NovelToon NovelToon
Tanpa Cinta (Istri Kedua)

Tanpa Cinta (Istri Kedua)

Status: sedang berlangsung
Genre:Poligami / Cinta Paksa / Cinta Seiring Waktu / Keluarga / Romansa / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:4.6k
Nilai: 5
Nama Author: Trilia Igriss

Tak pernah terpikirkan sebelumnya jika Aruna harus menikah setelah kehilangan calon suaminya 1 tahun yang lalu. Ia dengan terpaksa menyetujui lamaran dari seorang pria yang ternyata sudah beristri. Entah apapun alasannya, bukan hanya Aruna, namun Aryan sendiri tak menerima akan perjodohan ini. Meski demikian, pernikahan tetap digelar atas restu orang tua kedua pihak dan Istri pertama Aryan.
Akankah pernikahan tanpa cinta itu bertahan lama? Dan alasan apa yang membuat Aruna harus terjebak menjadi Istri kedua?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Trilia Igriss, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 18. Bahagia yang tak disadari

"Aruna.. hari ini aku tidak pulang ke sini. Sepertinya aku akan pulang ke rumah Gita." Tutur Aryan seraya membiarkan Aruna memasangkan dasinya. Suaranya dan raut wajahnya begitu dingin. Aruna mengangguk, Ia memilih menyelesaikan aktifitasnya terlebih dahulu dan dengan tiba-tiba Ia menjawab.

"Iya Mas."

"Aku lihat tadi kamu minum obat. Itu obat apa?" Tanya Aryan lagi. Tentu saja Aruna terbelalak lalu memalingkan pandangannya dengan salah tingkah.

"I-itu obat sakit kepala Mas." Jawabnya gugup. Aryan mengernyit merasa ragu akan jawaban Aruna. Ia melirik ke arah laci lalu kembali menatap Aruna yang masih memalingkan pandangannya.

Setelah Aruna tak bersuara lagi, Aryan bergegas pergi tanpa berpamitan. Ingin Aruna mempertanyakan mengapa Aryan tak sarapan di rumah. Baru saja Aruna menutup pintu saat Ia keluar dari kamar, Ia mendengar suara yang tak asing. Kemudian Ia menoleh ke bawah untuk memastikan bahwa mertuanya memang ada di rumahnya. Benar saja, terlihat Sundari menyambutnya dari bawah, bahkan memintanya turun cepat untuk bergabung sarapan.

"Kebetulan kamu sudah bangun. Yu makan! Ibu buatkan makanan untuk kamu sama Aryan." Sundari meraih tangan Aruna dan menariknya menuju meja makan. Menantunya itu menurut saja, sebab Aruna tak ingin menambah masalah jika harus membantah mertuanya.

"Bu... ini buat aku semua? Kok makanannya gak ada yang buat aku berselera? Protes Aryan terlihat jelas tak ingin memakan makanan yang disiapkan ibunya.

"Oh kamu gak mau makan?"

"Enggak ah. Yang ada aku mual-mual Bu."

"Ya udah. Kamu protesnya ke Gita aja sana! Dia yang nyiapin ini semua." Mendengar ucapan terakhir Ibunya, Aryan bungkam seketika. Ia melirik sesaat pada Aruna yang mulai melahap makanannya tanpa protes. Aruna sudah tak ingin membuat masalah baru, Ia tak ingin juga memperlihatkan kekesalannya karena Aryan memilih diam setelah mengetahui Gita turut andil dalam menyiapkan sarapannya.

"Ini bagus untuk kesuburan kamu. Dan juga, Aryan! Yang banyak dong makan tauge nya. Biar kamu juga subur." Berbeda pada Aruna, Sundari menegur Aryan dengan begitu sinis.

"Kalau mau subur ya siram aja pakai air." Celetuk Aryan membuat Aruna refleks tertawa, namun setelahnya Ia kembali diam dan berpura-pura terbatuk agar Aryan tak memarahinya. Ternyata benar, ketika Aruna melirik ke arah suaminya, Dia sudah meliriknya dengan begitu tajam dan sinis.

...----------------...

"Bu... Una pergi dulu ya!" Ujar Aruna berpamitan pada Sundari yang terlihat tak bersemangat.

"Loh... kamu mau pergi? Kemana?" Tanyanya ditanggapi anggukan oleh Aruna sendiri.

"Ke taman Bu. Ada janji sama anak teman."

"Anak teman?" Lagi, Aruna mengangguk sebelum Ia berucap.

"Kebetulan, Una ditangani sama dokter yang ternyata punya anak. Terus anaknya yang pernah ngumpet di ruangan Una. Sampai sekarang dia ajak Una ketemu terus."

"Emang berapa tahun umurnya?" Sundari terus bertanya, Ia tak ingin kehilangan info sekecil apapun itu.

"Baru 5 atau 6 tahunan Bu."

"Laki atau perempuan?"

"Perempuan."

"Teman kamu Ibunya? Ayahnya gak aneh-aneh kan ke kamu?"

"Emmm Ibunya udah meninggal. Dia piatu."

"Jadi kamu temenan sama laki-laki?" Suara Sundari mendadak tinggi hingga terasa memekik telinga. Aruna ragu-ragu mengangguk kemudian menunduk dan memberanikan diri memberi penjelasan.

