Sabar bukan berarti lemah,bertahan bukan berarti bodoh.Itulah ungkapan Arumi menjalankan rumah tangganya.
Sejak menikah, Arumi harus banting tulang cari nafkah untuk suami, anak dan juga mertuanya.Tapi apa yang di dapatkan Arumi, hanya perlakuan kasar dari suaminya
Setelah mendapatkan kekerasan rumah tangga.
Apakah Arumi masih akan mempertahankan rumah tangganya?
Jika ingin tahu kelanjutan ceritanya ikutin terus ya..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Selviana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18 Dil ( Kesepakatan Perjanjian)
Arumi berusaha untuk berpikir positif dan tidak mau berburuk sangka pada Ayah dan maminya. Saat ini,hubungan dia dan ayahnya mulai membaik dan tak ingin merusak itu kembali.Dia ingin memperbaiki kesalahan di masa lalu dengan menuruti keinginan ayahnya.
" Sudah aku putuskan untuk resign di perusahaan Angga," ucap Arumi
Kemudian Irawan memeluk Arumi saking bahagianya mendengar hal itu." Terima kasih ya putriku!Sudah menuruti keinginan ayah."
'putriku? Akhirnya aku bisa mendengar kalimat itu keluar dari mulut Ayah yang sangat aku rindukan.' Arumi terharu hingga tak kuasa menahan tangis dalam dekapan ayahnya.
Aleta ikut terharu hingga menetas air mata melihat suaminya bisa sedekat itu kembali dengan putrinya.
"Loh...kenapa putri ayah menangis? Mami juga kok ikut-ikutan nangis?Ayo, tersenyum!Tidak boleh ada kesedihan lagi!" kata Irawan.
Padahal, dia hanya memaksakan diri untuk tersenyum walaupun sebenarnya ingin menangis.Hanya saja, dia tahan, karena merasa malu jika harus menangis di hadapan Arumi dan istrinya.Hingga tak ada lagi tangisan selain senyuman manis yang terukir di bibir mereka.
Saat Arumi hendak pergi ke perusahaan Angga.Sang ayah tidak membiarkan putrinya pergi sendiri hingga menghubungi asisten pribadinya.Lalu pria itu muncul di hadapan mereka.
"Adit, tolong kamu antar putriku!" titah Irawan.
Lalu pria itu terdiam sejenak melihat Arumi.
'Rupanya dia anak Irawan? Cantik juga ya? Kenapa sebelumnya aku tidak melihat dia di rumah ini?' batinnya.
"Ehem..Adit ,kenapa diam?" Irawan menatap tajam asistennya yang terus menatap putrinya.
" Tidak, Tuan.Mari Nona aku antar!"
Tanpa menunggu lama lagi,Arumi keluar dari rumah kemudian masuk ke dalam mobil hingga mobil tersebut melaju.
Setibanya di perusahaan Angga.Dia segera turun dari mobil lalu masuk kedalam sementara asisten ayahnya menunggu di luar.
Dan kehadiran Arumi membuat Jessi kesal.Dia sangat mengharapkan wanita itu meninggal dalam kecelakaan tersebut.
"Rupanya rencana kamu gagal.Lihat Arumi masih hidup!" kata Elsa di samping Jessi.
"Diam kamu,Elsa! Mungkin saat ini, dia hanya beruntung bisa lolos dari maut.Tapi di lain kali, aku tidak akan membiarkan dia lolos lagi,"gerutu Jessi sambil mengepal tangannya.
Sementara Angga yang berada di ruang kerjanya tampak bahagia melihat Arumi.Kemudian bangkit dari tempat duduknya lalu mendekati Arumi yang lagi berdiri di hadapannya.
" Aku ikut senang.Akhirnya kamu sehat kembali," ucap Angga dengan ekspresi kebagian terpancar di wajahnya
" Pak Angga, tidak perlu sok peduli terhadap aku lagi. Lagi pula aku datang ke sini hanya ingin memberikan amplop ini!" ucap Arumi dengan menyodorkan amplop tersebut.
Angga kemudian mengambil amplop itu."Maksud kamu apa? Lalu amplop ini?"tanya Angga tampak bingung.
"Di dalam amplop itu, ada surat pengunduran diri aku untuk resign dari perusahaan ini.Aku tidak bisa lagi menjadi Sekertaris kamu,"terang Arumi yang harus menyampaikan hal itu walaupun berat rasanya.
"Kenapa? Apa ayah kamu yang meminta untuk resign dari sini?" Angga menebak itu atas keinginan ayah Arumi.
"Sekarang kamu tahu siapa ayah aku?"tanya Arumi heran.
"Ya,rupanya Irawan itu ayah kamu.Tapi kenapa kamu tidak pernah mengatakan hal itu padaku?" tanya Angga menatap curiga pada Arumi.
"Dari mana Pak Angga tahu kalau Irawan itu Ayah aku?" tanya Arumi dengan tatapan penuh selidik.
"Apa Ayah kamu tidak cerita, kalau aku--"
Ketika itu ucapan Angga terhenti.Di saat Al datang di ruangan tersebut.
