Kecantikan dan kecerdasan yang dimiliki Amelia berhasil memikat hati seorang pria. Asmara yang menggelora mengantar Amelia pada titik keseriusan sang kekasih. Apakah hubungan mereka berjalan lancar sampai ke jenjang pernikahan? Apalagi setelah pria tersebut mengetahui jika Amelia ternyata seorang wanita panggilan.
Lantas, bagaimana Amelia melewati segala lika-liku kehidupannya? Apakah dia mampu meninggalkan dunia yang sudah membantunya mengobati luka di masa lalu atau justru semakin terjerumus di agensi yang menaunginya selama ini?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tie tik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Luapan dendam
"Kamu yakin akan menemui Yusuf dengan dandanan seperti ini?" tanya Lilis setelah masuk ke dalam kamar Amel.
Wajah cantik yang biasa terlihat natural, kini telah dipoles dengan makeup bold. Lebih tepatnya, saat ini mengubah penampilannya saat menjadi Jovana yang sedang menyambut tamu. Pakaiannya pun terbilang cukup sexy meski bukan pakaian mini. Amel pun memakai hairclip blonde untuk menyempurnakan penampilannya saat ini.
"Aku sangat yakin, Nek. Aku ingin menjadi Jovana di depan dia. Aku ingin menunjukkan jika yang berdiri di hadapannya nanti adalah hasil dari perbuatannya di masa lalu," jawab Amel setelah selesai merias diri. Dia berdiri dari tempat duduknya.
"Kalau begitu mari kita berangkat sekarang," ucap Lilis setelah mengamati penampilan Jovana pagi ini. "Taksi online nya sudah menunggu di depan," ucap Lilis sebelum berlalu dari kamar Amel.
Amel berusaha menata hati sebelum bertemu dengan Yusuf nanti. Ada banyak cacian yang ingin dia layangkan kepada ayah tirinya itu. Dendam yang tertanam di hati setelah ini akan tersampaikan kepada Yusuf.
"Setelah pulang dari lapas, kita mampir ke rumah ibumu ya. Sudah lama ibumu tidak datang ke rumah," ucap Lilis setelah masuk ke dalam taksi online.
"Memangnya sejak kapan ibu tidak ke rumah?" tanya Amel seraya menatap Lilis.
"Ya sejak bertemu kamu kala itu. Nenek khawatir ibumu sakit. Kasusnya si Yusuf pasti semakin menambah beban pikiran ibumu," jelas Lilis dengan senyum yang dipaksakan. Wanita tua itu terlihat cemas karena memikirkan nasib Marini.
Amel termenung setelah mendengar permintaan Lilis. Dia belum siap kembali ke rumah ibunya karena banyak kenangan buruk yang terjadi di sana. Memori kejadian di masa lalu masih terekam jelas di pikirannya. Rumah yang dulu dipenuhi kebahagiaan telah berubah menjadi neraka semenjak Yusuf hadir di sana.
"Pembayaran sudah melalui aplikasi ya, Pak," ucap Amel setelah mobil yang ditumpanginya sampai di depan rumah tahanan. Amel membantu Lilis keluar dari mobil dan menuntunnya memasuki lobi rumah tahanan itu.
Setelah menemui petugas dan mengatakan keperluan, Amel dan Lilis diminta untuk menunggu terlebih dahulu. Amel terlihat resah meski sejak tadi sudah meyakinkan diri jika semuanya pasti baik-baik saja. Gadis cantik itu memejamkan mata setelah gilirannya bertemu Yusuf akhirnya tiba. Amel dan Lilis memasuki ruang kunjungan di mana Yusuf berada saat ini.
"Amel."
Yusuf tercengang setelah melihat siapa yang sedang berdiri tak jauh dari tempatnya berada saat ini. Dia hanya bisa menelan ludah setelah melihat perubahan drastis putri sambungnya itu. Yusuf sampai tak berkedip saat mengamati penampilan Amel saat ini.
"Kenapa? Terkejut?" tanya Amel dengan tegas. Dia memilih tetap berdiri sambil bersedekap.
"A ... da apa kalian datang menemuiku? Apa Marini tidak ikut?" tanya Yusuf gugup. Dia menatap Lilis sekilas dan setelah itu kembali menatap anak sambungnya.
"Aku datang ke sini hanya ingin menertawakan nasibmu. Bagaimana? Enak ya tinggal di penjara?" tanya Amel dengan diiringi senyum smirk.
"Aku minta maaf atas kesalahan besar yang aku lakukan di masa lalu. Maaf karena aku sudah menghancurkan—"
"Apa? Maaf katamu?" Amel menginterupsi ucapan ayah tirinya itu. "Apa b4jingan sepertimu pantas dimaafkan?" tanya Amel dengan diiringi tawa renyah hingga membuat beberapa pengunjung lain menatap ke arahnya.
"Yusuf ... Yusuf. Betapa bodohnya dirimu!" sarkas Amel tanpa mengalihkan pandangan dari wajah Yusuf. "Dulu kamu lolos dari hukum karena aku tidak memiliki keberanian melaporkan tindak asusil4mu! Lalu sekarang kamu mengulanginya lagi? Kamu melecehk4n anak sambung dari wanita selingkuhanmu yang masih di bawah umur. Apa isi otakmu hanya tentang sel4kang anak-anak?" maki Amel dengan tatapan tajamnya.