"Tapi Una jarang ketemu sama Mas Adnan kok Bu. Dia kerja tiap Una ketemu sama Alice. Lagian, Ada neneknya Alice. Jadi gak akan ada apa-apa."

"Tetap aja Aruna... namanya laki-laki sama perempuan itu kalau sering ketemu pasti suka khilaf."

"Enggak Bu. Una selalu menghindar kalau udah tahu Mas Adnan ada. Gak setiap Alice minta ketemu, Una turuti juga. Ya... sekarang berhubung Una mau ke toko buah, sekalian aja ajak Alice main di taman Bu." Entah kenapa, meski curiga dan tak percaya, Sundari tak bisa melarang Aruna pergi. Ia merubah pikirannya agar tak menjadi bahan pertengkaran dikemudian hari. Ia hanya berpikir jika mungkin Aruna membiasakan diri dengan anak kecil. Dan tiba-tiba Ia berpikir sejenak, apakah Aruna memiliki firasat akan segera memiliki anak? Apa Ia harus mengubah perjanjiannya? Apa lagi sekarang hanya tinggal menghitung waktu saja menuju 3 bulan usia pernikahan anak dan menantu ke duanya. Sundari menatap nanar kepergian Aruna yang melangkah semakin jauh dari hadapannya. Menantunya itu berlalu dengan mobil yang Ia siapkan dan begitu sopan ketika sang supir membukakan pintu. Tak heran jika semua pekerja di rumah ini selalu mengadukan sikap baik Aruna setiap harinya. Sama. Sama seperti Gita. Sayangnya Ia tak tahu kekurangan Aruna apa. Jika Gita, Ia belum bisa memberi Sundari seorang cucu.

...----------------...

"Aruna... boleh Ibu titip Alice sebentar? Ibu lupa vitamin Alice tinggal satu lagi. Ibu mau beli dulu sebentar." Ujar Rahayu ketika mereka tengah duduk bersama di kursi taman.

"Ibu mau ke apotik?"

"Iya nak. Sebentar ya! Alice... kamu sama tante dulu gapapa kan?" Rahayu beralih pada Alice yang mengangguk antusias. Sepeninggal Rahayu, Aruna mendongak menyadari jika cuaca hari ini terasa berbeda.

"Mendungnya tambah gelap?" Gumamnya dengan suara pelan.

"Tante... itu Papa..." ujar Alice seraya menunjuk ke arah parkiran yang dimana di sana ada seorang pria yang memang tengah berjalan ke arahnya.

"Bukannya Papa kamu kerja?" Tanya Aruna merasa heran sendiri. Alice tak menjawab, Ia hanya menggeleng seakan tak tahu apa-apa.

"Alice? Oma mana?" Tanya Adnan yang berjongkok saling berhadapan dengan anaknya itu.

"Ibu ke apotik Mas. Katanya mau beli vitamin Alice."

"Oh iya. Aku lupa tadi gak beli di apotik rumah sakit." Keluhnya mengundang sebuah senyum di bibir Aruna. "Kayaknya mau hujan. Ini mendung banget. Kita pindah yu." Ucap Adnan selanjutnya.

"Ibu gimana Mas?"

"Nanti aku hubungi aja. Pasti Ibu gak bawa payung." Tepat setelah Ia berucap demikian, terasa ada air yang menimpa tubuhnya, dari kecil dan sedikit, lama-lama semakin deras. Aruna kalap sendiri. Ia meraih Alice untuk menutupi kepala gadis kecil itu agar tak tertimpa air hujan yang mulai membasahi pakaian mereka. Namun, Alice seakan menahan langkah kedua orang dewasa yang berniat membawanya ke tempat teduh. Anehnya, Alice tertawa riang seraya berlari kecil di bawah air hujan, sehingga Aruna tak bisa mencegah tindakan yang dilakukan Alice tersebut. Begitu pun dengan Adnan yang terdiam melihat betapa senangnya Alice kala menyatu dengan air yang sudah membasahi tubuhnya secara menyeluruh. Adnan melirik ke arah Aruna yang menatap nanar ke arah putrinya. Ia tersadar, lalu membuka kas yang dikenakannya, kemudian menghalangi air hujan di atas kepala Aruna. Sontak saja wanita itu mendongak lalu menoleh ke arahnya, dan kedua pandangan itu beradu dan waktu seakan terhenti untuk beberapa detik. Lamunan keduanya buyar seketika saat merasakan pelukan di kaki mereka. Terlihat tawa riang terpancar di wajah mungil Alice yang sebelumnya hilang. Sesegera mungkin Adnan mengiring kedua wanita di rangkulannya untuk berteduh.

Siapa sangka, ada seseorang yang mengenali wajah Aruna dengan sengaja mengambil foto ketika posisi Adnan dan Aruna sama-sama berada di bawah jas untuk menutupi mereka dari derasnya hujan.

"Wahhh ternyata sepupunya Gita sudah menikah. Aku keduluan..." ujarnya tersenyum penuh arti.

...-bersambung...

1
Siti Khoiriah
sakut banget ja aruna😭😭😭😭😭
Jumiah
menjadi istri ke2 bukan menyelesaikan masalah mallh menambah penderitaan .
berlipat lipat ,
memikiran gk masuk akal sehat..
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!