Akibat salah bergaul dan tidak pernah mendengarkan nasehat orang tua. Vivian, baru saja duduk kelas 3 SMP mendapati dirinya tengah hamil. Vivian bertekad akan menjaga bayi tersebut tanpa ada niat sedikit untuk membuangnya. Vivian sangat menyayanginya, janin tersebut adalah darah dagingnya dan Aksel, mantan pacarnya. Disisi lain, hal yang paling Vivian hindari adalah Aksel. Vivian cukup menderita, Vivian tidak ingin Aksel masih dalam bayangnya.
Mereka masih sangat belia dan Aksel adalah anak laki-laki yang bisa menghilang seolah tidak pernah terjadi apa-apa. Sedangkan Vivian seorang perempuan, yang menghadapi berbagai stigma masyarakat. Vivian memiliki tekad bahwa selagi otot yang kuat, tulang yang keras dan otak yang cerdas untuk mencukupi kebutuhan anaknya, dan yang terbaik untuk anaknya.
Lalu bagaimana Vivian melalui semua ini? Bagaimana dengan kedua orang tuanya?
Yuk ikuti kisah perjalanan, perjuangan serta tekad Vivian dalam Novel ini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nysa Yvonne, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 31- Flashback 13 (Keluarga Maximus)Berkunjung
Sudah seminggu Alex tidak mengunjungi Olivia ke toko lagi, kini Olivia menjadi khawatir. Sebab permintaan Aisha masih belum ia penuhi karena kesibukan dan kondisinya saat ini yang tidak boleh terlalu kelelahan. Kebetulan hari ini Olivia sedang senggang, Olivia berniat untuk mengunjungi Aisha walaupun hanya sekali.
"Bu, perasaanku kok ngga enak ya Bu?"tanya Olivia yang benar-benar tidak tenang, entah apa yang akan terjadi hari ini.
"Ibu juga ngga tau Liv, coba kamu ingat-ingat lagi, ada sesuatu yang kamu lupakan ngga?"tanya Bu Lastri mencoba memancing Olivia untuk mengingat sesuatu.
"Hmm... Apa ya?"Olivia terus berpikir seraya mengelus pelan perutnya.
"Oh iya, Aku belum mengunjungi Mbak Aisha. Bu bagusnya aku pergi sekarang ya?"Olivia kemudian mengusulkan niatnya.
"Boleh juga tuh, perlu Ibu temani? Coba kamu kabari nak Alex"ucap Bu Lastri dan dituruti oleh Olivia.
...----------------...
Disisi lain Alex yang resah gelisah melihat kondisi Aisha yang kian memburuk.
"Sayang... Ai... Kamu kenapa? Jangan bikin Aku khawatir..."ucap Alex sambil menggenggam erat telapak Aisha yang semakin mendingin dan pernapasan Aisha kian melemah.
"Aku... ngga... papa... kok..."ucap Aisha terputus-putus.
"Mass..."panggil Aisha kembali, berusaha menggapai Alex.
"Ya... Ada apa? Kamu mau sesuatu? Bilang aja... Mas akan penuhi..."Alex berusaha tenang tapi hatinya berkecamuk. Aisha hanya menggelengkan kepalanya pelan.
"Oliv... Olivia... Aku... ingin... bertemu... Oliv..."ucap Aisha kembali terputus-putus.
"Iya... Iya sayang, Mas coba hubungi Oliv dulu ya..."Alex permisi menjauh dan mencoba menghubungi Olivia. Sejenak Alex terdiam.
"Duh... Gimana mau menghubungi Oliv... kontaknya aja aku ngga ada."Alex masih diam menimang-nimang telpon genggamnya dan sesekali memantau Aisha.
Tak lama kemudian telponnya pun berdering. Tertera no tak dikenal, dan ia berharpa itu Olivia.
"Ya halo..."Alex langsung menjawab telpon tersebut.
"Halo Mas... emm Aku mau ketemu mbak Aisha, tapi aku ngga tau dimana rumah sakitnya." ternyata Olivia lah yang menelpon sesuai keinginannya.
