NovelToon NovelToon
Terjebak Cinta Polisi

Terjebak Cinta Polisi

Status: tamat
Genre:Tamat / Duda / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:26.3k
Nilai: 5
Nama Author: Phine Femelia

Di masa lalu... orang tua Sherli pernah berurusan dengan yang namanya polisi hingga harus berada di pengadilan. Sejak saat itu Sherli antipati dengan polisi tetapi di masa sekarang Sherli harus berhadapan dan ditolong seorang polisi yang bernama Kres Wijaya di kantor polisi. Apakah dengan adanya peristiwa tersebut penilaian Sherli tentang seorang polisi berubah atau justru gigih dengan penilaian sebelumnya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Phine Femelia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pulang atau Tidak?

Sherli menghela napas pelan.

"Telepon atau gak?" pikir Sherli.

"Kamu ada di sini?"

Sherli mengalihkan tatapan dari handphone karena mendengar suara lelaki yang dikenalnya dan tebakan Sherli benar. Dia adalah Kres.

"Kamu ada di sini?"

Kres merasa geli.

"Saya tanya justru kamu balik tanya apalagi pertanyaan kamu sama dengan saya. Jiplak?" tanya Kres dengan mengangkat salah satu alisnya.

Seketika Sherli sadar kalau pikirannya sedikit lama dan justru tertawa pelan.

"Tidak. Maksud saya kamu bisa ada di sini? Bukankah..."

Akhirnya Sherli fokus dengan baju dinas Kres dan berhenti tertawa.

"...baru pulang dari kantor?"

"Lebih tepat baru pulang tugas. Ke kantor saja tidak sempat"

"Pantas saja" pikir Sherli.

"Lalu ceritanya bisa ke sini gimana?" tanya Sherli dengan merasa ingin tahu.

"Tempat saya memang selalu di sini kalau pikiran penat"

"Kamu bisa penat? Coba sini lihat lebih dekat. Bisa seorang polisi penat?" tanya Sherli dengan mendekatkan wajahnya ke wajah Kres dengan merasa lucu.

Niat Sherli hanya becanda tapi justru Kres langsung menghindar karena memang dirinya tidak bisa berdekatan dengan Sherli. Kres juga tidak tahu alasannya. Sebenarnya bukan tidak tahu tapi memang belum kepikiran alasannya. Dengan sikap polosnya Sherli menjauh dengan tertawa sebentar.

"Polisi juga manusia" kata Kres pelan.

Kres berusaha melupakan rasa gugupnya yang mendadak muncul. Hal itu disembunyikan dengan berdeham sebentar.

"Kamu ke sini naik apa?"

"Jalan"

"Bukankah..."

"Becandalah. Masa dari toko ke sini jalan? Jauh sekali"

"Lalu?"

Sherli melihat Kres.

"Kepo?" tanya Sherli dengan tersenyum.

"Bukan. Kamu tidak khawatir dijahati orang lagi?"

"Kalau takut saya tidak mungkin ke sini"

"Jadi sudah berani?"

"Saya sudah mulai paham beberapa jalan dan situasi"

"Kamu masih baru di sini. Jangan menyepelekan. Jangan jalan sendiri"

"Lalu saya harus mengandalkan siapa? Ella, teman saya? Tidak mungkin saya terlalu merepotkan. Sudah cukup di awal saya ada di sini dia banyak membantu. Mengandalkan kamu? Mana mungkin? Kita saja baru kenal. Jadi memang mengandalkan diri sendiri. Harus pintar baca ituasi"

"Panjang"

Sherli cemberut dan Kres merasa geli.

"Saya cuma menjelaskan..."

"Baiklah. Andalkan saya" potong Kres.

"What?" pikir Sherli.

Seketika Sherli segera melihat Kres dengan merasa tidak percaya sehingga memasukkan kelingking di telinganya.

"Telinga kamu kenapa? Gatal?"

"Benar gatal karena saya salah dengar" kata Sherli dengan mengeluarkan kelingking di telinganya.

Sherli tersenyum.

"Nah, saya sudah tidak dengar lagi perkataan sembarangan dari kamu" lanjut Sherli.

"Sembarangan?"

Sherli mengangguk dengan tatapan polos dan Kres merasa lucu dengan sikap Sherli.

"Memangnya kamu pikir sembarangan?"

"Terserahlah. Polisi memang selalu begitu. Senang merayu ke sana dan ke sini, tebar pesona, sok, bahkan karena terlalu baik sampai membuat orang lain salah paham. Dikira ada perasaan"

Kres masih setia mendengarkan gerutuan Sherli dengan sikap santai dan melihat yang dipegang Sherli.

"Kamu mau apa? Telepon? Siapa?"

"Kepo?"

Kres menghela napas pelan dan menggaruk sebentar kepalanya yang tidak gatal.

"Memangnya kalau benar kepo kenapa?"

"Pak,...eh maksud saya...bukan Bapak ya tapi Kres...iya Kres"

Kres menatap Sherli datar.

"Kenapa kamu harus tahu?"

"Makanya kalau kamu sama saya jangan selalu pakai kata 'polisi lah...inilah". Anggap saya orang biasa sehingga kamu bisa nyaman ada di dekat saya"

Sherli melihat terus Kres dan semakin lama menyipitkan kedua matanya.

"Jadi benar kepo?"

"Tidak boleh? Saya juga tidak memaksa kamu untuk cerita"

Sherli berpikir keras.

"Mau telepon papa lagi" kata Sherli menerawang.

