Kim Da Mi harus menikahi Yoo Jae Suk, cucu dari presdir Yoo yang sudah berjanji pada kakeknya. Meskipun perasaannya masih tersisa untuk aktor tampan Wi Ha Joon.
Akankah dia mampu menekan perasaannya pada aktor tampan itu, sedangkan dia harus tetap bekerjasama dengannya untuk menangani Rumah Pelangi miliknya?
Yuk simak ceritanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon RatihShinbe, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 18
Pembicaraan diakhiri, Da Mi merasa dipaksa dengan ancaman ladang dan Rumah Pelanginya. Jae Suk hanya diam tanpa melakukan penolakan.
Min Hyuk pulang, dia berjalan menuju mobil dengan tongkatnya.
"Jae Suk akan membantu mu berkemas, kakek menyuruhnya untuk membantu mu juga mengatur ladang sebelum kepergian mu ke rumah kakek" ucap Min Hyuk seraya masuk ke dalam mobilnya.
Jae Suk menutup pintu mobil dan melambaikan tangan ke arah kakeknya yang mulai pergi.
"Dia masih bersikeras menjodohkan ku dengan mu meski tahu kelakuan mu di sosial media" ucap Jae Suk.
Da Mi menatap punggung Jae Suk, mengerutkan dahinya kemudian mengerti ucapannya adalah tentang video viralnya mengenai Ha Joon.
Da Mi kesal pada Jae Suk, juga mengingat Ha Joon yang pura-pura menyukai dirinya. Dia memukul punggung Jae Suk lalu masuk ke rumahnya kemudian menutup pintunya.
"Hei Da Mi sakit!" keluhnya.
"Aku belum masuk! Aishhh, dia memukul ku terus, ada apa dengannya?" seru Jae Suk kemudian menyusul masuk.
Jae Suk masuk dan melihat Da Mi yang masuk ke kamarnya.
"Heiii, aku tidur di dalam kan! " seru Jae Suk.
Da Mi keluar melempar bantal dan selimut ke perutnya.
"Astaga, kau membuatku kaget! " Jae Suk mengambilnya.
Da Mi menatap Jae Suk dengan kesal kemudian menutup pintunya.
Jae Suk tersenyum, merasa Da Mi sangat manis jika sedang marah. Tapi kemudian diam mengingat begitu Ha Joon percaya diri dan bahagia dalam mendekati Da Mi demi mengejar taruhan itu.
"Kenapa aku selalu kesal kalau ingat itu" gumamnya.
Jae Suk merapikan sofa dan tidur, menatap langit-langit rumah Da Mi, mengingat bagaimana dulu mereka bertemu, bermain dan saling menjaga.
Tak lama kemudian, matanya mulai mengantuk dan tertidur.
#
Keesokan harinya.
"Yaaa, aku dataaang! " teriak Da Mi dari dalam rumah pada para pegawainya.
Jae Suk yang tidur di sofa, terbangun mengerutkan dahinya menatap ke arah Da Mi.
"Berisik! " ucap Jae Suk, dia berbalik dan menutup kepalanya dengan selimut.
Da Mi menatapnya, masih kesal karena harus dijodohkan dengannya.
"Banguunn! Ini sudah siang, aku masak, mondar-mandir kau sama sekali tidak sedikitpun bergerak, kau ini tidur atau latihan mati? " ucap Da Mi melemparkan gulungan handuk ke perutnya.
"Hei pendek jelek! " seru Jae Suk kesal, langsung bangun.
"Kau harus menyusul ku ke ladang, jika tidak, aku akan menelpon kakek Min Hyuk dan melaporkan mu.... "
"Iya cerewett....! " Jae Suk menyelanya.
Da Mi keluar dan pergi ke ladang.
Jae Suk duduk terdiam, dia masih mengantuk.
Tapi wangi makanan yang Da Mi buat membuat perutnya berbunyi. Dia berdiri dan pergi menuju kamar mandi.