"Iya, boleh banget... Nanti Hardi yang jemput ya... Mas ngga mau kamu pergi tanpa pengawasan."ucap Alex yang masih sempat-sempatnya memerintah. Olivia terdiam ada rasa canggung jika Alex berkata demikian.
"Baiklah, Aku tunggu mas tenang aja..." Olivia menuruti ucapan Alex tersebut.
"Ya nanti hati-hati ya..."Alex merasa lega, setidaknya Olivia untuk saat ini tidak menolak. Panggilan pun berakhir, beralih memanggil sekretarisnya Hardi.
"Halo, Hardi tolong bantu Saya untuk menjemput Olivia, bawa ia dengan selamat ke rumah sakit tempat Aisha di rawat."ucap Alex mengeluarkan titahnya.
"Baik tuan, serahkan saja pada Saya." ucap Hardi diseberang dan telpon tu dimatikan sepihak oleh Alex.
Alex menghela nafas pelan dan beralih melihat kondisi Aisha yang telah tertidur dengan damai.
"Sayang... Bertahanlah... Jangan pernah ninggalin Aku..."gumamnya sambil memegang erat tangan Aisha.
Tak lama kemudian Alex pun menyusul Aisha tertidur dengan menyenderkan kepalanya di ranjang, tempat Aisha tertidur pulas.
...----------------...
*Ceklek... Suara pintu ruangan itu seperti terbuka.
Hardi masuk terlebih dahulu, karena pintu itu sempat ia ketuk tapi tidak ada sahutan.
"Nyonya... Sepertinya Tuan dan Nyonya besar tertidur pulas. Nyonya disini atau bagaimana?"Hardi merasa sungkan untuk membangunkan tuannya.
"Tidak biarkan saja, Saya akan menunggunya disini. Kamu tenang saja saya duduk di sofa itu."ucap Olivia sambil menunjuk sofa dalam ruangan tersebut.
"Tapi..."ucap Hardi terpotong oleh kalimat Olivia.
"Kamu percaya sama saya, itu tidak akan apa-apa bagi Saya. Tuanmu tidak akan memarahimu. Sudah kamu boleh meninggalkan saya disini."jelas Olivia dan diangguki Hardi dan pamit undur diri.
"Hff.."Olivia menghela nafas panjang setelah bokongnya mendarat di sofa. Olivia menatap keduanya yang terlihat terlelap dan tampak serasi, membuat Olivia yang merasa tidak enak hati. Olivia pun mengabadikan momen tersebut di telponnya. Sewaktu-waktu bisa ia perlihatkan pada Aksel anak Alex dan Aisha.
"Mas... Kamu begitu menyayangi dan mencintai mbak Aisha. Aku tidak iri, karena itulah yang harus mbak Aisha dapatkan. Sedangkan Aku? Aku ini siapa kalian? Aku hanya duri dalam rumah tangga kalian... Aku sudah menjauh dari kalian, tapi mengapa kalian masih mencariku. Terutama kamu Mbak... Aku sangat heran, dari apa hatimu itu dibuat mbak sehingga mau menerimaku seperti ini."gumam Olivia dalam hati, tak terasa air matanya jatuh. Hal ini tak luput dari pandangan Aisha.
"Oliv..."panggil Aisha yang sudah bangun sedari tadi sejak Olivia sibuk dengan pikirannya sendiri.
"Ah iya mbak..."ucap Olivia sambil mengusap air matanya dan menerbitkan senyum berusaha baik-baik saja.
"Apa perlu sesuatu Mbak? Atau ada yang Mbak inginkan?"Olivia menghampiri Aisha. Aisha mengelengkan pelan kepalanya dan melambaikan tangan agar Olivia mendekat.
Alex yang merasakan gerakan langsung saja dirinya terbangun sambil mengusap matanya. Dirasa kedua wanita itu membutuhkan waktu Alex pamit undur diri memberikan ruang untuk keduanya.
Setelah Alex keluar dari ruangan tersebut, Aisha meminta Olivia untuk membuka laci disebelahnya. Olivia pun menuruti perintah tersebut. Di laci tersebut terdapat sebuah surat yang bertuliskan.
