Seorang jendral bernama Calsida tewas terbunuh karena sahabat baiknya yang bersekongkol dengan tunangannya. Tapi saat dia terbangun karena cahaya yang datang menghampirinya dia sudah ada di kamar yang tampak berbeda. Calsida yang bertanya kepada dirinya. Saat dia sedang mencari jawaban itu datang pelayan yang memanggil dia dengan sebutan Nyonya Eliza. Pada saat itu juga dia tersadar kalau dirinya berpindah tempat ke tempat lain."Apa ini tubuh milik Eliza,"ucap Calsida.
Tapi apa yang akan terjadi setelah ini. Lalu akankah Celsida menemukan hal yang dia tidak ketahui nantinya tentang Eliza.
jika ingin tahu silakan baca ya kak!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Herwanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
E.S 18
Pembunuh menyelinap masuk ke kamar Eliza. Saat itu Eliza sedang tidur dengan nyaman. Tapi disaat yang sama saat pembunuh itu ingin menusuk pisau ke tubuh Eliza. Eliza membuka mata dengan tatapan tajam.
“Selamat malam kawan lama,”ucap Calsida yang segera memberikan serangan balasan dengan belati yang dia sembunyikan.
Pembunuh yang ada didepannya menghindar disaat belati itu hampir mengenainya. Eliza dengan santai duduk dari pembaringan. Tanpa ada rasa getar dan takut dia menatap ke arah pembunuh yang ada lima orang.
“Aku tidak tahu kenapa kalian ingin membunuhku. Apa salahku untuk hidup sampai kalian datang ke kamarku malam-malam,”ucap Calsida yang segera berdiri.
“Untuk apa kalian diam saja cepat bunuh wanita ini,”ucap pimpinan kelompok yang ada di belakang mereka berempat.
“Siap,”ucap bawahan. Segera mereka berempat menyerang dengan cara bersama-sama. Tanpa ada yang aneh dengan Eliza mereka mulai menyerang dengan niat pembunuh. Tapi semua serangan itu bisa dihindar dengan baik oleh Eliza.
Bibir yang tersenyum manis mendekat dengan semua pedang yang dia tangkis.”Kalian salah melawan seseorang,”ucap Calsida yang merupakan seorang Jendral yang sangat ganas.
Eliza telah berjalan santai dengan menangkis semua serangan dari musuh. Mulai melawan dengan kelincahan dan ketetapan dalam membidik target. Ke empat musuh yang ingin membunuhnya kalah dengan darah di tubuh mereka
“Sekarang bisa kita bicara dengan santai,”ucap Calsida yang tepat di depan pimpinan kelompok.
“Bicara jangan berharap,”ucap pimpinan yang menolak. Dia yang menghenuskan pedang untuk menyerang balik. Tapi Eliza bisa menghindar tepat disamping dia ingin segera memukulnya dengan satu gerakan saja.
Tapi di luar terdengar langkah kaki membuat Eliza mulai bertingkah ketakutan.”Tolong... tolong ada pembunuh,”ucap Calsida yang bersikap menyedihkan dan takut. Belati yang dia pegang dia sembunyikan dengan baik.
Pimpinan itu sedikit bingung dengan sikap dari Eliza menatap dengan tidak berdaya. Tapi dia kembali sadar dan hendak ingin menusuk dia dengan pedang. Tapi disaat yang sama juga Nezo yang sedang berpatroli mendengar suara teriakan dari Eliza. Segera berlari ke kamar Eliza. Tepat di depan matanya dia melihat Eliza akan di lukai oleh pembunuh itu.
Nezo segera menangkis pedang yang di arahkan ke tubuh Eliza. Nezo segera memberikan pelindungan kepada Eliza yang tampak tubuhnya ketakutan.”Nyonya anda baik-baik saja?,”ucap Nezo sambil melihat musuh didepannya.
“Aku baik-baik saja,”ucap Calsida dengan suara bergetar.
“Tenang saja anda akan baik-baik saja,”ucap Nezo.
Pembunuh di depannya melihat ada ksatria yang datang hendak ingin melarikan diri karena sudah ketahuan. Melawati jendela yang dia masuki tadi dia melarikan diri. Tapi hal yang tidak terduga terjadi kalau ada ksatria lain yang berjaga di sisi jendela membuat pembunuh itu tidak bisa kabur.
Pembunuh tidak bisa kabur hanya bisa bunuh diri di tempat untuk informasi tidak bocoh. Eliza melihat pergerakan dari pembunuh disampingnya itu, ingin bunuh diri segera memberikan kejutan dengan melempar sebuah mutiara kecil ke lehernya.
Pembunuh itu segera pingsan setelah mendapatkan segeran kejutan dari Eliza. Apa lagi saat di sisi lain ksatrai yang berjaga di pintu tahu kalau dia ingin bunuh diri ingin menghalanginya. Tapi tidak terduga kalau pembunuh itu sudah pingsan.”Apa yang sebenarnya terjadi sini, kenapa dia tiba-tiba pingsan?,”batin ksatria yang merasa aneh.
Nezo tidak sadar dengan ke anehan itu hanya segera melihat ke arah Eliza yang ada dibelakangnya.”Nyonya apa ada terluka,”ucap Nezo.
Eliza menggelengkan kepalanya saja dengan mata berlinang tubuh bergetar karena merasa takut. Charlie yang saat itu sedang mencernah semua informasi kedatangan Fay dengan kabar ada pembunuh di kamar Eliza. Charlie segera berlari menuju kamar Eliza.
