Alina tidak menyangka sahabat yang dia kira baik dan pengertian telah menghancurkan biduk rumah tangga yang telah di jalin Alina selama tiga tahun lamanya. Lenna adalah sahabat Alin. mereka berdua telah menjalin persahabatan sejak duduk di bangku sekolah menengah pertama. ternyata Lenna menyukai suami Alin sejak lama. Lenna merasa tidak adil kenapa Alin bisa mendapat seorang pria tampan dan kaya seperti Revan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dinni Iskandar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 18 Alin mengajak Lenna menginap
"Mas!, mau aku bikinin kopi gak?", ucap Alina yang membuyarkan lamunannya. Revan sedikit terkejut, namun, ia segera bersikap biasa saja.
"Iya, Sayang, nanti aja" jawabnya menolehkan kepalanya melihat istrinya. Alina mengambil duduk disamping Revan. "Kamu, seperti ada yang dipikirin, Mas?!" tanya Alin
Sejak tadi, Alin memperhatikannya, tidak biasanya suaminya seperti itu. Revan menarik tangan Alin, lalu mencium punggung tangannya. "Enggak ada apa-apa kok, Sayang" ucap Revan sambil tersenyum
Akhirnya Alin menganggukkan pelan kepalanya, "Kalau ada apa-apa, cerita ya, Mas? ucap alin. Revan mengangguk "Iya, Sayang" Jawabnya
Keduanya tampak asyik menonton acara televisi tersebut Lebih tepatnya hanya Alin saja, sedang Revan, sebenarnya Revan tidak benar-benar fokus menonton, pikirnya berada ditempat lain.
Tidak lama kemudian, Revan memutuskan untuk keruang kerjanya. "Sayang, Mas keruang kerja bentar ya! ucapnya, lalu mencium kening istrinya
"Iya, Mas. Nanti, aku bikinin kopinya" jawab Alin, pandangan mata Alin masih mengarah pada punggung Revan. Saat sang suami tidak terlihat, barulah ia beranjak dari duduknya. Ia menghela nafas pelan
"Ada apa sama Mas Revan?" batinnya. "Apa, ada masalah dikantor?"
Akhirnya, kopi kesukaan suaminya telah jadi. Ia segera naik kelantai atas, dimana suaminya berada. Letak ruang kerja Revan berada paling ujung.
Tok.. Tok..
"Masuk, Sayang!!" teriak Revan dari dalam. Alin segera berjalan mendekat, setelah sampai ia meletakkan kopinya diatas meja.
"Makasih ya, Sayang?!" ucap Revan melempar senyum. Alin mengangguk, lalu, menghampiri suaminya. Ia duduk dipangkuan suaminya, membuat Revan menyandarkan tubuhnya disofa ,tangannya reflek melingkar dipinggang ramping sang istri
Kedua bertatapan, tangan Alin melingkar dileher sang suami, "Jangan, malam-malam ya Mas?!" ucap Alin manja. Revan tersenyum simpul, "Enggak kok, Sayang!" ia mengecup bibir Alin sebentar
'"Aku, tunggu dikamar loh ! Mas?!" sebelum pergi Alin mengedipkan satu mata. "Genit banget si istrinya Mas!" ucap Revan terkekeh.
Setelah pintu tertutup kembali, wajah Revan langsung berubah menjadi datar. Ia membuka laptopnya, mulai fokus dengan pekerjaannya.
*****
Kini, Alin tengah berada dikamar mandi, ia mencuci wajahnya. Lalu, setelah keluar dari kamar mandi, ia mengeringkan wajahnya.
Ia berniat menghubungi sahabatnya, namun, sebelum Alin menghubungi sahabatnya itu, Lenna telah dulu mengirim pesan.
Alin tersenyum senang, segera membaca pesannya.
[ Malam, beb ]
[ Duh.. !! Sepertinya, kamu lagi bahagia ya, sob? ] Alin tersenyum geli membalas pesan Lenna, ia membayangkan, bahwa saat ini wajah sahabatnya itu sedang berseri-seri. Tidak lama, pesan balasan muncul kembali
[ Iya, bener banget kamu, beb!! ]
[ Ada kabar bahagia apa nih? ] Alin tampak penasaran, hal apa yang membuat sahabatnya itu sebahagia itu.
[ Ada deh !! ]
Alin cemberut membaca pesan sahabatnya itu
[ Apaan sih ?!, bikin penasaran aja deh ]
[ Lin, kita ketemuan yuk. Udah lama nih, gak nongkrong bareng. Aku bosen nih, dirumah orang pada gak ada ]
[ Ya sudah, kamu kerumah aku aja deh, kalau perlu nginep Len. Sesekali dong, biar kita bisa masak sama nonton bareng ]
Lenna tampak menyeringai membaca pesan Alin, ia merasa mendapatkan lotre. " kayaknya, aku sama Mas Revan bisa bebas ketemu, tanpa perlu ketemuan diluar" gumamnya. "bisa juga berduaan, meskipun secara diam-diam" ia terkekeh senang
Ia segera membalas pesan sahabatnya itu, Alin memang terlalu mempercayai sahabatnya itu
[Ok ! ,besok sore, aku kesana]
"Seharusnya, aku tadi luluran dulu gak sih?!" ucap Lenna memperhatikan kulitnya, ia berdiri di depan cermin besar.
