NovelToon NovelToon
Real Games

Real Games

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Harem / Misteri Kasus yang Tak Terpecahkan
Popularitas:399
Nilai: 5
Nama Author: Zoro Z

John Roki, Seorang siswa SMA yang dingin, Cerdas, dan suka memecahkan misteri menjadi logis (Bisa diterima otak)

Kehidupan SMA nya diawali dengan kode rahasia yang tanpa disadari, membawanya ke misteri yang lebih mengancam. Misteri apa itu? kok bisa makin besar? Selengkapnya dalam cerita berikut.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zoro Z, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Game 18. Bantuan dari dalam dan luar.

Langit semakin gelap, menyelimuti seluruh sekolah setelah festival hari pertama berakhir. Hiruk-pikuk perayaan mulai mereda, hanya terdengar suara angin malam yang menyusup ke lorong-lorong sekolah. Roki yang tampak letih setelah seharian sibuk mencari bukti dan penunjuk perusakan komputer di aula.

Roki yang sangat kelelahan menyerah dan menyudahi untuk hari ini, dia berjalan perlahan menuju pintu keluar. Namun, di tengah perjalanannya, langkahnya dihentikan oleh suara yang cukup akrab.

“Roki!” panggil Tommy, ketua OSIS sekolah, dengan nada serius namun hangat.

Roki berhenti dan menoleh. Roki menduga jika ada sesuatu yang penting hingga ketua OSIS mencarinya di saat seperti ini. Dengan ekspresi datar, Roki menunggu Tommy mendekat.

“Aku dengar kau mengalami beberapa masalah,” kata Tommy, menatap Roki dengan penuh perhatian. “Dan sepertinya situasinya cukup serius. Langsung ke intinya, aku ingin membalas budi atas nasehat mu sebelumnya, jika kau tidak masalah sih.”

Roki menatap Tommy selama beberapa detik, dia mempertimbangkan beberapa hal. Biasanya, dia menolak bantuan dengan cepat, namun kali ini berbeda. Dia tahu Tommy punya banyak koneksi di sekolah, dan ini adalah kesempatan baik untuk menemukan siapa yang telah merusak semua komputer yang ia perbaiki.

“Baiklah,” jawab Roki dengan datar. “Aku menerima bantuan mu.”

Tommy mengangguk, seolah sudah memperkirakan jawaban itu. “Bagus. Kita bisa diskusikan detailnya besok pagi di ruang OSIS. Aku akan menyiapkan beberapa hal untuk membantumu.”

**Festival Hari Kedua**

Pagi hari kedua festival tiba. Meskipun suasana sekolah dipenuhi kegembiraan dan keceriaan, di sisi lain, Roki masih dibayang-bayangi rasa frustasi. Dia nyaris tidak tidur semalaman karena harus terus memikirkan pelaku dalam misteri ini. Kecurigaannya terus mengarah pada seseorang yang sengaja merusaknya, tapi dia belum tahu siapa.

Di ruang OSIS, Roki duduk bersama Tommy. Ruangan itu tenang, hanya terdengar sesekali suara sorakan dari luar. Tommy memulai percakapan dengan tenang, seolah memahami bahwa Roki sudah berada di titik lelah.

“Kau bilang semua komputer rusak setelah diperbaiki, kan?” tanya Tommy.

Roki mengangguk. “Bukan rusak, namun kacau semua isi bangganya”

“Apa bedanya?” kata Tommy sambil memiringkan kepalanya dengan tawa ringan. Setelah itu dia kembali serius “Kau punya dugaan siapa pelakunya?”

Roki menyandarkan diri di kursinya, matanya memandang lurus ke arah meja. “Belum. Aku sudah mencoba melacak semua orang yang berada di aula, tapi tidak ada yang mencurigakan.”

Tommy memandang Roki dengan mata penuh pertimbangan. “Aku punya beberapa koneksi di sini yang bisa kita tanyai. Mungkin ada seseorang yang langsung melihat kejadian perusakan komputer, siapa tau ya kan?”

“Semoga aja, tapi nama mungkin lah segampang itu” Kata Roki dengan nada datar tapi didalam hatinya sedikit meremehkan.

“Aku yakin kita bisa. Masalahnya hanya soal waktu. Kita akan bicara dengan beberapa orang yang aku kenal, mereka biasanya ada di sekitar aula selama festival. Kita mulai dari sana.” Kata tegas dari Tommy.

