NovelToon NovelToon
Dihamili Tuan Impoten

Dihamili Tuan Impoten

Status: sedang berlangsung
Genre:One Night Stand / Hamil di luar nikah / Menikah Karena Anak
Popularitas:28.3k
Nilai: 5
Nama Author: Alif Irma

Hani tidak punya pilihan lain selain menerima tawaran pekerjaan dari sahabatnya, yakni menjadi pelayan di sebuah Villa mewah. Namun nasib naas malah menimpanya di villa mewah itu.

"Katakan, siapa yang sudah menghamilimu?" seorang wanita paruh baya langsung melabraknya.

"Laki-laki yang burungnya mati suri" Hani mengatakannya dengan judesnya di depan semua orang.

Yuk simak kisahnya hanya di cerita Dihamili Tuan Impoten!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alif Irma, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 28

"Jangan takut, aku ada disini dan akan selalu bersamamu" ucap Hans tersenyum tipis sambil mengelus punggung Hani, membuat Hani semakin mengeratkan pelukannya.

"Astaga, baterai ponselku hampir habis. Apa kamu punya lilin?" tanya Hans yang baru menyadarinya.

"Ada, coba cari di laci bufet, biasanya bibi menyimpannya di situ" ucap Hani tanpa melepaskan pelukannya.

"Oke, kamu tunggu disini, biar aku yang mencarinya" ucap Hans sambil memegang kedua pundak Hani.

"Tidak, aku ikut" tolak Hani sembari melepaskan pelukannya.

Hani terus mengikuti Hans persis anak kecil yang mengikuti ibunya. Bahkan ujung baju Hans sampai ditarik, sementara sebelah tangannya jelas-jelas menggenggam erat tangan Hans. Tapi tetap saja Hani masih takut ditinggal.

"Pegang ponselku, biar aku saja yang mencarinya" ujar Hans menyerahkan ponselnya kepada Hani.

Tidak butuh waktu lama Hans akhirnya menemukan dua batang lilin dalam laci bufet.

"Korek apinya ada di dapur" ucap Hani dengan mata berbinar melihat satu batang lilin di tangan Hans.

"Ya sudah, sekarang kita ke dapur" ucap Hans sambil mengelus puncak kepalanya, membuat Hani mengangguk cepat yang mendadak tersipu malu. Untungnya Hans tidak menyadarinya, mengingat cahaya ruang tamu tampak remang-remang.

Hani langsung bergelayut manja di lengan Hans, dia tidak lagi menjaga image di depan pria itu. Suara intonasi tinggi sudah tak terdengar lagi di telinga Hans. Biasanya jarak lima meter, suara Hani sudah satu oktaf, sekarang Hani bertingkah menjadi gadis kecil yang patuh.

Setelah menyalakan lilin, mereka lalu makan malam bersama. Biasanya kursi meja makan berjauhan, sekarang langsung berdekatan berkat drama mati lampu.

"Makan yang banyak" ucap Hans tersenyum tipis meletakkan makanan di piring Hani.

Hani tidak lagi membantah ataupun banyak bicara, dia begitu patuh memakan makanannya dengan begitu lahapnya. Hans hanya mampu mengulas senyuman melihat tingkah laku istrinya yang jinak.

"Tidak usah mencuci piring, biar aku yang melakukannya" ucap Hani menegur Hans yang sedang membersihkan meja makan.

"Aku sudah terbiasa melakukannya. Kamu duduk saja disitu" ucap Hans tersenyum tipis yang sedang memegang piring kotor.

Dengan ragu Hani kembali duduk di kursi. Namun aura-aura dingin disekitarnya membuatnya takut. Sehingga Hani mendekat kearah Hans, dimana Hans tengah sibuk mencuci piring.

Ragu-ragu Hani mengangkat kedua tangannya untuk memeluk tubuh Hans dari belakang. Namun dia sempat berpikir sejenak dan akhirnya Hani memilih menurunkan gengsinya.

