Bukan bacaan untuk bocil.
Setiap manusia terlahir sebagai pemeran utama dalam hidupnya.
Namun tidak dengan seorang gadis cantik bernama Vania Sarasvati. Sejak kecil ia selalu hidup dalam bayang-bayang sang kakak.
"Lihat kakakmu, dia bisa kuliah di universitas ternama dan mendapatkan beasiswa. kau harus bisa seperti dia!"
"Contoh kakakmu, dia memiliki suami tampan, kaya dan berasal keluarga ternama. kau tidak boleh kalah darinya!"
Vania terbiasa menirukan apa yang sang kakak lakukan. Hingga dalam urusan asmarapun Vania jatuh cinta pada mantan kekasih kakaknya sendiri.
Akankah Vania menemukan jati diri dalam hidupnya? Atau ia akan menjadi bayangan sang kakak selamanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alisha Chanel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 2
"Ini pasti hanya mimpi buruk!" Vania mengusap air matanya dengan kasar seraya menatap ke arah Betrand yang tengah tertidur pulas di sebelahnya.
Cukup lama gadis yang kini sudah tak lagi gadis itu termenung meratapi nasibnya, rasa sakit disekujur tubuh terutama inti tubuhnya membuat Vania yakin kalau yang baru saja terjadi kepadanya bukanlah mimpi.
"Ini pasti karna mama yang selalu mendoakan aku agar seperti kak Khanza, hingga sekarang aku bernasib malang seperti kakakku." Lirih Vania seraya bangkit dari duduknya.
Dengan langkah terseok-seok, Vania memunguti seluruh pakaiannya yang berserakan di atas lantai. Karna kemejanya sudah tidak bisa di pakai lagi, wanita itu menggunakan jas milik sang presdir untuk menutupi tubuh polosnya. Kemudian Vania berlalu dari ruangan sang presdir begitu saja, meninggalkan kak Betrandnya yang masih polos tanpa sehelai benangpun.
Ketika sampai di ambang pintu Vania diam sejenak, wanita cantik yang kini tampak menyedihkan dengan make up dan rambut acak-acakan itu menatap ke arah pria yang baru saja merenggut kesuciannya dengan tatapan nanar.
***
Setelah 10 menit menanti, akhirnya taksi online yang dipesan Vania tiba juga.
"Dengan nona Vania Sarasvati?" Driver taksi online itu tersenyum ramah ke arah wanita cantik di hadapannya.
Vania menganggukan kepalanya sembari tersenyum tipis ke arah driver taksi online yang ia perkirakan usianya sebaya dengannya, kemudian wanita cantik dengan rambut panjang sebatas pinggang itu masuk ke dalam mobil avanza berwarna hitam yang berhenti tepat di hadapannya.
"Anda baik-baik saja nona?" Cemas Driver taksi online itu sembari menatap lekat ke arah sang penumpang yang duduk tepat di samping kursi kemudi.
"Iya, ayo jalan mas!" Titah Vania tanpa menatap ke arah pria itu.
Sepanjang perjalanan Vania lebih banyak merenung sembari menatapi jalanan ibu kota yang sudah nampak lengang karna malam memang kian larut.
Vania memutuskan untuk pulang ke apartemennya, walaupun Sarah sang mama sudah mewanti-wanti dirinya agar pulang ke rumah mereka di kawasan depok. Karna rencananya 2 hari lagi Vania akan di kenalkan dengan pria yang akan dijodohkan dengannya. Namun menyadari kondisinya sekarang, wanita itu merasa tidak pantas untuk menikah dengan siapapun.
"Kita sudah sampai nona." Beritahu supir taksi online itu setelah sampai di tempat tujuan.
"Terima kasih." Vania menyerahkan selembar uang seratus ribuan kepada pria itu, kemudian Vania berjalan menuju gedung apartemennya dengan langkah gontai.
"Tunggu nona." Ucap driver taksi itu seraya memegang bahu Vania.
Plak!
Reflex saja Vania menampar pria kurang ajar yang berani menyentuhnya itu. Vania masih merasa trauma dengan apa yang baru saja kak Betrand lakukan kepadanya.
