Amber Kemala, janda yang memiliki trauma atas kegagalan pernikahannya itu bekerja sebagai seorang pelatih tari balet anak-anak. Namun ia mendapatkan tawaran khusus dari seorang duda tampan untuk menjadi pengasuh putri kecilnya, yang tidak lain adalah murid Amber sendiri.
Arion Maverick, duda dengan segudang pesona. Ia melakukan sebuah kesalahan pertama yang membuatnya semakin tergila-gila pada pengasuh sang anak. Laki-laki itu selalu merasakan hasrat yang memuncak dan keinginan yang menggebu-gebu setiap kali bersama Amber.
Sekali saja bibir Arion pernah mengecap hangat tubuh wanita bernama Amber, selamanya laki-laki itu tidak bisa melupakannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vey Vii, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Arion Maverick
Saat tiba di pos satpam, dua orang yang tengah berjaga di sana terkejut mendapati Amber sedang menggandeng Aara. Namun Amber menjelaskan pada mereka bahwa ia adalah pengajar tari balet Aara dan hendak mengantar gadis kecil itu pulang karena tidak ada siapapun yang datang menjemputnya.
Dengan sopan, satpam mempersilahkan Amber masuk dan Aara menggandeng wanita itu menyusuri halaman depan rumah.
Dari luarnya saja, rumah yang luasnya berkali-kali lipat dibandingkan rumah-rumah pada umumnya ini membuat Amber takjub. Tiang-tiang putih besar hingga dinding kaca lebar membuatnya mengagumi dalam hati tentang selera si pemilik rumah. Terlebih, rumah ini memiliki halaman depan yang cukup luas, di lengkapi dengan taman bermain anak, kolam ikan, serta tempat bersantai.
Pintu utama kebetulan sedang terbuka, Amber ingin menekan bel namun Aara menyeretnya masuk.
"Daddy!" teriak Aara. Seorang laki-laki berusia tiga puluh tahun tengah duduk di ruang tengah dengan secangkir kopi di hadapannya.
"Aara, Sayang." Laki-laki itu terkejut, ia meninggalkan kursinya dan memeluk gadis kecil yang sudah menunggu kedatangannya.
"Bukannya Mommy datang menjemputmu?" tanyanya. Aara menggeleng.
Laki-laki itu memeluk Aara, mengusap pipi yang terdapat bekas air mata yang sudah mengering. Sementara Amber, berdiri mematung menyaksikan keduanya.
Setelah memeluk Aara, laki-laki itu menyadari keberadaan Amber.
"Terima kasih sudah mengantarnya pulang, Nona," ucap Arion. Amber mengangguk sopan dan tersenyum.
Belum sempat Amber berpamitan karena hari sudah semakin sore, ponsel Arion berdering nyaring. Wajah laki-laki itu nampak kesal, ia menyerahkan Aara pada seorang pelayan paruh baya yang sudah sejak lama berdiri di belakang mereka.
Pelayan paruh baya itu menggendong Aara meninggalkan ruang tengah, lalu mempersilahkan Amber duduk di ruang tamu. Namun karena hari sudah hampir malam, Amber tidak bisa berlama-lama dan memutuskan untuk segera pamit pulang.
Sebelum pulang, Aara meminta turun dari gendongan pelayan tersebut, lalu memeluk pinggang Amber dan tersenyum manis.
Di ruang tengah, nampaknya kemarahan Arion tidak bisa dibendung. Seharusnya sore ini ibu dari Aara datang menjemput ke rumah balet seperti yang sudah di rencanakan. Namun karena jadwal padat serta kesibukan sang ibu, Aara harus ikut menanggung resiko.
"Aara selesai pukul tiga, Claire. Jika kau memang tidak bisa menepati janjimu, jangan pernah janjikan apapun pada Aara!" seru Arion kesal. Laki-laki itu mematikan panggilan secara sepihak dan melempar ponselnya di atas meja.
Bercerai memang bukan pilihan mudah, namun itulah jalan terbaik yang Arion ambil sejak satu tahun yang lalu. Ia bahkan memenangkan hak asuh atas putri semata wayangnya karena ketidakmampuan sang ibu dalam merawat Aara. Bukan tidak mampu dalam hal finansial, namun wanita yang melahirkan Aara adalah seorang aktris sekaligus model ternama, ia punya berbagai kesibukan hingga ia tidak memiliki banyak waktu untuk mengurus anaknya.
Setelah menenangkan diri, Arion meninggalkan ruang tengah. Ia mencari keberadaan Amber dan Aara.
"Maaf Tuan, Nona yang mengantar Nona Muda nampaknya sedang terburu-buru. Dia langsung pulang," ucap sang pelayan.
"Baik, tidak apa-apa, Bi. Ke mana Aara?"
"Nona Muda ada di kamarnya."
Arion bergegas menaiki anak tangga dan menyusul Aara ke dalam kamarnya. Ia melihat putri kecilnya sedang duduk termenung di pinggir tempat tidur.
"Ada apa, Sayang? Kau sedih?" tanya Arion. Aara mengangguk.
"Mommy pasti sedang sibuk. Maafkan mommy, ya," ucap Arion lembut. Ia duduk berjongkok di depan putrinya.
"Aara mau mommy baru," jawab gadis kecil itu dengan polos. Arion terbelalak mendengar permintaan putrinya.
"Bagaimana bisa, Sayang? Aara kan punya mommy Claire."
"Aara mau mommy Amber."
"Mommy Amber?" Arion mengernyitkan dahi.
Ini adalah sebuah ungkapan sekaligus permintaan di luar dugaan. Anak berusia lima tahun tentu saja tidak memahami dengan jelas maksud pembicaraan mereka, namun Arion merasa terkejut jika Aara memiliki pemikiran untuk memiliki ibu baru. Hal ini pasti di picu oleh rasa kecewa Aara pada ibu kandungnya selama ini.
Arion berusaha memberi pengertian pada Aara, bahwa posisi seorang ibu tidak bisa digantikan begitu saja oleh orang lain. Banyak sekali proses dan tahapan yang harus di lalui. Namun sekeras apapun Arion berusaha menjelaskan, usia Aara masih belum matang untuk bisa memahaminya.
"Besok Aara latihan balet lagi?" tanya Arion.
"Hmm."
"Baiklah, Daddy akan menemanimu selama seharian. Bagaimana?"
"Yeay! Horeee!" Aara berteriak senang.
...🖤🖤🖤...