Hans terkejut merasakan sebuah tangan melingkar di perutnya. Namun seulas senyuman langsung menghiasi bibirnya, manakala orang yang sangat dirindukannya sedang memeluknya.

"Sudah selesai?" tanya Hani yang menyadari Hans hanya mematung di tempatnya.

"Kenapa kamu hanya diam?" ucap Hani sambil meraba-raba perut sixpack Hans.

Hans berbalik badan menghadap kearahnya. Pria tampan itu menunduk menatap wajah cantik Hani yang terlihat bingung dengan pencahayaan seadanya.

Hans menyentuh dagu Hani sambil memandangi wajah Hani dengan begitu dalamnya dan sulit diartikan. Sontak saja Hani langsung menepis tangannya.

"Ayo, ak-aku mau ke kamar" ucap Hani dengan gugupnya sambil menarik jemari tangan Hans, membuat Hans langsung menarik tubuh Hani masuk ke dalam pelukannya.

"Hani, aku sangat merindukanmu" ucap Hans dari lubuk hatinya yang terdalam sambil mengeratkan pelukannya. Sedang Hani hanya mampu diam membisu dan tidak bisa berkata-kata.

Cukup lama mereka berada di dapur dengan posisi berpelukan, bahkan nyamuk-nyamuk nakal ikut menjadi saksi keduanya.

Perlahan Hans melepaskan pelukannya lalu menunduk menatap wajah Hani, dimana tinggi badan Hani hanya sebatas dadanya. Hans mulai mendekatkan wajahnya untuk mencium Hani, namun mereka dikejutkan dengan suara benda jatuh.

Brukkk

Hani refleks melompat memeluk tubuh Hans, dengan sigap Hans menangkap tubuh Hani persis menangkap anak kecil, takutnya istrinya terjatuh.

"Hans, bawa aku ke kamar" ucap Hani ketakutan sambil mengalungkan kedua tangannya di leher Hans sebagai pegangannya.

"Baik nona Hani Handoko. Tolong pegang lilinnya" ucap Hans tersenyum tipis lalu membawa istrinya ke kamar. Hans benar-benar menang banyak kali ini.

"Sebaiknya kamu tidur saja, aku akan tidur di luar" ucap Hans setelah menurunkan Hani di atas tempat tidur. Dia sempat menggendong Hani kesana kemari termasuk saat membawanya masuk ke dalam kamar mandi.

"Jangan, kamu tidur saja di tempat tidurku. Disini masih luas kok untuk kamu tidur" cegat Hani sambil menepuk-nepuk kasurnya. Apapun akan ia lakukan demi membujuk Hans tidur di tempat tidurnya.

"Benarkah? Apa kamu tidak marah kita tidur seranjang?" tanya Hans memperjelasnya, takutnya Hani berubah pikiran.

"Tidak, bukankah kita suami istri" ucap Hani sambil menggigit bibir bawahnya dan merutuki ucapannya sendiri. Dari kata-katanya itu, Hani seolah-olah sudah melupakan ucapannya yang ingin bercerai dari Hans.

"Baiklah, jangan salahkan aku jika sesuatu terjadi diantara kita" ucap Hans menyeringai dan sengaja memperingatkannya.

"Tidak masalah, tapi ku rasa kamu tidak akan berbuat macam-macam kepadaku? aku sangat percaya padamu" ucap Hani dengan senyum dipaksakan.

Sial, kenapa harus mati lampu sih. Kesannya aku jadi menawarkan Hans bajingan tidur di kamarku. Bagaimana jika dia berbuat macam-macam kepadaku, mati aku, apalagi bibi sedang tidak ada di rumah. Batin Hani dengan kesalnya dan mulai dilanda rasa takut berduaan dengan Hans.

Hani, berpikirlah positif, hanya malam ini kamu tidur seranjang dengan Hans bajingan. Setelah ini, kamu tidak akan lagi tidur bersamanya, semangat Hani. Batin Hani meyakinkan dirinya.

Sejauh ini Hans tidak berbuat macam-macam kepadanya, namun jika berduaan di atas ranjang bisa saja sesuatu terjadi diantara mereka, apalagi Hans sudah memperingatkannya, pikirnya.

