“Kata mami, dilimu dikilim mami untuk menolongku dan papi. Apa dilimu ibu peli yang baik hati ? “
“A–aku ?! “
Ucapan anak laki-laki itu membuat Alana terkejut, dia tidak mengerti maksud dari perkataan anak tersebut.
Namun, siapa sangka kehadiran Alaska membuat Alana masuk ke kehidupan keluarga mereka dan siapa yang menyangka bahwa papi yang dimaksud Alaska adalah pria yang selama ini Alana tunggu kehadirannya.
Bagaimana dengan kisahnya ? Jangan lupa mampir !
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dlbtstae_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Taman hiburan
Semenjak Azalea menunjukan identitasnya. Semua karyawan yang pernah menjauhi departemen 5 kini mulai membaurkan diri. Mereka bukan tidak mau membaur dengan departemen 5 tapi mereka diancam oleh sosok Widia dan Revo.
Andella, Amanda serta Leo dan Reson kini menjadi bagian inti Azalea. Leo dan Reson menjadi tangan kanan Azalea untuk membantu Arka di perusahaan. Sementara Andella menjadi asisten pribadi Azalea dan Amanda menjadi sekretaris Azalea.
Kehidupan mereka kini berubah 180 derajat. Leo yang sedih melihat keadaan ibu dan adiknya kini bisa mencukupi kebutuhan keluarganya sementara ayah Leo sudah meninggal saat dirinya masih duduk dibangku SMA.
Sedangkan Reson kedua orang tuanya sudah mulai membuka usaha toko roti, toko yang dibelikan Azalea untuk Reson dan keluarganya.
“Nggak nyangka ya, sekarang kita punya kedudukan penting di posisi masing-masing,” kata Amanda saat mereka berkumpul untuk makan siang di salah satu cafe yang tak jauh dari kantor.
“Benar !” timpal Reson tersenyum senang.
“Ini semua karena Lea, jika bukan karena Lea kita tidak akan bisa seperti ini !” seru Andella membuat semua teman-temannya mengangguk.
“Terima kasih, Lea !” ucap mereka kompak.
“Ah, kalian terlalu memujiku ! “ ujar Azalea yang tidak terlalu suka dipuji.
“Kalau gitu ayo kita makan !” seru Leo yang sudah tidak bisa menahan laparnya.
Mereka berlima pun makan dengan lahap, dihiasi wajah bahagia yang terpatri di wajah masing-masing.
Sementara di jeruji besi, Sisilia dan Dewinta berteriak histeris meminta untuk dikeluarkan. Suara berisik mereka membuat penghuni di ruangan itu terganggu.
“Eeee monyettt ! Suara lo berdua berisik ke monyet huhu hahaa.. !”
“Mo–monyet ?!”
“Iya monyet, berisik ! Kalian kira dengan berteriak sampai batu berdarah pun nggak bakal bikin kalian keluar dari sini. Jadi nikmati saja masa depan kalian disini !”
Dewinta menggelengkan kepalanya dia tidak mau berada disini sangat lama. Dia ingin keluar dan hidup dengan bebas.
Dewinta menatap Sisilia dengan tatapan marah membuat Sisilia terhenyak.
“Ngapain lo liatin gue ?” tanya Sisilia bingung.
“Gara-gara lo, gue disini ! Gara-gara ngikutin kemauan lo gue jadi ikutan dipenjara !! Gara-gara lo –”
“Kok gue yang lo salahin ! Harusnya lo sadar diri, kenapa lo mau ngikutin gue ! Bukan gue yang lo salahin !!” protes Sisilia tak terima.
“Gini nih kalo monyet anti monyet, huhu haha huhu haha !” ledek seorang wanita bertubuh bongsor.
Ucapan wanita itu membuat Dewinta dan Sisilia terdiam dan mengalihkan pandangan mereka.
“Yeee monyet, huhu haha huhu haha !” ejeknya lagi sambil memperagakan monyet yang menggaruk kepala serta bokongnya.
Sementara yang lainnya tertawa lepas dan menatap Dewinta serta Sisilia dengan tatapan mengejek.
Sisilia mengepalkan kedua tangannya hingga urat-urat tangannya terlihat. sudah berapa lama mereka tinggal disini, Sisilia maupun Dewinta merasa mereka seperti pajangan yang hanya patut ditertawakan.
“ Kenapa ? Tertekan ?” ejek wanita berambut kriwil menatap Sisilia dengan sinis.
“Jahat mah jahat aja nggak usah lempar sana sini !”
“Dasar monyet !” ejek salah satu dari mereka hingga tertawa keras yang membuat Sisilia semakin kesal.
“Awas kalian,” ucapnya lirih.
*
*
*
*
*
Di sisi lain, Alana tengah memijat keningnya. Hari ini dia tidak pergi ke kantor melainkan merebahkan dirinya di kasur sambil menatap langit-langit kamarnya.
“Ternyata bapaknya Alaska duda ya, gue pikir dudanya gara-gara istrinya pergi ninggalin dia. Eh, beneran ternyata ditinggal selama-lamanya”
Dia kembali mengingat disaat malam pengenalan penerus perusahaan daddynya, Alaska dan Araska duduk tepat di sebelahnya dengan seorang wanita yang Alana kenal seorang wanita yang pernah menyakiti Alaska di pemakaman beberapa waktu lalu.
“Hm, kira-kira bang Araska udah nikah belum ya ?” gumamnya yang tiba-tiba teringat sosok Araska si penjual rempeyek.
