NovelToon NovelToon
Klub Film Ini Bermasalah!

Klub Film Ini Bermasalah!

Status: sedang berlangsung
Genre:Duniahiburan / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Romansa / Slice of Life
Popularitas:1.3k
Nilai: 5
Nama Author: Agus S

Namaku Dika Ananto. Seorang murid SMA yang ingin sekali menciptakan film. Sebagai murid pindahan, aku berharap banyak dengan Klub Film di sekolah baru. Namun, aku tidak pernah menduganya—Klub Film ini bermasalah!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Agus S, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Yang Dilupakan

Pagi ini Mona mengirimkan file skenario ke dalam grup klub film yang sudah disesuaikan dengan permintaan Dika. Setelah Dika memperhatikan kembali isi skenario itu. Dia langsung menyetujuinya. Dika merasa kalau skenario yang ditulis oleh Mona sudah cocok untuk dijadikan sebagai film pendek.

Dika yang sedang berjalan ke sekolah merasa tidak sabar untuk melihat skenarionya Mona versi hardcopy. Dia merasa lebih cocok untuk melihat skenarionya secara langsung.

Seusai sampai di kelas. Beberapa orang sudah menduduki kursi mereka masing-masing dan berbincang satu sama lain. Dika yang berdiri sambil melihat pemandangan di dekat jendela disapa oleh Mona dari arah belakang.

"Oh, Mona!" seru Dika, "Kau membawa versi cetaknya?"

Mona mengiyakannya, "Aku sudah membuat salinan sebagai cadangannya jika skenario utama yang ditulis terkena insiden tak diinginkan."

"Boleh aku melihatnya?" pinta Dika, "Aku ingin sekali lagi melihatnya. Sebab jika sesuai jadwal minggu ini kita sudah melakukan persiapan."

"Memangnya kita membutuhkan apa lagi?" celetuk Mona, "Ah, aku mengerti. Sketsa untuk desain karakter dan pemilihan pemerannya, ya?"

Dika mengangguk. Dia mengaku sudah menghubungi kak Tio untuk menghubungi klub lain dan meminta bantuan mereka. Dika menjelaskan kalau minggu depan sudah siap untuk melakukan syuting agar sesuai perkiraan Dika.

Ditengah perbincangan Dika dan Mona. Terdengar suara bisik-bisik dari kejauhan yang memperhatikan kedekatan Mona dan Dika. Ada banyak orang di kelasnya yang tidak tahu kalau Dika dan Mona berada di dalam satu klub.

Mona yang sudah merapihkan tempat duduknya. Dia langsung memberikan Dika skenario versi cetak. Perasaan Dika untuk melakukan syuting dalam waktu dekat semakin membara.

Memegang skenario yang sudah jadi. Membuat Dika teringat dengan sesuatu yang telah dia lupakan. Dika menanyakan apakah Mona mempunyai kertas HVS kosong. Dia menjelaskan kalau ada sesuatu yang terlewat.

"Tidak banyak, sih. Memangnya untuk apa?" tanya Mona sambil membuka kembali tasnya.

"Aku melupakan bagian storyboard!" kata Dika dengan lemas, "Itu menjadi salah satu bagian penting dalam pembuatan film."

Storyboard adalah gambaran pemikiran sutradara untuk mempersiapkan angle setiap kamera pada pengambilan gambar ketika syuting. Dika menjelaskan pada Mona kalau storyboard membantu sutradara jika mereka kehabisan ide untuk pengambilan gambar.

Seusai Mona memberikan beberapa lembar kertas HVS pada Dika. Dia langsung mengambil pensil dan menggambar sesuai adegan skenario yang ditulis oleh Mona.

...*****...

Adegan 1.

Lokasi: Koridor Sekolah — Sore Hari

Langkah seorang gadis yang lemah karena ditinggalkan oleh teman-teman sekelasnya dengan suasana sore hari.

Adegan 2.

Lokasi: Jalan — Sore Hari

Gadis yang sedang berjalan terhenti karena melihat seorang anak kecil yang disayang oleh orang tuanya. Anak kecil itu mendapatkan medali karena dia berhasil menggapai cita-citanya. Gadis itu bergumam, "Andai orang tuaku mendukung cita-citaku."

Adegan 3.

Lokasi: ×××××

×××××

Adegan 4.

Lokasi: Sekolah — Pagi Hari

×××××

Adegan 5.

Lokasi: Rumah — Sore Hari

Gadis itu bertengkar dengan Ibunya. Dia tahu kalau dirinya tidak bisa melawan. Hingga Ibunya terus memukuli gadis itu.

...*****...

Disaat Dika sedang fokus membuat storyboard. Juan menyapanya sambil melirik gambar yang Dika buat. Merasa penasaran, dia bertanya apa yang Dika lakukan.

Dika menjelaskan kalau dia sedang membuat storyboard untuk membantunya saat melakukan syuting nanti. Kemudian dia menambahkan kalau syuting akan dimajukan.

Juan berbisik sambil duduk di kursinya. Dia menjelaskan kalau saat di ruang guru. Dirinya menemukan poster yang digambar oleh OSIS mengenai festival musim panas. Juan sudah tahu tanggal pelaksanaannya karena dia memang Ketua Kelas.