'Untuk Olivia Ayla'
Buka saja nanti dirumah...
Begitu kira-kira tulisan yang ditulis pada surat tersebut. Olivia pun menyimpan kedua surat tersebut. Mereka berdua berlanjut untuk mencurahkan isi hati.
"Mbak, apakah kamu ingin menyentuh perutku?"tanya Olivia, Aisha hanya mengangguk. Olivia mendekatkan tangan Aisha untuk menyentuh perutnya, dan dapat dirasakan oleh Aisha tendangan bayi tersebut.
*Dug... Dug...
"Itu..."lirih Aisha sambil tersenyum.
"Iya mbak, dedek menyapa Mbak... Lekas sembuh ya mbak, terutama dedek ingin bertemu mamanya yang cantik ini..."ucap Olivia berurai air mata sambil membelai lembut wajah pucat Aisha.
"Iya..."jawab singkat Aisha lirih nyaris tidak terdengar. Aisha seperti ingin menyampaikan sesuatu, tapi tidak terdengar oleh Olivia.
"Iya mbak ada apa?"Olivia semakin merapatkan telinganya ke mulut Aisha.
Suara bisikan Aisha terdengar samar-samar yang hanya bisa didengar Olivia hanyalah.
"tolong... Jaga... Alex... Aksel... dan... Dedek... Kamu... Jaga... Diri..."kata-kata itu terputus-putus dan nafas Aisha sedikit tersengal-sengal.
"Mbak... Ngantuk... Mbak... Mau... Tidur..."setelah mengucapkan kata-kata itu kembali, tangan Aisha terkulai lemas dan suara monitor pun ikut memekikkan suaranya.
"Mbak, Mbak, bangun mbak... Aku udah datang, aku janji jaga semuanya, tapi aku mohon bangun mbak... Hiks... Hiks..."tangis Olivia tumpah dan tak kuasa menahan rasa sakit untuk kesekian kalinya.
Dokter dan para tenaga medis lainnya bergegas menangani Aisha secepat mungkin. Alex yang melihat hal itu, ikut syok.
"Dokter, apa yang terjadi dengan istri saya?"ucap Alex yang pelan. Dokter yang setelah mengecek keadaan Aisha pun terdiam.
"Dokter! Apa yang terjadi!"Alex pun mulai teriak mengguncangkan tubuh sang dokter. Dokter tersebut pun dengan berat hati menggeleng kepalanya.
"Bu Aisha sudah kembali ke sang pencipta tuan, kami turut berdukacita..."jawab sang Dokter dan berlalu dari ruangan tersebut.
"Tuan tenangkan diri Anda. Nyonya Aisha sudah kembali kepada sang pencipta..."ucap Hardi yang sudah berada diantara mereka.
Alex langsung berlari dan memeluk tubuh Aisha dengan erat. Alex menangis tergugu tak ingin pujaan hatinya begitu cepat meninggalkannya. Alex tersadar ada wanita lain dalam hidupnya kemudian ia menoleh kearah Olivia.
"Apa kamu ucapkan pada Aisha, sebelumnya dia baik-baik saja kenapa kamu begitu jahat! Kamu mau balas dendam dengan saya! Bukan Aisha, dia sudah baik padamu tapi apa! Kamu membunuhnya, kau pembunuh!"tanpa bertanya dulu apa sebabnya Alex menghakimi Olivia begitu saja.
"Ngga mas, bukan seperti itu... Aku juga menyayangi mbak Aisha..."Olivia menggeleng cepat berusaha menggenggam erat tangan Alex.
Alex melepaskan genggaman itu dengan kuat. Olivia yang merasakan sakit diperutnya Hardi dengan sigap membantu Olivia.
"Maaf Nyonya..."Hardi terlalu sungkan. Ia kemudian membawa Olivia untuk duduk.
"Nyonya, Tuan Besar mungkin terpukul, jadi pikirannya tidak jernih. Maafkan Tuan ya Nyonya..."Hardi berharap pengertian dan Olivia hanya mengangguk saja.
...----------------...
Lanjut Bab Selanjutnya👉👉
mank enak.