak dihargai adalah sebuah kisah dari seorang wanita yang menikah dengan seorang duda beranak tiga
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sulastri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Malam bahagia
Setelah melalui prosesi pernikahan resmi yang penuh haru dan kebahagiaan, malam itu Dody dan Hesti menikmati momen kebersamaan sebagai suami istri yang sah di mata hukum dan agama. Mereka berada di kamar sederhana di rumah orang tua Hesti, namun suasana penuh kehangatan.
Dody sambil memeluk Hesti "Akhirnya, kita bisa merasa tenang. Sekarang semuanya sudah sah, dan kita bisa menjalani hidup bersama tanpa khawatir apa pun."
Hesti tersenyum lembut "Iya, aku merasa lebih tenang sekarang. Terima kasih, Dody, sudah selalu ada untukku."
Dody mengecup kening Hesti dengan penuh kasih. Hesti merasa nyaman dan lega, mengetahui bahwa mereka kini terikat secara resmi. Kehangatan cinta dan kebahagiaan malam itu terasa begitu mendalam.
Malam itu, Hesti tertidur pulas dalam pelukan Dody, merasa terlindungi dan tenang. Mereka berdua merasakan kedamaian yang luar biasa setelah semua perjuangan yang telah dilalui. Malam pertama mereka sebagai pasangan sah berlangsung dalam suasana penuh cinta dan rasa syuk
Keesokan Paginya
Keesokan paginya, sinar matahari yang lembut menerobos tirai kamar, membangunkan Hesti yang masih berada dalam pelukan Dody. Hesti membuka matanya perlahan, melihat Dody yang masih tertidur nyenyak. Wajah Dody terlihat damai, berbeda dari ketegangan yang biasa ia tunjukkan selama menghadapi masalah rumah tangganya di masa lalu.
Hesti berbisik lembut "Alhamdulillah, aku bersyukur atas semua ini."
Dengan hati penuh rasa syukur, Hesti bangkit perlahan agar tidak membangunkan Dody. Dia keluar kamar menuju dapur, di mana ibunya sudah mulai menyiapkan sarapan.
Pagi, nak. Bagaimana perasaanmu sekarang setelah resmi menikah?" Sapa ibu di pagi hari
Hesti tersenyum malu "Rasanya lega sekali, Bu. Semua beban yang selama ini aku rasakan seperti hilang. Terima kasih sudah selalu mendukung kami."
Ibu Hesti tersenyum "Itu sudah tugas orang tua, nak. Kami hanya ingin melihatmu bahagia."
Sementara itu, Dody terbangun dari tidurnya dan segera menyusul Hesti ke dapur. Dia menyapa ibu Hesti dengan sopan dan kemudian duduk di samping Hesti, merasakan kehangatan keluarga.
"Sarapan pagi bersama keluarga begini rasanya menyenangkan. Terima kasih, Bu, sudah menerima saya di sini."kata Dody saat duduk bersama di meja makan
Sama-sama, Dody. Kamu sekarang sudah menjadi bagian dari keluarga kami. Kami berharap kamu bisa menjaga Hesti dan anaknya dengan baik."kata ibu
Dody dengan penuh keyakinan "Insya Allah, Bu. Saya akan melakukan yang terbaik untuk Hesti dan keluarga."
Kembali ke Kota
Setelah beberapa hari menikmati kebersamaan di kampung, Hesti dan Dody akhirnya harus kembali ke kota. Pekerjaan Dody sebagai guru memanggilnya kembali, dan mereka sadar bahwa kehidupan baru mereka harus segera dimulai di tempat mereka bekerja dan tinggal.
Hesti menyiapkan koper "Rasanya cepat sekali waktu berlalu. Tapi kita harus kembali ke kota, Dody. Pekerjaanmu sebagai guru tidak bisa ditinggalkan terlalu lama."
Dodybmengangguk "Iya, tanggung jawabku sebagai guru memang memanggil. Tapi jangan khawatir, Hesti. Kita akan membangun kehidupan baru yang lebih baik di kota."
Setelah berpamitan dengan orang tua Hesti, mereka pun berangkat kembali ke kota. Dalam perjalanan, suasana di dalam mobil terasa nyaman, namun keduanya tenggelam dalam pikiran masing-masing. Hesti merasa lega dan bahagia karena pernikahan mereka telah sah di mata hukum dan agama, namun ada sedikit kekhawatiran tentang bagaimana mereka akan menjalani kehidupan baru di kota.
"Nanti kita cari tempat tinggal yang lebih nyaman ya, Hesti. Aku ingin kita benar-benar memulai hidup baru yang sesuai dengan impian kita."Kata Dody ketika sampe di kota lagi
Hesti tersenyum "Aku juga ingin begitu, Dody. Aku hanya ingin kita bahagia dan anak kita bisa tumbuh dengan baik."
Setibanya di kota, mereka langsung menuju tempat kos Hesti sementara menyiapkan rencana untuk mencari rumah baru yang lebih layak untuk memulai kehidupan keluarga. Meski kembali ke rutinitas pekerjaan, mereka berdua kini memiliki keyakinan yang lebih kuat untuk menghadapi masa depan bersama.