(Tahap Revisi)
Hani tidak punya pilihan lain selain menerima tawaran pekerjaan dari sahabatnya, yakni menjadi pelayan di sebuah Villa mewah. Namun nasib naas malah menimpanya di villa mewah itu.
"Katakan, siapa yang sudah menghamilimu?" seorang wanita paruh baya langsung melabraknya.
"Laki-laki yang burungnya mati suri" Hani mengatakannya dengan judesnya di depan semua orang.
Yuk simak kisahnya hanya di cerita Dihamili Tuan Impoten!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alif Irma, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 32
"Maaf Hani, kamu sangat menggemaskan setiap kali berdebat denganku. Aku sungguh tidak tahan untuk mencium mu" ucap Hans meminta maaf setelah selesai mencium Hani.
Bahkan kedua tangannya masih menangkup wajah Hani. Sedang Hani hanya mampu menunduk dengan rona wajah memerah. Biasanya sehabis mencium istrinya dia langsung mendapatkan sebuah tamparan keras diwajahnya. Namun berbeda kali ini, justru wajah istrinya yang memerah karena tersipu malu.
Ingin rasanya Hans menggoda Hani namun dia memilih bermain aman, takutnya kencan nya gagal. Tak ada balasan dari sang istri, membuat Hans memilih mendaratkan sebuah ciuman di kening istrinya.
Cup
Hans mencium kening Hani cukup lama, seolah menyalurkan perasaannya yang sudah menyukai istri galaknya yang super bar bar itu. Sementara Hani hanya mampu memejamkan matanya dengan jantung berdegup kencang.
"Masih belum puas sayang?" bisik Hans sambil memencet hidung mancung Hani, dimana Hani masih memejamkan mata.
"Apa!" Hani membulatkan kedua matanya, sontak saja Hans langsung mengecup bibirnya.
"Aku semakin candu mencium mu" ucap Hans jujur sambil mengelus lembut wajah Hani.
"Apaan sih" ucap Hani dengan wajah merona sambil memukul pelan lengan Hans, membuat Hans tersenyum tipis lalu menggenggam tangannya.
Seketika mereka menjadi canggung dengan tangan saling terkait. Kemudian Hans melajukan mobilnya dengan hati berbunga-bunga. Sedangkan Hani memilih menatap keluar jendela mobil sambil mengontrol jantungnya yang terus berdegup kencang.
Sementara itu, nyonya Miranda masih terus membuntuti mobil putranya. Dia ingin memastikan wanita yang pernah berteman baik dengan putranya bisa diandalkan.
Nyonya Miranda langsung men-share lokasi putranya kepada Evelyn. Semoga mereka bisa bertemu secepatnya.
"Kita mau kemana?" tanya Hani setelah lama mendiamkan Hans.
"Ke pantai" jawab Hans yang fokus berkendara.
"Ke pantai? terus kenapa kamu menyuruhku memakai gaun!" ucap Hani terdengar kesal.
"Rahasia, intinya hari ini sangat spesial untukmu" ucap Hans meliriknya lalu kembali fokus berkendara. Dimana sebelah tangannya masih menggenggam erat tangan Hani.
"Bagaimana kalau aku membatalkan kencannya, apa kamu akan marah?" tanya Hani dengan seringai licik diwajahnya.
"Ya, jelas aku marah dan kamu harus membayarnya karena sudah menyia-nyiakan waktu berhargaku" ucap Hans sambil mengelus lembut punggung tangannya.
"Enak saja, itu sih urusan kamu. Jangan bawa-bawa namaku" protes Hani dengan ejekannya, membuat Hans tersenyum tipis mendengarnya.
"Tapi kamu adalah istriku, nona Hani Handoko, jangan mengelak lagi" balas Hans sambil melirik sekilas kearahnya membuat Hani menggulung senyuman tipis.
"Oh ya, sekarang aku sedang pura-pura lupa, jadi tidak mengingat siapa kamu sebenarnya" ucap Hani cengengesan.
"Benarkah, baiklah. Mari kita membuktikannya bahwa kamu itu benar-benar istriku" ucap Hans menyeringai tipis membuat Hani langsung menoleh kearahnya.
"Dasar mesum" ucap Hani sontak menarik tangannya dari genggaman tangan Hans, karena tiba-tiba saja Hans meletakkan tangannya di paha nya.
"Aku tidak akan melepaskan tangan kamu" ucap Hans tersenyum kemenangan, membuat Hani mencebik kesal lalu menatap kearah jalan yang dilewatinya.
"Hans" panggil Hani sembari menatap suasana keramaian di depan sana.
"Hemm" sahut Hans menoleh kearahnya.
"Aku haus dan juga lapar" ucap Hani dengan nada manja.
Perlahan Hans langsung menghentikan laju mobilnya dan memilih memarkirkannya di pinggir jalan. Kemudian Hans membuka dasboard mobilnya.
"Untungnya aku selalu menyimpan air mineral di dashboard mobilku, jadi kalau kamu haus tinggal ambil saja" ucap Hans sambil membuka penutup botol air mineral lalu menyerahkannya kepada sang istri.
"Terima kasih" ucap Hani antusias lalu meneguk air mineral dengan beberapa kali tegukan.