Saat dia sampai di kamar Eliza tampak empat pembunuh sudah tewas satu pembunuh tidak sadarkan diri.”Eliza,”ucap Charlie segera berjalan ke arah Eliza yang bersama dengan Nezo.
Eliza menatap ke arah Charlie yang datang dengan wajah takut dia hendak ingin memeluk Charlie. Tapi kakinya yang lemas karena ketakutan membuat dia tidak bisa berdiri. Charlie sadar tentang kondisi Eliza segera menggendongnya menuju kasur.
“Kamu sekarang sudah aman Eliza. Tenangkan diri kamu,”ucap Charlie. Eliza masih di memeluk Charlie karena dalam kondisi takut.
“Apa yang terjadi di sini,kenapa bisa ada pembunuh masuk ke kamar Eliza?,”ucap Charlie sambil mencari pelakunya.
“Saya juga tidak tahu tuan muda. Saat saya berpatroli melewati lorong. Saya mendengar ceritan nyonya sehingga saya bergegas berlari menuju kamarnya. Tapi didalam kamar sudah ada pembunuh. Empat pembunuh sudah tewas saat saya datang. Menyisahkan satu yang hendak ingin membunuh nyonya,”ucap Nezo menjelaskan situasinya.
“Cepat cari tahu siapa dalangnya. Jangan sampai kita menyiakan informasi ini,”ucap Charlie masih memeluk Eliza.
Tapi saat Eliza diperlukan Charlie dia merasa nyaman. Tubuh yang tadi takut merasa nyaman dan damai membuat dia tertidur di pelukan Charlie. Charlie melihat ke arah Eliza yang tampak wajah pucat dan takut sudah mulai tenang.”Kalian segera bereskan ruangan ini,”ucap Charlie membawa Eliza ke kamarnya untuk beristirahat.
“Baik tuan,”ucap semua orang.
Charlie dan Eliza yang sudah ada di gendonganya masuk ke kamar utama. Charlie meletakan Eliza di kasur. Dia melihat wajah tenang dan damai Eliza membuat dia merasa bersalah.”Maaf sudah mengabaikan kamu Eliza,”ucap Charlie.
Tanpa sadar Charlie mencium kening Eliza yang ada di kasurnya untuk pertama kalinya. Tapi setelah dia mencium kening Eliza. Charlie membuka matanya dan berkata,”Sadarlah Charlie yang kamu sukai itu adalah Eliza bukan wanita ini.”
Charlie yang menyadarkan dirinya segera pergi dari kamarnya menuju ruang kerja. Tepat pintu sudah tertutup Eliza membuka matanya dan melihat ke arah pintu.”Sebenarnya kamu menyukai Eliza, Charlie. Tapi kamu masih terikat dengan masa lalu kamu yang menghalangi kamu,”batin Calisida yang kembali menutup mata.
Di ruang kerja Nezo, Fay, Ben dan Lato sudah menuggu Charlie.”Bagaimana hasil penyelidikan kalian apa menemukan sesuatu dari pembunuh itu?,”ucap Charlie yang kembali tegas dan bertanggung jawab.
“Kami sudah menemukannya, hanya saja ini ada kaitannya dengan nona Fayza. Apa tuan muda ingin mendengarnya,”ucap Lato yang melakukan intograsi kepada pembunuh yang datang.
“Apa maksud kamu Fayza yang melakukan semua ini. Kamu ingin aku percaya itu,”ucap Charlie yang tidak ingin mempercayai semuanya dengan muda.
“Jika tuan muda tidak ingin percaya. Anda bisa langsung bertanya kepada pembunuh itu langsung,”kata Lato dengan tegas.
“Baiklah aku yang akan bertanya sendiri tentang siapa orang di balik dia,”kata Charlie segera berjalan keluar ruangan. Bersama dengan semua orang menuju ke sel penjara di bawah tanah bertemu dengan pembunuh yang ada di sel.
Di depan pembunuh Charlie bersikap dingin dengan mata yang tajam. Dia duduk didepan pembunuh sebelum dia membuka mulutnya. Pembunuh itu berkata,”Bunuh aku saja. Aku tidak ingin dibunuh oleh wanita itu.”
“Wanita yang kamu katakan itu siapa. Apa dia adalah orang yang membayar kamu?,”kata Charlie dengan suara yang tegas dan membuat pembunuh didepannya takut merinding.
“Itu benar. Dia yang membayarku untuk membunuh nyonya dari kediaman duke,”ucap Pembunuh.
“Siapa dia dan untuk apa dia ingin membunuh istriku?,”kata Charlie.
“Dia ingin menjadi nyonya dari kediaman duke ini. Seharusnya dia sudah mati karena keracunan saat itu. Tapi karena dia siuman dan pulih rencana dia gagal,”kata pembunuh.
“Siapa dia cepat katakan,”ucap Charlie.
“Dia adalah...,”ucap pembunuh yang tiba-tiba terbakar tubuhnya. Membuat Charlie bersama dengan yang lain terkejut. Tepat saat akan di tolong pembunuh didepan Charlie sudah mati di tempat.
Tapi bagaimana sikap Charlie setelah informasi dan buktinya menghilang. Akankah dia tahu siapa dari balik kata pembunuh itu yang menginginkan nyawa Eliza?.