Andrian, seorang pria sukses dengan karir cemerlang, telah menikah selama tujuh tahun dengan seorang wanita yang penuh pengertian namun kurang menarik baginya. Kehidupan pernikahannya terasa monoton dan hambar, hingga kehadiran Karina, sekretaris barunya, membangkitkan kembali api gairah dalam dirinya.
Karina, wanita cantik dengan kecerdasan tajam dan aura menggoda yang tak terbantahkan, langsung memikat perhatian Andrian. Setiap pertemuan mereka di kantor terasa seperti sebuah permainan yang mengasyikkan. Tatapan mata mereka yang bertemu, sentuhan tangan yang tak disengaja, dan godaan halus yang tersirat dalam setiap perkataan mereka perlahan-lahan membangun api cinta yang terlarang.
Andrian terjebak dalam dilema. Di satu sisi, dia masih mencintai istrinya dan menyadari bahwa perselingkuhan adalah kesalahan besar. Di sisi lain, dia terpesona oleh Karina dan merasakan hasrat yang tidak terkonfirmasi untuk memiliki wanita itu. Perasaan bersalah dan keinginan yang saling bertentangan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sorekelabu [A], isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22
Hari itu adalah hari yang penuh dengan emosi campur aduk. Di satu sisi, Andrian dan Kirana bersiap untuk melangkah ke pelaminan, sebuah momen yang penuh kebahagiaan dan harapan akan masa depan yang cerah. Di sisi lain, Melinda, wanita yang pernah berbagi hidup dengan Andrian, merasakan sakit yang tak terlukiskan saat melihat suaminya melangsungkan pernikahan dengan wanita lain.
Kirana, seorang sekretaris yang cerdas dan atraktif, telah berhasil mencuri perhatian Andrian selama berbulan-bulan. Hubungan profesional mereka yang awalnya sederhana perlahan-lahan berubah menjadi sesuatu yang lebih personal, dan pada akhirnya, mengantarkan mereka menuju altar.
Cerita kasih mereka penuh dengan liku-liku, mulai dari cinta terlarang yang terjalin di balik meja kerja, hingga keputusan berani untuk melangkah lebih jauh.
Melinda, di sisi lain, merasa seperti dunia runtuh di sekelilingnya. Setelah bertahun-tahun membangun kehidupan bersama Andrian, keberadaan wanita lain di antara mereka seperti belati yang mengorek-ngorek jiwanya. Momen itu terasa seperti pengingat dari semua janji yang telah diucapkan dan harapan yang telah hancur. Suaminya, yang dulunya adalah pria berkomitmen dan penuh cinta, kini tampak berdiri di samping wanita yang pernah dianggapnya hanya sebagai sekretaris.
"Saya tidak pernah menyangka bahwa semua ini akan terjadi," gumam Melinda, menahan air mata yang ingin menghampiri pipinya.
Temannya yang setia, Anita, mencoba menghibur dengan kata-kata lembut, "Dia adalah pria yang tidak pantas untukmu, Mel. Kamu pantas mendapatkan yang lebih baik."
Namun, Melinda tahu bahwa hati tidak bisa dengan mudah menerima kenyataan. Meskipun Andrian telah memilih jalan baru, kenangan kebahagiaan di masa lalu terus menghantuinya. Dia ingat saat-saat indah mereka, tawa, percakapan larut malam, dan impian yang mereka bangun bersama. Semua itu sekarang terasa seperti ilusi yang telah sirna.
Di gedung tempat mereka melangsungkan pernikahan, suasana terasa megah. Dihiasi dengan bunga-bunga indah dan cahaya lilin yang hangat, acara itu tampak sempurna. Kirana, mengenakan gaun putih yang elegan, melangkah dengan penuh percaya diri. Dia tahu bahwa hari ini adalah awal baru, tetapi di balik senyumannya, ada kekhawatiran akan masa depan yang tidak pasti, termasuk perasaan Melinda.
Sementara itu, Andrian tampak tegar meskipun ada bayangan Melinda yang terus membayanginya. Ketika dia mengucapkan janji setia, dalam hatinya terdapat gejolak batin. Apakah keputusan ini benar-benar tepat? Pertanyaan itu berputar dalam pikirannya, tetapi cinta kepada Kirana telah membawanya untuk mengambil langkah ini.
Saat Melinda menyaksikan pernikahan mereka dari jarak jauh, dia tahu bahwa kehidupan harus terus berjalan meski hatinya hancur. Dia harus menemukan cara untuk bangkit dari rasa sakit ini, meskipun hatinya merasa terbelah.
Ketika pelaminan dihiasi dengan kebahagiaan, Melinda berjanji pada diri sendiri untuk tidak menjadi seperti bayang-bayang yang selalu berada di belakang Andrian. Hari ini, dia memilih untuk melangkah maju, apapun yang terjadi.
Beberapa jam berlalu, dan setelah akad pernikahan selesai, Andrian dan Kirana berdansa di tengah kerumunan, dengan senyuman cerah menghiasi wajah mereka. Melinda berdiri di sudut ruangan, merasakan kehangatan air mata yang memenuhi matanya. Dia tahu, meskipun hari ini menandai bukan akhir dari satu bab dalam hidup. Di dalam hatinya, dia berdoa untuk menemukan kebahagiaan, dan menjauh dari bayang-bayang Andrian.
Dengan penuh keberanian, Melinda melangkah keluar dari kerumunan, menatap ke arah langit yang cerah. Hari ini adalah pelajaran tentang cinta, kehilangan, dan harapan. Dia bertekad untuk menulis kisahnya sendiri, meskipun dimulai dengan luka. Dan dengan semangat yang baru, Melinda bersiap untuk menghadapi dunia yang penuh kemungkinan—tanpa bergantung pada Andrian.
heheheh mF cmn sekedar.....
asli sakit aku baca nya nasib melindaaa
dn Adrian buta