Andrian, seorang pria sukses dengan karir cemerlang, telah menikah selama tujuh tahun dengan seorang wanita yang penuh pengertian namun kurang menarik baginya. Kehidupan pernikahannya terasa monoton dan hambar, hingga kehadiran Karina, sekretaris barunya, membangkitkan kembali api gairah dalam dirinya.
Karina, wanita cantik dengan kecerdasan tajam dan aura menggoda yang tak terbantahkan, langsung memikat perhatian Andrian. Setiap pertemuan mereka di kantor terasa seperti sebuah permainan yang mengasyikkan. Tatapan mata mereka yang bertemu, sentuhan tangan yang tak disengaja, dan godaan halus yang tersirat dalam setiap perkataan mereka perlahan-lahan membangun api cinta yang terlarang.
Andrian terjebak dalam dilema. Di satu sisi, dia masih mencintai istrinya dan menyadari bahwa perselingkuhan adalah kesalahan besar. Di sisi lain, dia terpesona oleh Karina dan merasakan hasrat yang tidak terkonfirmasi untuk memiliki wanita itu. Perasaan bersalah dan keinginan yang saling bertentangan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sorekelabu [A], isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18
Bab 18: Pengungkapan yang Mengguncang
Dalam sebuah ruangan yang dipenuhi ketegangan, Andrian duduk di sebelah Melinda, istri sahnya. Suasana hening mengelilingi mereka, hanya ada suara detak jam dinding yang terdengar jelas, menciptakan ketegangan yang semakin meningkat. Melinda, meskipun berusaha tampil tenang, tidak dapat menyembunyikan tatapan hancur di matanya.
Beberapa waktu yang lalu, hidup mereka tampak sempurna. Andrian adalah suami yang tampak ideal, dan Melinda adalah istri yang mengurus segalanya dengan penuh kasih. Namun, semua itu runtuh ketika kebenaran perselingkuhan Andrian dengan Kirana, sekretarisnya, terungkap. Melinda merasa dikhianati dan tidak tahu harus berbuat apa.
"Apa kamu benar-benar mencintainya?" tanya Melinda dengan nada datar, meskipun hatinya dipenuhi rasa sakit. Dia menatap Andrian, menunggu jawabannya. Suasana semakin mencekam, dan Andrian tahu, saat itu, dia harus berbicara dari hati.
"Ya, aku mencintainya, Mel. Aku sudah berusaha untuk mengakhiri, tetapi aku tidak bisa menipu diriku sendiri. Kirana... dia membuatku merasa hidup lagi," jawab Andrian, sedikit ragu, namun tegas.
Melinda terdiam, tangis yang ditahannya mulai mengalir dalam bentuk air mata. Perasaannya campur aduk, antara marah dan kecewa. "Kamu ingin menikahi Kirana, bukan?" Tanyanya, suaranya bergetar.
Andrian mengangguk pelan, "Aku ingin memberinya segalanya. Dia... dia adalah bagian dari hidupku yang kuinginkan."
Setiap kata yang diucapkannya menambah luka di hati Melinda. Dia tidak mengira, pria yang dicintainya selama ini akan berpaling begitu saja.
"Jadi, berapa lama ini sudah berlangsung? Berapa lama kamu menyimpan kebohongan ini?" Melinda bertanya dengan nada berapi-api. Rasa sakitnya tampak jelas, seolah-olah setiap kata itu adalah pisau yang menusuk jiwanya.
"Berbulan-bulan, aku minta maaf, aku benar-benar minta maaf," Andrian berkata, suaranya penuh penyesalan.
"Aku tidak ingin menyakiti kamu. Tapi, aku juga tidak bisa terus hidup dalam kebohongan. Kebenaran ini harus terungkap."
Melinda menggelengkan kepalanya, hatinya berantakan. Dia merasa seperti ada sebuah kekosongan yang tak terisi. Berharap ada kesempatan untuk memperbaiki semuanya, tetapi Andrian sendiri telah memilih jalan yang berbeda.
"Perpisahan mungkin adalah hal yang terbaik untuk kita, Mas," ucap Melinda, tegas tetapi sarat dengan emosi. Dia sudah tidak ingin menjadi penghalang bagi kebahagiaan seseorang yang telah jatuh cinta pada orang lain.
Andrian merasakan semua harapan di dalam dirinya terhempas. "Mel, tolong pikirkan lagi semua ini. Kita sudah bersama begitu lama. Kita bisa memperbaikinya," rayunya, tetapi Melinda terlihat semakin tegas.
"Saya tidak tahu apakah cinta yang tersisa cukup untuk memperbaiki semua ini. Kamu sudah memilih jalanmu, Mas. Dan aku harus menghormati pilihan itu," jawab Melinda, berusaha menguatkan diri.
Saat Andrian terdiam, tidak tahu harus berkata apa, ia menyadari bahwa mencintai Kirana bukanlah sekadar pelarian dari rutinitas hidupnya. Kemungkinan besar akan menghancurkan keluarga yang telah dibangunnya bersama Melinda. Dalam hati kecilnya, Andrian berharap ada cara untuk memiliki keduanya tanpa harus menyakiti salah satu di antara mereka.
Melinda berdiri dan berjalan menuju pintu. Dengan satu tatapan terakhir, dia meninggalkan Andrian, menyadari bahwa cinta sejatinya tidak seharusnya disakiti.
Di luar, embun pagi bermanis di atas dedaunan. Setiap tetesnya seolah-olah menjadi saksi bisu perpisahan yang harus dihadapi.
Dalam kehidupan nyata, tidak ada yang sederhana. Mengambil keputusan untuk menikahi Kirana tanpa bercerai dari Melinda bukanlah ide yang realistis, dan Andrian harus menyadari bahwa cinta tidak bisa dibagi sama rata. Ia mulai merenungkan apa artinya cinta sejati dan bagaimana cara terbaik untuk menghadapinya. Apakah ia bersedia melanjutkan hubungan dengan Kirana dalam bayang-bayang pernikahannya yang sah? Ataukah ia akan menghargai kesetiaan Melinda dan berusaha memperbaiki hubungan mereka?
****
ikuti untuk membaca bab selanjutnya ❤️
heheheh mF cmn sekedar.....
asli sakit aku baca nya nasib melindaaa
dn Adrian buta
kl aku jd melinda,mngkn brpsah plihan yg tpat....drpd pnya status,tp d abaikn...kn lbh baik nyri kbhgiaan sndri...
dia pst ingin jd satu2nya,ga mau brbgi dgn wnta lain....
knp melinda msh brthan????
mskpn msh cnta,tp kn bs mncri kbhgiaan yg lain....