"Baiklah, aku taruh dulu lilinnya" ucap Hans lalu meletakkan lilin yang sudah diberi wadah berupa asbak besi di atas nakas.

Jantung Hani terus berdegup kencang saat melihat Hans berbaring di sampingnya. Dia segera mengubah posisi tidurnya menyamping, lebih tepatnya membelakangi Hans.

Astaga, aku lupa memakai CD dan bra, bagaimana ini. Batin Hani sambil menggigit bibir bawahnya.

Gara-gara mati lampu dia hanya memakai kaos oblong oversize tanpa memakai dalaman segala. Memang itu menjadi kebiasaannya, namun masalahnya sekarang dia tidur bersama Hans alias suaminya yang sebentar lagi akan dia gugat cerai.

"Ehemm" Hans berdehem untuk mengalihkan perhatian Hani, namun sayangnya Hani masih tetap diposisi membelakanginya.

"Hani, kamu sudah tidur?" tanya Hans menyentuh lengannya.

"Belum, memangnya kenapa?" jawab Hani sambil memeluk guling nya.

"Aku pikir kamu...." Hans tidak melanjutkan ucapannya karena tiba-tiba terdengar suara rintik hujan disertai angin kencang. Bahkan lilin di dalam kamarnya langsung padam seketika diterpa angin dari celah-celah jendela kamar.

"Hans" Hani langsung memeluk lengan Hans, dia sungguh takut dengan suasana kamar gelap gulita.

"Tidak apa-apa, sebaiknya kamu tidur saja" ucap Hans lalu menyalakan kembali ponselnya yang hampir kehabisan baterai.

"Hans, jangan jauh-jauh" lirih Hani.

"Iya, aku hanya ingin menyalakan kembali lilinnya" ucap Hans mengelus pundaknya.

"Ya sudah, cepat nyalakan lilinnya" ucap Hani manja.

Hans kembali menyalakan lilin, untungnya dia sengaja membawa korek apinya ke kamar dan meletakkannya di atas nakas. Setelah itu kembali berbaring di samping Hani.

Hawa dingin semakin menyeruak hingga menusuk permukaan kulit mereka, ditambah hujan begitu derasnya. Membuat pasangan suami istri semakin mendekat.

"Peluk aku, Hans" ucap Hani dengan suara parau yang mulai kedinginan.

"Baiklah" ucap Hans lalu merapatkan tubuhnya dengan tubuh Hani. Dimana kedua tangannya melingkar sempurna di pinggang Hani.

Hans mampu merasakan buah dada Hani begitu kenyal tanpa penghalang benda berbentuk kaca mata, ingin rasanya dia memainkannya. Hal itu langsung membangkitkan birahinya.

Tanpa basa-basi Hans langsung meremas dada Hani, membuat sang empunya mendesah pelan.

"Inilah cara ampuh menghangatkan tubuhmu" bisik Hans ditelinga Hani, membuat Hani membulatkan kedua matanya.

Bersambung....

1
tzyii
up up up
tzyii
yah di gantung lgi bacaan ku
Nuryati Yati
kapan lanjut ny ini
Nur Adam
lnjut
Fatma
lanjut dong thorrr
Fatma
seru, lanjut dong thor 😍
Elen Gunarti
double up thor 👍
Hikari Puri
widih hans menang bnyk ini🤭🤭up lg thor😁
Ita sweet
double up thor
Ita sweet
akur tuh
indahlee
lnjjttt
Faulinsa
lanjut kak
Mita
lanjut thor 🤗
lala
suasana sgt mendukung gaskan hansss💃💃💃
lala
lanjut up thor
lala
widieeehhh🤫
lala
bucin karena cinta ❌
bucin karena mati lampu ✔️
lala
wkwkwk hani lengket trus ke Hans
lala
kelemahan hani sdh ditangan hans jdi siap2 dikerjain
lala
ciee berduaan nieee🤭😉
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!