"Ini untukmu" Hans kembali menyodorkan sebuah paper bag berwarna coklat untuk Hani.
"Apa ini?" ucap Hani bingung.
"Buka saja, bukannya kamu sedang lapar" ucap Hans dengan tatapan hangatnya.
"Wow burger dan coklat" ucap Hani dengan wajah sumringah.
"Jika kamu tidak suka dengan makanannya, sebaiknya kita mampir saja ke restoran terdekat" usul Hans sambil menyentuh perutnya.
"Tidak usah, aku sangat suka dengan burger" ucap Hani tersenyum lalu memakan burger dengan begitu lahapnya membuat Hans tersenyum tipis melihat tingkahnya yang menggemaskan.
"Pelan-pelan, burgernya masih banyak" tegur Hans melihat cara makan Hani. Dia bahkan mengulurkan tangannya untuk membersihkan saus di wajah Hani.
"Hans, kamu mau juga" ucap Hani menawarkan burger bekas gigitannya kepada Hans.
"Eehh" Hans tampak bingung.
"Hans, ayo coba..aaa..enak banget loh" ucap Hani terus menyodorkannya.
"Baiklah" ucap Hans tersenyum lalu memakan burger bekas gigitan istrinya.
"Enak kan" Hans hanya manggut-manggut sambil mengunyah makanannya.
"Ada saus di sudut bibir mu" ucap Hani lalu mengusap pelan sudut bibir Hans. Pandangan mata mereka bertemu dan terkunci beberapa detik.
Dertt...Dertt...Derttt
Tiba-tiba ponsel Hans berdering, membuat mereka menjadi gelagapan. Hans merogoh ponselnya di saku jasnya dan terkejut melihat nama yang tertera di layar ponselnya. Dengan malas Hans menolak panggilan masuk tersebut lalu memasukkan kembali ponselnya di saku jasnya.
"Siapa yang menelpon?" tanya Hani sambil mengunyah makanannya.
"Bukan siapa-siapa, hanya nomor tak dikenal" ucap Hans tersenyum tipis.
Setelah Hani selesai makan, mereka kembali melanjutkan perjalanan menuju lokasi tujuan. Tak berselang lama kemudian, mereka sampai di lokasi tujuan.
Hans bergegas turun dari mobil lalu memutari mobilnya untuk membukakan pintu mobil sang istri. Dengan ragu Hani turun dari mobil lalu meraih uluran tangan Hans.
"Hans, kenapa ramai sekali? Apa ada pameran" tanya Hani memandang kearah pinggir pantai yang terdapat stan penjual dan banyaknya anak kecil berlarian di pinggir pantai.
"Nanti juga kamu tahu. Ayo, kita sudah terlambat" ucap Hans lalu menggandeng tangan istrinya.
Namun langkah mereka terhenti saat berpapasan dengan seorang wanita cantik yang tingginya bak model diatas catwalk. Hani menatap dengan seksama wajah wanita cantik itu, dia seperti pernah melihatnya.
"Hans" ucap wanita cantik itu memanggil nama Hans.
Sementara Hans membulatkan kedua matanya melihat sosok wanita cantik yang sangat dikenalinya bahkan sempat berteman baik dengannya.
"Lama tak berjumpa, Hans" ucap wanita cantik itu tersenyum manis dengan suara lemah lembut.
"Evelyn" ucap Hans yang mengenali wanita cantik itu.
Sontak saja wanita bernama lengkap Evelyn Alexandra mendekat lalu memajukan wajahnya untuk melakukan cipika-cipiki di wajah Hans. Namun dengan sigap Hani langsung menghentikan aksi wanita cantik itu.
"Stop" ucap Hani dengan tatapan dingin sambil mengangkat sebelah tangannya dan hampir saja mendorong tubuh wanita cantik itu jika sampai mencium wajah suaminya.
"Dia siapa Hans?" tanya Evelyn lemah lembut membuat Hani begitu muak mendengar suara wanita cantik itu yang sengaja dibuat-buat.
"Aku istri sahnya Hans Prasetyo Dirgantara" jawab Hani dengan entengnya. Dia tidak akan membiarkan wanita manapun mendekati suaminya.
"Ya, dia istriku, namanya Hani Handoko" ucap Hans memperkenalkan Hani di depan teman baiknya itu.
"Hani" ucap Hani sambil mengulurkan tangannya untuk bersalaman dengan Evelyn, namun sayangnya wanita cantik itu begitu arogannya tanpa ingin menyalami tangan Hani.
Hani berdengus kesal dan mengepalkan tangannya melihat tingkah arogan wanita cantik itu.
"Aku tidak menyangka kamu akan mendahuluiku menikah, Hans. Ku pikir kamu tidak bisa move on dariku" ucap Evelyn tersenyum remeh mengungkit kembali masa lalunya.
Hani berdengus kesal melihat tingkah genit wanita cantik itu. Ingin rasanya dia menjambak rambutnya lalu menyuruhnya menjauh dari suaminya.
"Kita tidak pernah menjalin hubungan, jadi tidak ada kata move on diantara kita. Karena hanya istriku cinta pertamaku" ucap Hans memperjelasnya.
Bersambung....