Jae Suk makan setelah mandi, kemudian langsung memeriksa ponselnya. Bukannya langsung menyusul Da Mi ke ladang, dia malah asyik membalas pesan Su Ni, aktris cantik yang selalu menempel padanya.
Sampai di ladang Da Mi bekerja dengan pegawainya.
Setelah beberapa jam, Jae Suk datang terlambat, dia melihat Da Mi sedang bicara dan mengarahkan semuanya.
Dengan melipat tangan, dia duduk di atas batu besar, memandangi Da Mi yang saat itu menurutnya terlihat cantik.
Jae Suk suka wanita pintar, dimatanya Da Mi selalu cantik karena pintar. Sejak kecil selalu mendapatkan nilai tinggi dan juara kelas.
"Selalu, kau selalu membuat ku kagum dengan pandainya dirimu" gumam Jae Suk.
Da Mi berbalik, Jae Suk mengalihkan pandangannya dengan mengerutkan dahinya.
"Terlambat sekali" gumam Da Mi seraya berjalan mendekatinya.
"Kau ini berniat tidak sih membantu ku? " Da Mi bicara sampai hampir terjatuh.
Jae Suk dengan cepat meraih tangannya, mereka saling menatap beberapa saat. Kemudian Da Mi tertawa.
"Kenapa? " tanya Jae Suk heran.
"Aku tidak mengerti kenapa aku selalu terjatuh saat mengomeli mu" ucap Da Mi seraya tertawa.
"Kualat, kau bicara terus tanpa memperhatikan langkah mu sendiri, memang bodoh! " Jae Suk menepuk dahi Da Mi dengan jarinya.
"Sakiit! " keluh Da Mi.
"Aku juga sakit selalu kau pukul" ucap Jae Suk.
Jae Suk menariknya hingga pinggir jalan.
"Bantu di ladang di ujung jalan itu nanti, aku akan pulang dan menyiapkan makan siang untuk mu" ucap Da Mi menunjuk.
Jae Suk mengangguk tapi kemudian mengerutkan dahinya.
"Apa yang harus aku katakan pada mereka? " tanya nya.
"Tanyakan apa yang bisa kau bantu, aku sudah mengarahkan mereka" seru Da Mi sambil meninggalkannya.
Jae Suk menghela, merasa malas tapi dia pergi juga.
Datang ke ladang yang dimaksud Da Mi, Jae Suk disambut senyuman manis para pegawai yang tidak lain adalah ibu-ibu paruh baya.
Jae Suk tersenyum dengan rasa kesal di hatinya. Tentu saja Da Mi sengaja melakukan ini, dia mengirim Jae Suk kepada mereka hanya untuk mengerjainya.
Para pegawai wanita paruh baya itu memuji ketampanan Jae Suk. Dia yang mengenakan pakaian rapi, langsung diminta hanya duduk saja di pinggir ladang. Tapi Jae Suk memaksa untuk bekerja karena tak mau dikelilingi mereka seharian.
#
Siang tiba, waktunya selesai untuk bekerja di ladang. Para wanita paruh baya itu menawarkan sapu tangan mereka untuk menyeka peluh Jae Suk.
"Tidak, tidak usah! " Jae Suk menolak kemudian berlari menuju rumah Da Mi.
Jae Suk membuka pintu dengan cepat dan langsung menutupnya lagi.
"Ada apa? " tanya Da Mi yang sedang memasak.
Jae Suk menghela. Da Mi melihat ke arah jendela dimana ibu-ibu itu ikut pulang setelah Jae Suk pulang.
"Kau... sengaja mengerjaiku kan? " tunjuknya ke arah Da Mi.
Dengan cemas dia mengintip ke jendela karena takut.
Da Mi tersenyum tipis, sudah tahu apa yang akan terjadi.
"Mandi setelah semua peluh mu turun, baru makan" ucap Da Mi dengan senyum.
Jae Suk kesal, Da Mi memang sengaja.
\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=>>