"Maaf nona, saya hanya ingin memberikan uang kembalian." Ucap pria itu sembari mengusap pipinya yang terasa panas akibat tamparan Vania.
"Maaf saya tidak bermaksud untuk---" Ucapan wanita cantik itu menggantung di udara karna pria itu kembali berbicara.
"Tidak papa nona, ini uang kembaliannya." Pria itu menyerahkan beberapa lembar uang ke arah Vania.
"Tidak usah, ambil saja kembaliannya." Vania menolak uang tersebut.
"Benarkah terima kasih nona." Bergegas pria itu kembali ke arah mobilnya, meninggalkan wanita cantik dan galak yang baru saja menampar pipinya dengan keras.
"Alhamdulillah, buat modal nikah." Seru pria itu sembari memasukan lembaran uang ke saku celananya. Ia rela bekerja sebagai driver taksi online sampai larut malam seperti ini karna rencananya ia akan melamar seorang wanita 2 hari lagi.
***
Sesampainya di apartemen, Vania langsung berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Tangis wanita itu pecah lagi, ia merasa begitu kotor karna tak bisa menjaga kehormatannya.
Sebenarnya Vania sudah mengikhlaskan Betrand dan akan berhenti mengharapkan cinta dari pria yang dicintainya selama 5 tahun terakhir ini, hingga Vania menyetujui perjodohan yang sudah diatur sang mama untuk dirinya. Namun yang terjadi sekarang sungguh di luar kendalinya.
"Maafkan aku mah." Lirih Vania yang kini berada di bawah guyuran air dingin yang terpancar dari shower. Air mata dan air mandi bercampur menjadi satu, sampai tak terasa sudah 2 jam lamanya Vania berada di sana.
Vania menghentikan aktifitas mandinya setelah memastikan sisa-sisa sentuhan Betrand benar-benar menghilang dari tubuhnya.
"Apa yang harus aku lakukan sekarang?" Lirih Vania sembari bersandar di head board tempat tidurnya. Vania terus merenung sampai akhirnya ia tertidur karna merasa lelah.
***
Keesokan paginya.
Pagi-pagi sekali 2 orang office gril berjalan menuju ruang sang presdir sembari bersenda gurau seperti biasanya.
"Kau tahu tidak, nona Zalina kekasih tuan Betrand baru saja menikah kemarin." Bisik seorang wanita pada rekan seprofesinya.
"Iya, kasihan ya tuan Betrand. Dia selalu ditinggalkan oleh wanita yang dicintainya, padahal tuan Betrand orang yang baik, tampan dan kaya raya pula. Seandainya aku punya anak gadis, aku pasti akan menjodohkan putriku dengan tuan Betrand." Seloroh wanita paruh baya yang sudah puluhan tahun bekerja di perusahaan Giant group.
Wanita itu menyaksikan dengan mata kepalanya sendiri kisah cinta sang presdir yang selalu berakhir dengan kegagalan.
"Ia sepertinya tuan Betrand harus di sucikan agar nasib sialnya menghilang." Balas Wanita yang terlihat lebih muda dari rekan seprofesinya sembari tertawa renyah.
"Ssttt, sudah-sudah jangan berisik. Bagaimana kalau tuan Roy melihat kita bergosip seperti ini." Ucap wanita paruh baya itu sembari mengedarkan pandangannya kesekitar. Namun hening tak ada siapapun karna jam baru menunjukan pukul 06.00 pagi.
Para office boy dan office girl di perusahaan itu memang memulai pekerjaan mereka lebih awal sebelum karyawan yang lainnya datang.
Cek lek
"Emhhh. Bau apa ini?" Pekik office girl itu seraya menutup hidungnya.
Bau tidak sedap menyeruak dari ruangan sang presdir yang biasanya selalu wangi setiap saat.
Kedua wanita itu mengedarkan pandangannya kesekitar untuk mencari sumber bau tersebut.
"Aakkkkk!" Teriak kedua wanita itu saat melihat sang presdir sedang tertidur lelap tanpa sehelai benangpun yang menutupi tubuh polosnya.
Bersambung