"Sana telepon. Justru bagus dan kamu harus beritahu kondisi kamu yang sebenarnya"

"Enak saja kalau bicara. Tidak segampang itu. Kamu memang tidak paham tentang orang tua yang punya penyakit jantung"

"Saya paham orang yang sakit jantung gimana? Saya bukan orang bodoh"

"Saya tidak bilang kamu bodoh"

"Cara kamu mengemukakan..."

"Artinya kamu yang sensitif dan..."

"Saya tidak sensitif meskipun lagi penat..."

"Oh...my god. OK. Stop" potong Sherli dengan mengangkat tangannya untuk menyuruh Kres berhenti.

Kres dan Sherli saling melihat lalu akhirnya Sherli menghela napas pelan dan menurunkan tangannya.

"Saya tidak menyangka kamu bisa mengalahkan saya dalam berdebat"

Kres cuma mengangkat bahu.

"Gue pikir dia pendiam" pikir Sherli pelan.

"Plis....dengarkan saya dulu" kata Sherli dengan tatapan lebih serius.

Kres melihat terus Sherli siap mendengarkan.

"Penyakit jantung papa saya sudah akut jadi sebenarnya saya tidak ada maksud berbohong. Andai papa tidak sakit saya berani bicara langsung karena papa bukan seperti mama yang langsung histeris dan memaki karena anaknya dapat musibah tapi dengan penuh kelembutan papa memberitahu. Saya juga punya rencana kalau bulan depan sudah mau pulang" kata Sherli pelan.

Kres mengangkat salah satu alisnya dan berpikir keras lalu akhirnya mengambil handphone dari sakunya dan memberikan kepada Sherli.

"Kalau mau telepon pakai ini"

Sherli melihat handphone Kres yang ada di depan matanya lalu menatap Kres dan menggeleng pelan.

"Saya bisa pakai handphone ini apalagi itu canggih jadi tidak bisa cara pakai"

"Berapa nomornya?"

"Saya bisa pakai ini. Saya punya pulsa"

Secara perlahan Kres memasukkan handphone ke dalam saku celananya tapi heran karena Sherli tidak juga telepon. Akhirnya Sherli menghela napas pelan dan dengan raut wajah yang terbeban.

"Semoga gue bisa menghadapi mama" pikir Sherli pelan.

"Kamu takut?"

Sherli tidak menghiraukan.

"Kenapa diam saja? Kenapa tidak mau berbagi cerita seperti tadi?" pikir Kres pelan.

"Ayo duduk dulu agar kamu lebih tenang"

"Tidak bisa"

"Jadi benar kamu takut? Kenapa?"

"Ah...tidak apa apa. Saya sudah mau telepon" kata Sherli dengan memencet beberapa tombol.

"Itu ditutupi lagi" pikir Kres pelan.

Sherli mulai coba telepon dan Kres bisa melihat Sherli gelisah. Jujur ingin rasanya Kres menenangkan tapi melihat sikap Sherli yang sekarang seolah tidak butuh. Kres jadi serba salah.

"Gak diterima" pikir Sherli.

"Duh...gimana ya?" kata Sherli dengan suara rendah.

"Kenapa?"

Sherli tidak menghiraukan justru berjalan menuju bangku dan duduk dengan masih fokus telepon papanya lagi. Kres menatap gerak gerik Sherli dan berjalan pelan menghampiri Sherli lalu duduk di sebelahnya dan masih menatap Sherli. Setelah terhubung Sherli mau bicara tapi tidak jadi dan Kres melihat Sherli tegang.

"Ini yang mama selalu tunggu, Sherli" kata mamanya dengan menekan suara.

"Ma, papa di mana?" tanya Sherli pelan.

"Masih tanya papa? Kamu pikir mama gak tahu yang terjadi dengan kamu. Kamu hilang komunikasi begitu saja. Sudah lupa sama keluarga? Kenapa gak sekalian kamu pergi jauh? Gak usah..."

"Ma, tidak begitu" potong Sherli segera.

Sherli jadi berdiri dan berusaha mau menjelaskan tapi Kres lihat Sherli belum ada kesempatan untuk bicara. Sesekali Sherli menggerakkan tangan di udara karena mau menjelaskan dan memaksa mamanya untuk mendengarkan dulu.

"Kenapa mama selalu gak kasih kesempatan aku buat bicara?"

"Untuk apa? Setelah tahu kalau ternyata di sana kamu hidup gak baik. Sebelum berangkat mama sudah mencegah tapi kamu gak dengar. Kamu selalu gak mau mendengarkan nasihat mama cuma karena papa selalu mengizinkan kamu. Kamu gak menghargai maksud mama, Sherli"

"Aku gak bermaksud begitu cuma..."

"Pulang atau gak?" potong mamanya di dalam telepon.

1
Muji Lestari
iya harusnya Sherly dan kress hidup bahagia dg kluarga kecilnya..harusnya Sherly hamil kalo bisa kembar jadi tak MCM ini suami istri kok ceritanya MCM pacaran terus tak ada moment spesialnya .
Muji Lestari
lama lama Sherly ini bikin emosi siapa yg betah dgn sifat egoisnya
Elen Gunarti
knp g dibuat hmil dlu ya Thor,smpt kcwa ma kres knp nikah ma Dewi masa polisi nggk mau mncari tau dlu lgs mnyrh🤭🤭tp ttp bagus ko q suka👍
Codigo cereza
Oke bangett
LV Edelweiss: baca juga novel kisah nyata karya saya kak... 😊
total 1 replies
Majin Boo
Gemesin banget karakternya!
LV Edelweiss: baca juga novel kisah nyata karya saya kak... 😊
total 1 replies
Jenny Ruiz Pérez
Puas hati!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!