"Film ini untuk festival musim panas, kan?" tanya Juan dengan wajah yang serius.

Dika mengangguk, "Itu benar...."

"Firasat lu memilih memajukan waktu syuting adalah pilihan yang tepat," ucap Juan, "Festival musim panas akan dilaksanakan pada pekan minggu kedua di bulan agustus."

"Apakah tanggal itu sudah disetujui oleh sekolah?" tanya Dika penasaran, "Akan gawat jika OSIS mengubah tanggalnya. Apalagi sekarang sudah di penghujung minggu kedua bulan juli."

"Aman. Gue punya kenalan di OSIS dan dia berkata kalau itu benar adanya."

...***...

Sudah dua jam berlalu sejak Dika mulai menggambar storyboard. Dirinya gambar dengan bersembunyi sambil tidak diperhatikan oleh guru. Sebelumnya ketika dia menggambar storyboard menggunakan kertas HVS. Saat ini dia mengorbankan beberapa halaman lembar bukunya untuk menjadi bagian dari storyboard.

Dika perlahan membuka halaman terakhir dari skenario yang dikerjakan oleh Mona. Keringatnya mengalir perlahan di punggungnya karena suasana kemarau yang panjang.

Dengan napas terakhir. Dika melanjutkan untuk menggambar storyboard hingga tanpa dia sadari kalau bel tanda jam istirahat pertama telah berbunyi.

Terdengar suara napas yang panjang dari arah kanannya. Dika melihat Mona yang sedang menyandarkan kepalanya di atas meja dengan wajah kelelahan. Mona yang merasa diperhatikan oleh Dika, dia langsung bertanya kepada Dika dengan terus terang.

"Apa yang kamu perhatikan?" tanya Mona dengan nada kesal.

"Kamu terlihat sangat kelelahan," celetuk Dika, "Apa kamu tidur dengan waktu yang cukup?"

"Ini semua karenamu bodoh!" kesal Mona.

"Padahal ini sama saja dengan apa yang kamu kerjakan dengan naskah novelmu," balas Dika sambil menghela napas panjang karena telah menyelesaikan storyboard yang dia kerjakan.

Mona melirik ke arah kertas digambar oleh Dika. Dia mengaku ingin melihat hasil kerja Dika yang sejak awal tidak mendengarkan perhatian guru dan asik menggambar di atas kertas.

Dika tanpa berpikir panjang menyerahkan seluruh lembaran storyboard yang dia gambar. Mona mendadak tertawa melihat gambar Dika yang terlihat seperti gambar anak sekolah dasar.

"Hahaha. Gambarmu ini lucu banget, loh," celetuk Mona sambil menunjuk wajah seorang gadis yang digambar jelek.

Dika yang merasa malu langsung mengambil kembali storyboard miliknya, "Tidak semua sutradara bisa gambar bagus, tahu!"

Mona berkata kalau Dika hanya menyembunyikan fakta kalau gambar Dika jelek. Dika mau tidak mau menerima ledekan yang diarahkan kepadanya karena memang itu faktanya. Dika sangat tidak ahli dalam menggambar.

Dika dengan segera memasukkan storyboard miliknya ke dalam tas layaknya menyimpan harta karun paling berharga. Mona bertanya pada Dika apakah ada kegiatan sehabis pulang sekolah di klub film. Dika hanya bisa mengangkat kedua bahunya karena dia memang belum tahu langkah apa yang akan dia ambil selanjutnya.

Apalagi pemimpin klub film masih di tangan Tio. Karena itu Dika hanya bisa menunggu informasi kegiatan klub. Kecuali jika Dika yang memegang klub film. Mungkin dia akan langsung membuat rapat untuk membahas langkah apa yang akan klub film lakukan kedepannya.

Disaat Dika sedang memikirkan itu. Tiba-tiba ada seorang anak laki-laki di kelasnya memanggil namanya. Laki-laki itu berkata kalau ada kakak kelas yang ingin bertemu dengan Dika.

Dika langsung keluar dari kursinya dan melihat siapa sosok yang dimaksud. Tepat ketika Dika di depan kelas. Dia menemukan Tio yang sedang memperhatikan lapangan dibawah sekolah.

"Ada apa kak Tio?" tanya Dika karena penasaran, "Pasti ini berhubungan dengan klub bukan?"

"Benar dan ini bahaya," balas Tio, "Gue pikir festival musim panas akan dilaksanakan pada minggu ketiga bulan agustus seperti tahun lalu. Namun, tahun ini ternyata dilaksanakan pada minggu kedua bulan agustus."

"Aku tahu...."

"Disanalah telat masalahnya. Kita sudah berada di pertengahan bulan juli. Kita harus bergerak cepat mengerjakan projek film pendeknya."

"Aku juga berencana untuk menemui kalian saat pulang sekolah. Tapi, jika kita kebanyakan rapat rasanya lama selesai. Bagaimana jika kita berkunjung ke klub pelukis?" saran Dika.

"Untuk apa?"

"Kita akan meminta mereka untuk menggambar beberapa karakter sebagai patokan dari pemeran dalam cerita Chika."

Tio memicingkan matanya, "Kurasa itu ide yang bagus!"

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!