"Ga, Ayah kamu tadi menelpon, kita di minta----"
" Bisa tidak, kita bicarakan itu nanti saja!Aku lagi bicara dengan Arumi.Mending kamu keluar!!" titah Angga .
"Al tetap disini, tidak perlu keluar!! Biar aku yang keluar!" celetuk Arumi karena tidak ada yang perlu dia bicarakan lagi dengan Angga hingga dia pergi dari ruangan tersebut.
Tetapi Jessi dan Elsa menghadang jalan Arumi yang baru saja keluar dari ruangan Angga.
"Cepat menyingkir dari hadapanku! Jangan pernah mengusik aku lagi! Aku sudah resign di perusahaan ini! Itu,kan yang kalian inginkan!"tegas Arumi.
Mendengar hal itu,Jessi dan Elsa saling berpandangan mata lalu tertawa lepas karena itu yang mereka harapkan hingga Arumi menggelengkan kepala.
"Mending kalian ini pergi psikiater deh! Periksa tuh saraf kalian! Siapa tahu ada yang putus? Jangan sampai masuk rumah sakit jiwa," umpat Arumi sambil tersenyum mengejek lalu wanita itu pergi.
Jessi mendengus kesal."Ck, kurang ajar tuh si Arumi! Dia pikir kita ini gila! Kita ini masih waras ya?"
" Bener banget tuh,Jes," sambung Elsa.
"Iya,kan?Dia aja tuh yang gila! Tapi kenapa ya tiba-tiba dia ingin resign dari perusahaan ini?"tanya Jessi penasaran.
"Entahlah," sahut Elsa segera menutup mulutnya .
Uwekk....Uwekk...
Elsa segera berlari ke arah toilet karena tidak tahan lagi ingin muntah.
"Elsa, kenapa?Apa dia sakit? " ucap Jessi dengan menatap kepergian Elsa.
++++
Di saat,Arumi keluar dari perusahaan Angga.Tangan dia ditarik paksa oleh Gilang masuk ke dalam mobilnya hingga Arumi berteriak minta tolong.Hal itu,di lihat oleh Adit, tapi Gilang keburu membawa Arumi pergi lalu melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi.
Segera Adit mengejar mobil tersebut.Dia takut akan terjadi sesuatu pada anak majikannya.
"Mau kamu apa sih,Lang? Aku sudah bilang, jangan ganggu aku lagi! Kita ini tidak ada urusan lagi. Sekarang hentikan mobilnya! Aku mau turun!" titah Arumi yang tidak nyaman berada di dalam mobil bersama mantan kekasihnya.
"Tentu saja aku punya urusan dengan mu karena Aqilah itu putriku.Tapi kenapa kamu berbohong dengan mengatakan dia sudah meninggal? Apa kamu sadar, ucapan kamu itu hampir saja dikabulkan?" Atau justru itu yang kamu inginkan ?"ucap Gilang dengan menyudutkan Arumi.
"Jaga ucapan kamu itu! Tak ada seorang ibu yang menginginkan putrinya meninggal.Tega sekali kamu mengatakan seperti itu padaku sementara aku sendiri hampir mati.Apa itu yang kamu harapkan supaya bisa mengambil Aqilah dariku?" timpal Arumi.
"Aku sangat mencintai kamu,tidak mungkin aku menginginkan kamu meninggal.Jadi jangan pernah berkata hal seperti itu lagi."Gilang takut kehilangan Arumi.
"Tapi cintamu itu hanya nafsu semata yang pernah kamu berikan padaku.Bukan cinta yang tulus karena cinta yang tulus tidak akan pernah menyakiti, apalagi meninggalkan orang yang dia cintai."
Ya, rasa cinta Arumi telah hilang untuk Gilang, cuma ada rasa sakit hati yang di tinggalkan pria itu.
"Tolong berikan aku kesempatan satu kali...saja untuk membuktikan cintaku, kalau cintaku ini begitu besar kepadamu."Gilang mencoba menyakinkan Arumi tentang perasaan dia yang tidak pernah berubah.
Arumi mulai geram dengan perkataan Gilang."Baiklah aku memberimu kesempatan sampai tiga bulan.Jika kamu berhasil mendapatkan restu dari ayahku ,untuk menikahi aku.Baru aku percaya kalau cintamu itu besar.Jika kamu gagal, jangan pernah mengganggu kehidupan aku dan Aqilah lagi.Bagaimana?"
Arumi begitu yakin kalau Gilang tidak akan berhasil melalui tantangan tersebut.Karena sang ayah tidak semudah itu membiarkan dirinya menikah lagi setelah perceraiannya dengan Gerry. Kemudian Gilang segera menghentikan mobilnya secara mendadak.
"Okey, siapa takut?! Kita dil!" Gilang menantang sambil mengulurkan tangan ke arah Arumi.
Tanpa ragu,Arumi menjabat tangan Gilang sebagai kesepakatan perjanjian.
"Dil.
++++
Sementara Shasa berada di Bandara Sukarno Hatta ,akan terbang ke Korea untuk melakukan operasi sedot lemak.Dia ingin terlihat cantik dan kurus supaya Angga bisa tertarik padanya.Itu alasan terbesar dia ingin memiliki badan yang kurus.