Roki mengangguk pelan. Dia tahu Tommy tidak akan sembarangan menawarkan bantuan tanpa alasan. Ini menjadi langkah awal untuk memecahkan misteri yang membuatnya merasa frustasi selama ini.

Setelah diskusi di ruang OSIS selesai, Tommy dan Roki berjalan menuju aula. Di sana, suasana festival sudah mulai ramai lagi dengan berbagai persiapan. Namun, Roki tetap fokus pada tujuan utamanya, menemukan pelaku yang telah merusak komputer.

Saat mereka tiba di aula, Romi menunjukkan beberapa lokasi yang menurutnya mencurigakan. Di sudut aula, ada beberapa bekas jejak kaki yang tampak aneh. Roki memeriksa jejak itu, tapi tidak bisa menemukan sesuatu yang pasti. Saat itulah, mereka disapa oleh seseorang yang baru.

“Hei, kalian butuh bantuan?” Suara ceria seorang laki-laki tiba-tiba terdengar dari arah belakang.

Roki dan Tommy menoleh. Seorang pemuda dengan seragam berbeda mendekat. Wajahnya tampak penuh semangat, dan senyumnya lebar. Dia memiliki penampilan yang cukup mencolok. Rambutnya agak acak-acakan dan ada kacamata bulat hitam yang menggantung di lehernya kerak bajunya.

“Aku dari sekolah sebelah. Aku suka memecahkan misteri,” katanya sambil menjulurkan tangan pada Roki. “Aku dengar dari Tommy, kau punya masalah serius disini?”

Roki menatap tangan Laki-laki itu tanpa ekspresi, mendengar nama Tommy, akhirnya Roki menjabatnya dengan ragu. “Aku Roki, siapa kamu”

Tommy tertawa kecil melihat ekspresi dingin Roki yang bertabrakan dengan sikap ramah Vendor. “Dia Vendor, memang begitu orangnya. Kami saling mengenal sejak lama, meskipun sikapnya yang seperti ini, namun otaknya sangatlah encer”

“Kau terlalu memuji ku, kalo memegang otak ku sangat encer, kenapa tidak ada cewek yang menyukai ku?” Ucap Vendor sambil mengangkat bahu.

“Boro-boro cewek menyukaimu, kamu sendiri aja lebih menyukai misteri dari pada cewek-cewek”

Vendor menepuk bahu Tommy sembari tertawa “Hahaha! Yap! Aku sangat suka misteri. Jadi, apa masalahnya di sini?”

Tommy menjelaskan situasi kepada Vendor tentang komputer yang rusak berkali-kali dan dugaan adanya seseorang yang sengaja merusaknya. Vendor mendengarkan dengan penuh perhatian, sesekali mengangguk-angguk.

“Hmm… menarik juga. Ada petunjuk yang bisa kita telusuri, atau mungkin kamera pengawas?” tanya Vendor penuh antusias.

“Tidak ada kamera di sekitar aula,” jawab Roki singkat. “Dan petunjuk yang ada tidak memberikan petunjuk jelas.”

Vendor tersenyum lebar. “Tenang, tenang. Kalau kita tidak bisa melacak dari fisik, kita bisa melacak dari motif. Pelakunya pasti punya alasan.”

Tommy menyela, “Kita sudah menduga itu, Vendor. Masalahnya, siapa yang punya motif?”

Vendor berpikir sejenak, lalu matanya berbinar. “Kau tahu, biasanya ada yang merasa iri atau mungkin tidak suka dengan suksesnya acara yang kau tangani. Mungkin seseorang tidak ingin festival ini berjalan dengan baik.”

Roki mengerutkan dahi, mendengarkan teori Vendor. “Aku sudah menduganya dari awal, karena aku tidak punya bukti yang jelas, sampai saat ini aku belum bisa menuduh seseorang”

“Bukti akan kita temukan seiring waktu,” jawab Vendor ringan. “Aku punya strategi, apakah kamu pernah mencoba, kebencian diungkap dengan kebenciannya sendiri?”

Roki mengakat satu alisnya karena bingung dan juga penasaran “Maksudnya?”

Senyum yang menampilkan gigi putih mulia terlihat di wajah Vendor. “Maksudnya, mari kita tangkap sangat pelaku dengan kebenciannya yang dia punya”

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!