Agnia merupakan anak keluarga kaya raya. Ia akan berencana akan menikah dengan kekasihnya namun tepat di hari pertunangannya, ia malah melihat kekasihnya bermain api dengan sahabatnya sendiri.
Ia pikir status dan derajat yang sama bakal membuat semuanya bahagia. Tapi, ternyata ia jatuh pada seseorang yang bahkan tidak pernah dia pikirkan sebelumnya....
"Kehormatan mu akan terganggu jika bersama pria seperti ku!"
"Apa pentingnya kehormatan jika tak mendatangkan kebahagiaan?"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy Eng, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18. Rasa lain
Airlangga akhirnya membuka pintu dengen cepat usai beberapa detik bersiap-siap, takut kalau-kalau itu Jovan ataupun suruhannya. Namun begitu pintu terbuka, ia jadi mengerutkan kening saat melihat seorang wanita paruh baya yang berpakaian seperti petugas kebersihan.
"Ya?" tanya Airlangga.
"Tuan, saya di minta Pak Seno untuk datang kemari, apa yang bisa saya bantu?" jawab wanita itu terlihat antusias dan membuat Airlangga segera memasukkan kembali senjata ke balik punggungnya.
Oh God, semula Airlangga nyaris blank, tapi ia segera ingat jika beberapa waktu yang lalu ia meminta satu orang petugas wanita untuk datang ke kamarnya.
"Oh maaf, silahkan masuk!" kata Airlangga sembari mengendurkan otot wajah.
Wanita itu masuk, ia celingukan ketika berada di dalam, bingung dengan tugas apa sebenarnya yang harus ia kerjakan.
"Maaf Pak, mana yang harus saya bersihkan? Semuanya terlihat rapi dan baik-baik saja." kata wanita itu.
Airlangga menggaruk kepalanya, "emmmm tolong bantu saya mengganti baju Bos saya!"
"Bos?" wajah wanita itu tampak shock.
Airlangga mengangguk ragu-ragu.
Tapi wanita itu segera paham ketika melihat sesosok perempuan cantik yang kini di rendam di bak besar kamar mandi.
Beberapa saat kemudian,
Airlangga terpaksa membawa laptopnya ke kamar Agnia dan berjaga di sana. Takut kalau Jovan akan kembali tiba-tiba dan membuat masalah. Walau bagaimanapun, ia telah menerima uang yang banyak dari Agnia, sudah selayaknya dia menempati janji dengan menjaga perempuan itu.
Usai melihat beberapa laporan yang di kirimi Zidan dengan tekun dan serius, pandangannya kembali ke ranjang tempat dimana seorang perempuan yang kini tak menggunakan riasan tertidur dengan wajah teduhnya.
Perempuan itu mengeluarkan napas teratur dan terlihat sangat menikmati tidurnya. Prempuan yang ternyata masih tetap terlihat cantik meskipun tanpa sapuan makeup apapun.
Pandangannya kemudian beralih pada bibir berwarna merah jambu yang beberapa jam yang lalu mengecup bibirnya. Airlangga jadi meraup wajahnya demi gelenyar aneh yang tiba-tiba timbul di dalam hatinya.
"Setelah kasus mu ini berakhir, pekerjaan ku akan selesai. Jujur, aku seperti memiliki hutang padanya. Tapi, bisa saja setelah proyekku berhasil aku akan mengembalikan uang itu pada wanita payah ini, tapi kenapa sekarang aku jadi tidak tega padanya?"
Dan saat masih melamun, ponselnya tiba-tiba bergetar.
"Halo?" ucapnya sesaat setelah ponsel menempel di daun telinganya.
"Halo, kak....."
Dan seketika Airlangga memejamkan matanya demi sebuah kabar tak menyenangkan yang membuat kepalanya terasa berdenyut.
***
Hari berganti, Agnia terbangun dan kepalanya terasa berat sekali. Ia tak langsung kuat membuka matanya, bahkan sesekali ia merasa mual. Dan begitu Agnia berhasil duduk, seketika ia langsung teringat jika semalam dirinya di tindih oleh Jovan.
"Astagaa, bajuku!" ia memekik sendiri sembari di liputi kegelisahan, ketakutan, dan kerisauan. Ia mengecek semua yang ada dan sana dan jelas pakaiannya telah berubah. Tapi saat panik menyerang, ia tiba-tiba melihat segala sesuatu di sekitarnya tetap rapih.