“Eh ya ?!” Alana terlonjak bangun. Dia ingat nama papi Alaska sama dengan nama orang yang pernah dirindukannya.
“Nama papinya Alaska mirip dengan nama bang Araska, apa sebuah kebetulan ya ? “
Entah mengapa Alana mengeluarkan kalung yang diberikan Araska saat dia masih kecil dulu dimana saat Araska menjual rempeyek.
“Kalungnya lucu, ada ukiran hatinya. Pakai ah, kata abang dipakai terus biar bisa mengenal kalau ketemu,” ucap Alana langsung memakai kalung itu di depan cermin agar bisa langsung melihat hasilnya.
Alana juga mengenakan gelang yang diberikan Araska saat Araska pamit pergi ke luar negeri.
“Cantik,” ucapnya tersenyum.
Brakkk !! Tiba-tiba kamar Alana dibuka kasar oleh dua bocah kurcaci membuat pemilik kamar tersentak kaget.
Saat melihat pelakunya, Alana menatap keduanya dengan tatapan kesal.
“Bisa nggak kalau buka pintu itu pakai perasaan ! Kalian mau bikin kakak meteng ?? Haaa ?!” pekik Alana kesal.
“Macalah na kami nda punya pelasaan, kaka Ana !” seru Marissa polos.
“Hess, bicara yang sopan. Kakak tua ni !” kata Alana tanpa menyadari ucapannya ditanggap lain oleh Marissa dan Arasyi.
“Maap, kakak tua !” seru keduanya membungkukan badan mereka.
“Nah, kalian berdua kenapa datang ke kamar kakak. Ada apa ? Kakak mau sibuk ini,” kilah Alana yang sebenarnya tidak mau diganggu.
Arasyi menggaruk keningnya dengan polos dia berkata, “ Dilual ada Alas cama papi na,”
“Tapi, belhubung kakak mau cibuk. Ya,cudah Laci balik mau lapol, kakak mau cibuk !” seru Arasyi dan mengajak sepupunya untuk kembali ke ruang tamu.
“Eeeee eee, bentar ! Bentar ! Bentar !!”
Alana menghentikan langkah kedua kurcaci itu. Dia bingung dengan kedatangan Alaska bersama papinya. Kalau Alaska sendiri Alana masih bisa mengira jika anak itu merindukan dirinya begitu juga dengan Alana yang merindukan sosok Alaska.
Tapi kalau papinya ada, itu tanda tanya baginya. “Papinya kenapa datang juga ?” tanya Alana bingung.
“Mana kami tahu kakak tua ! Kami tau na meleka datang belsama !” seru Arasyi heran.
Alana terdiam. Dia bingung untuk datang menemui Alaska atau tidak karena jika dia datang menemui Alaska itu artinya Araska akan mengetahui dirinya yang merupakan CEO MG Group.
Tapi kalau dirinya tidak datang menemui Alaska, bagaimana perasaan Alaska. “Tapi mereka kan tau wajah Lea, apalagi kembar. Gimana ya, bakal terbongkar juga kan”
Alana masih tenggelam dalam pikirannya yang berkecamuk. Tanpa sadar membuat kedua kurcaci jenuh.
“Nda ucah banyak mikil, mau atau nda ? Kalau nda mau kami balik lapol ni !” ucap Marissa kesal karena kakak sepupunya banyak mikir.
“Sebentarrrrrr !!!”
“Nggak papa lah, kan aku pakai topeng kalo ke kantor..” ucap Alana pelan.
Dia mengatur nafasnya dan mengajak kedua kurcaci untuk menemui Alaska dengan papinya. Arasyi dan Marissa mengangguk, keduanya menggandeng tangan Alana kiri dan kanan.
Sesampainya di ruang tamu, Araska yang sedang mengobrol dengan Mommy Audrey tampak terkejut saat melihat Alana. Sementara Alana, dia tampak gugup dilihat Araska.
Jantung keduanya sama-sama berdebar membuat Mommy Audrey berdehem.
“Hm, kalau gitu mommy ke kamar ya, kamu temani nak Aras ngobrol !” ucapnya kepada sang putri.
Alana sontak menunjuk dirinya,” lah jadi, Ana?”
“Ayo, putraku mengajak kamu untuk pergi ke taman hiburan !” kata Araska datar.
“Ha?! Sekarang ?” tanya Alana kaget. Tidak ada persiapan apapun, tiba-tiba diajak keluar membuat Alana kaget.
“Menurutmu ?”
Alana baru menyadari jika adiknya sudah berpakaian rapi. Lalu tatapannya menatap dirinya sendiri, “ Kaosan boleh nggak sih ?”
“Senyaman kamu saja !” ucap singkat Araska.
Alana mengangguk,” yauda ayo, kalo gitu !” ucapnya semangat. Mulai membawa ketiga bocah berjalan ke pintu utama.
“Tapi nggak sandal gituan juga !” ketus Araska yang membuat langkah Alana terhenti. Dia langsung menatap kedua kakinya yang ternyata dia masih mengenakan sandal tidur.
“Astagaaaa ?!! Lupaaa ?!” pekik Alana kaget dan langsung berlari ke lantai atas.
Araska menggelengkan kepalanya, “ dasar ceroboh !” ucapnya pelan.
ini meninggal bneran atau cuma sandiwara sih,,masa iya meninggal lea nya 🤔🤔