Setelah puas bercermin, ia melangkah menuju ranjangnya. Ia menghempaskan tubuhnya, ketika ia sedang berbaring, bayangan Revan yang menjamah tubunya dengan penuh nafsu itu selalu terbayang dipelupuk matanya.
000
Keesok paginya, cahaya mentari telah menyinari bumi, disebuah rumah,pasangan suami istri tengah menikmati sarapannya, Revan dan Alin tengah bercengkrama dimeja makan
"Mas, nanti Lenna mau datang kerumah" ucap Alin disela-sela sarapannya. Membuat Revan tersedak, "Pelan-pelan dong, Mas?"
"Kapan?" jawab Revan singkat, ia menaikkan satu alisnya
"Nanti sore, sesudah dia pulang kerja kok?!" kata lagi santai, "Gak papa kan, Mas? kalau dia menginap dirumah kita?" sambungnya lagi
Otomatis ucapan Alin membuat Revan tersedak kembali, membuat Alin mengernyitkan dahi. Ia merasa heran dengan suaminya, saat dirinya menyebut nama Lenna, sang suami tampak tidak nyaman
"Kamu, kenapa sih, Mas? Aneh banget deh?!" ucap Alin dengan nada kesal, "Kalau gak di izinin juga gak apa-apa kok" sambungnya kembali dengan wajah cemberut
Seketika Revan mendongak, lalu menatap wajah istrinya. Menggegam tangannya lalu tersenyum tipis "Jangan cemberut gitu dong? kan Mas belum bilang apa-apa?!" ucapnya. "Mas, izinin kok, Sayang!? apa sih, yang gak boleh buat kamu Sayang?!" sambungnya lagi, mencoba meluluhkan hati istrinya itu
Alin yang mendengar itu seketika mengulum senyum. "Habisnya, dari tadi Mas kayak gak fokus gitu" ucapnya memanyunkan bibirnya
Revan terkekeh gemas. Lalu, tak berapa lama, keduanya telah menyelesaikan sarapannya. Segera Revan berpamitan untuk berangkat kekantor. Alin mengantar suaminya sampai diteras rumah.
Setelah suaminya pergi, barulah ia masuk kedalam, ia meminta pada mbak yati untuk membersihkan kamar tamu yang ada di bagian lantai atas.
Ia berfikir, jika Lenna berada dikamar tamu yang berada dilantai atas, akan memudahkannya bertemu dengan sahabatnya itu dan tidak perlu turun kelantai bawah.
Kamar tamu yang berada dilantai atas, berdekatan dengan ruang kerja Revan. Alina juga meminta mbak Yati untuk membelikan beberapa bahan makanan.
*****
Ditempat lain, Revan telah diperjalanan menuju kantornya. tentunya, ia tidak sendiri. Seorang gadis sexy duduk disampingnya, keduanya tampak berpegangan tangan.
Keduanya tampak mesra, layaknya pasangan kekasih. Sesekali Lenna mencium pipi Revan.
Lenna menyandarkan kepalanya dibahu Revan, mengusap pelan pahanya.
"Mas" ucap Lenna dengan nada lembut dan menggoda. Tubuh Revan meremang, suara Lenna dan usapan yang dilakukannya membuat Revan sulit bernafas.
" hm " Jawab Revan singkat. Pandangannya fokus kedepan. untuk beberapa saat, tak ada obrolan apapun diantara keduanya
"Nanti malam, jangan membuat Alina curiga" kata Revan memecah keheningan.
Lenna membenarkan posisi duduknya, lalu menatap wajah tampan suami sahabatnya itu. "Iya, Mas. Aku ngerti kok!?" jawabnya tersenyum manis, mengusap pipi Revan lalu menciumnya.
*****
Tiga puluh menit kemudian, Revan telah sampai ditempat kerjanya. Ia memarkirkannya mobilnya, lalu turun dan melangkah menuju lift.
Setelah sampai, ia menarik kursi dan menghempaskan bokongnya dikursi kerjanya. Ia menyandarkan kepalanya, menghela nafas dengan kasar.
Ia memukul pelan kepalanya, "Ya ampun, kayaknya aku sudah mulai gila. Kenapa aku jadi mikirin Lenna terus" gumamnya.
Ia selalu terbayang terbayang-bayang dengan tubuh sexy Lenna. "Permainannya diatas ranjang bener-bener bikin aku puas" batinnya. "Mungkin Alin bisa belajar dari Lenna, Dia lebih lihai" ucap Revan menyeringai tipis.