"Oh, tak hanya itu ya! Kamu juga dilaporkan karena sudah berbuat asusila kepada jamaah pengajianmu? Hebat sekali kau! Seorang pendakwah tapi tindakanmu melebihi binatang!" ujar Amel dengan tatapan nyalang.
Lilis hanya diam saja sambil mengamati interaksi di antara Yusuf dan Amel. Membiarkan Amel meluapkan isi hatinya adalah pilihan yang tebaik untuk saat ini. Lilis sangat berharap setelah bertemu dengan Yusuf, cucunya itu bisa melupakan rasa sakitnya.
"Aku tersiksa berada di sini. Setiap hari aku mendapat perlakukan buruk dari napi lain. Mungkin ini balasan atas perbuatanku kepadamu di masa lalu. Sekali lagi aku minta maaf," ucap Yusuf tanpa berani menegakkan kepala.
"Semua itu belum cukup untuk menghukum b4jingan sepertimu!" teriak Amel dengan napas yang memburu. "Angkat kepalamu dan lihatlah aku yang sekarang!" ujar Amel dengan diiringi emosi yang berapi-api.
"Asal kamu tahu. Dampak dari perbuatanmu telah membuatku terjerumus ke dalam dunia yang sangat gelap dan berlumur dosa! Kamu adalah orang yang bertanggung jawab atas dosa-dosa itu! B4jingan sepertimu pantasnya mendapat siksaan lebih dari ini! Berapa banyak gadis yang kamu rusak karena obsesi gilamu itu! Tak hanya itu, Yusuf! Kamu sangat berdosa karena sudah mempermainkan agama untuk menutupi kedokmu!"
"Tak hanya kepadaku! Kamu juga sangat berdosa karena sudah menipu ibuku dan menghianatinya! Kamu sudah menjauhkan ibuku dari aku dan nenek! Sial4n kau!"
Akhirnya Amel meluapkan segalanya hingga membuat Yusuf berdiri dari kursi dan bersimpuh di kakinya. Yusuf memohon pengampunan atas kesalahan yang sudah dia lakukan. Pria paruh baya itu terlihat kacau setelah mendengar ujaran kebencian dari Amel.
"Minggir! Lepaskan tanganmu dari kakiku! N4jis!" Amel menggerakkan kakinya agar terlepas dari tangan Yusuf. Dia merasa jijik dengan semua yang ada pada diri ayah sambungnya itu.
"Ayo, Nek. Kita pulang sekarang," ajak Amel seraya menyentuh bahu Lilis.
Wanita lanjut usia itu beranjak dari kursi. Dia mengamati Yusuf yang masih duduk di lantai dengan kepala tertunduk. "Derita yang dialami anak dan cucuku belum sebanding dengan penderitaanmu di penjara. Sudah waktunya kamu bertaubat atas perbuatanmu sendiri. Jangan mengeluh dan terimalah setiap hukuman yang menimpamu saat ini. Semoga kamu tidak lupa atas segala kesalahan yang sudah kamu lakukan," ucap Lilis dengan suara bergetar. Hilang sudah ketegaran yang selama ini dia tunjukkan kepada semua orang.
"Saya minta maaf, Bu." Hanya itu yang bisa Yusuf ucapkan. Pria paruh baya itu berdiri dan bersalaman dengan Lilis. Cukup lama Yusuf mengecup punggung tangan Lilis.
Sementara Amel justru berjalan menjauh. Dia menemui seorang napi yang duduk tak jauh dari tempat Yusuf saat ini. Dia menunggu sampai Yusuf selesai berbicara dengan Lilis. Dia tersenyum smirk tatkala Yusuf menatap ke arahnya.
"Maaf menggangu waktunya sebentar, Pak," ucap Amel saat menghadap napi lain. "Apa Bapak mengenal napi baru itu? Dia namanya Yusuf dan masuk karena pelecehan s3ksual. Saya hanya ingin memberi informasi, jika saya adalah anak tirinya dan menjadi salah satu korbannya di masa lalu. Saya juga pernah dijual ke temannya. Apa pria seperti dia pantas disebut manusia? Saya tidak tahu ada berapa korban di luar sana yang tidak berani speak up. Bapak pasti paham 'kan kemana arah pembicaraan saya?"
Amel menatap napi tersebut penuh arti. Sementara Yusuf hanya bisa termangu memikirkan nasibnya setelah ini. Mungkin, pengakuan yang baru saja diucapkan Amel bisa menjadi pengantar menuju neraka di balik jeruji besi.
...🌹TBC 🌹...
Bonyok
Pasti mereka bakal suka rela membantu Amel buat kasih pelajaran..
Semoga Andra bisa membuat Amel terus bahagia dan berharga..
Amel untungnya punya prinsip kuat..
Kyk sudah rahasia umum kalau sudah berhubungan dengan bapak atau tiri..walau pun ada yg baik juga
Bikin kesel,,ibunya Amel sadarnya telat juga..
Miris banget nasib Amel
Ibunya Amel sudahsalah di awal..fatal akibatnya..