Samar-samar, ia teringat dengan seorang pria tampan yang menolongnya, dan mereka berciuman. Ciuman yang sebenarnya sangat ia nikmati. Tapi ia tak dapat mengingatkan wajah pria itu, ataukah dia bermimpi? Lalu Jovan?
Tapi sesosok pria yang kini tiba-tiba masuk membuatnya langsung melompat dan kemudian berlari ke arahnya saking takutnya ia dengan situasi yang semalam terjadi.
"Aku sudah..."
"Airlangga!" teriak Agnia dan langsung memeluk erat tubuh pria itu sampai membuat Airlangga sedikit terhuyung.
Tubuh Airlangga seperti membeku saat Agnia tiba-tiba memeluknya lalu menangis. Ia menjadi kaku. Pria itu tak membalas pelukan perempuan yang telah membayarnya dengan harga mahal itu, tapi ia juga tak menolak. Semua yang terjadi sungguh di luar dugaannya.
"Aku sudah meminta orang mengganti pakaian mu. Tenang, kau aman!" lanjut Airlangga yang akhirnya berhasil meneruskan ucapannya yang meskipun ia sekarang sedang gugup.
Agnia merasa tenang, tapi apa yang terjadi sungguh diluar dugaannya. Ia bahkan belum pernah di jahati oleh siapapun sebelumnya, semua rasa hormat yang diberikannya Jovan rupanya tak lebih dari bagian kamuflase.
"Aku benar-benar lelah, aku ingin menyerah dengan sandiwara ini, aku ingin segera mengirim mereka ke penjara!" tutur Agnia sembari terisak dengan hati yang sedih.
Tangisnya terdengar pilu, mengoyak paksa nuraninya, dan Airlangga rupanya tak kuasa dengan situasi seperti ini. Mula-mula ia melepaskan perlahan pelukan Agnia, sejurus kemudian ia menggiring perempuan itu untuk duduk di sofa.
"Semalaman untung aku datang tepat waktu, kalau tidak..."
Agnia kini mengangguk serta menangis sembari menutup mukanya ketika mendengar ucapan Airlangga. Semua yang di katakan pria itu benar adanya. Ia menutup wajahnya karena selain sedih, ia juga merasa malu. Malu dengan semua ini.
"Terimakasih, kau selalu melindungi ku. Apakah aku salah jika berharap lebih padamu?"
Agnia hanya berani mengucapkan semua itu dari dalam hati. Agnia masih menangis hingga tubuhnya bergetar. Sekarang ia harus bagiamana dalam menghadapi Jovan? Pria itu pasti akan membuat masalah karena kejadian semalam.
Tapi ketika keduanya sedang sibuk dengan pikiran masing-masing, pintu tiba-tiba terketuk. Airlangga sontak bangkit lalu melihat di balik lubang kecil pada pintu, rupanya Agnia mengekor dan tahu siapa yang datang. Airlangga ragu untuk membuka, tapi Agnia sepertinya mengambilnya keputusannya lain.
"Buka, kita selesaikan sekarang!"
Tapi tanpa semua duga, alih-alih beradu mulut dengan Jovan yang pagi itu sudah berganti baju dengan rapih, laki-laki itu malah langsung bersujud di bawah kaki Agnia.
"Sayang, maafkan aku, semalam aku sungguh khilaf, aku kehilangan kontrol ku, tolong jangan marah padaku gara-gara kejadian semalam!" kata Jovan sembari memegangi kaki Agnia.
Kini Airlangga dan Agnia langsung bertukar pandangan dengan wajah bingung. Reaksi yang terjadi sungguh di luar dugaan mereka.
"Kumohon, jangan marah. Hari ini kita ada acara bertemu dengan Mr. Wong, tolong sayang!"
Seketika keduanya paham, jadi ini alasannya, Airlangga langsung tertawa sumbang. Sungguh pria tidak tahu diri pikirannya.
"Apa yang kau lakukan Jovan, kau membuat aku malu di sini, cepat bangun!" teriak Agnia yang tentu saja tak ingin drama Jovan dilihat banyak orang.
"Tapi kau harus janji untuk memaafkan aku!"
Agnia sungguh ingin muntah, jika bukan karena ia harus mendapatkan buku besar itu kembali, ia tak akan sudi seperti ini.
"Bangun!"