Follow sosmed author
IG:Mia novita23
Tiktok:Miss Mia Novita
Hidup kamu selama ini sudah enak, jadi mama mau kamu merelakan suamimu untuk kakakmu, dan kamu ambil suami kakakmu yang tidak berguna itu!" ucap seorang wanita paruh baya yang tak lain adalah mama tirinya pada Natalie, anak keduanya di keluarga Jonathan.
"Maksud mama aku disuruh bertukar suami dengan kakak?"
Bagai disambar petir disiang hari, Nathalia yang baru saja pulang kerja harus mendengar permintaan sang mama yang terdengar aneh. Namun disini Nathali tidak bisa menolak permintaan konyol ibu sambungnya, hingga mau tidak mau Nathali harus merelakan suami yang menikahinya satu tahun yang lalu untuk sang kakak dan menikah dengan suami kakaknya yang dingin dan juga cuek. Abian namanya.
Bagaimanakah perjalanan pernikahan Nathali dan Abian? ikuti yukkk
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Miss Mia Novita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Jakarta
Disepanjang perjalanan perjalanan menuju Jakarta, Alexander terus menceritakan bagaimana dia berusaha mencari Abian selama delapan tahun ini. Bahkan pria paruh baya itupun mengatakan penyesalannya yang begitu dalam karna sudah mengusir Abian malam itu. Namun, Abian sama sekali tidak memberikan respon apapun dari setiap ucapan yang keluar dari mulut sang ayah hingga mereka tiba di kediaman Alexander.
"Mommy sangat menunggu kepulangan mu, Ar. Tolong jangan kecewakan dia dengan sikap kamu" kata Alexander sebelum akhirnya mereka turun dari mobil.
"Aku tau apa yang harus aku lakukan, dad. Daddy tenang saja!" Balas Abian yang sejak tadi hanya diam membisu. Pikiran pria itu kacau karna memikirkan Nathali. bahkan Abian berusaha mengingat apakah dirinya membuat kesalahan yang melukai hati sang istri sehingga wanita yang dia kenal dan dia cintai begitu dalam melakukan hal yang sangat menyakitkan.
Kursi roda Abian di dorong oleh Alexander menuju kamar pria tersebut yang ada di lantai 3. Alexander membawa Abian lewat lift agar sampai di kamar itu.
Dari depan pintu, Abian bisa melihat sosok perempuan cantik yang sudah tidak muda lagi terdiam mematung dengan tatapan kosong mengarah keluar jendela. Menyebutkan nama Arcelio berulang kali.
Melihat itu membuat air mata Abian terjatuh.
"Mommy, lihatlah. Daddy membawa Arcelio kembali untuk mommy" kata Alexander yang terdengar begitu nyaring namun tidak di respon oleh wanita itu.
Wulan masih terus fokus menatap keluar jendela dengan menyebut nama Arcelio berulang-ulang seperti biasanya.
"Arcelio....Arcelio...Arcelio.." panggil wanita paruh baya itu lirih. Tatapannya kosong. Harinya hanya terus dia habiskan di dalam kamar itu.
"Ar disini, mommy,"
"Ar kembali demi mommy" suara yang sangat wulan rindukan membuatnya mengalihkan pandangannya, dia seakan mematung menatap sosok putra yang begitu dia rindukan.
"Mommy...Ar sangat merindukan mommy" kedua mata Wulan berkaca-kaca menatap pada sosok yang saat ini duduk di kursi roda. Pria tampan yang memiliki wajah dominan sama seperti dirinya itu tersenyum"Mom. Arcelio kembali untuk mommy" ulang Abian seraya menggenggam tangan Wulan. Membuat wanita itu menepuk sebelah pipinya memastikan jika kali ini bukan hanya halusinasi apalagi mimpi .
"Arcelio... Ini kamu, nak? Ini benar-benar kamu?" Wulan menatap Abian lalu memeluk erat sosok itu, menumpahkan segala kerinduan yang begitu mendalam. Kerinduan yang sudah dia tahan selama delapan tahun lamanya.
Dengan air mata yang terus mengalir, Wulan semakin mengeratkan pelukannya, tidak ingin kejadian itu terulang kembali, tidak ingin Arcelio nya kembali menghilang meninggalkan dirinya untuk yang kedua kalinya.
"Jangan pernah pergi lagi meninggalkan mommy, Ar. Mommy seperti terbunuh tapi tidak mati jika harus hidup tanpa kamu" ujar perempuan tua yang berparas cantik lembut itu.
"Mommy jangan khawatir, Arcelio tidak akan pernah kemana-mana lagi. Ar akan selalu disini, menemani mommy selama nya. Maafkan Ar yang sudah membuat mommy kehilangan hidup mommy selama delapan tahun ini" balas Arcelio sambil terus memeluk sosok Wulan.
Wulan melepas pelukannya,"Kamu baik-baik saja, Ar? Tinggal dimana kamu selama ini? Kamu makan apa? Siapa yang menjaga kamu?" Tanya Wulan yang mulai mendapatkan kesadaran. Benar apa kata dokter, ternyata Wulan bisa semudah itu sembuh tanpa penanganan. Obatnya hanyalah Abian, anaknya.
"Arcelio baik, ma. Selama enam tahun ada orang baik yang menjaga dan merawat Ar. Mereka menyayangi Ar seperti anak kandung sendiri. Mereka juga memberikan yang terbaik buat Ar sebelum akhirnya Arcelio harus kehilangan mereka untuk selamanya. Mereka meninggal dua tahun yang lalu" terangnya
"Berjanjilah untuk selalu ada disamping mommy, Ar. Mommy kehilangan arah tanpa kamu" Wulan kembali memeluk Arcelio begitu erat. bahkan keadaan wanita itu seketika membaik dengan kedatangan anak satu-satunya yang paling dia cintai.
"Arcelio janji, mom." Balas Abian menggenggam erat tangan sang mommy.
Alexander membayar dokter untuk merawat Abian dirumahnya. Bukan dokter perempuan melainkan dokter laki-laki yang tak lain teman sepupu Abian sendiri. Karna Abian yang menolak ketika sang papa membayar dokter perempuan untuk merawatnya.
"Ar, akhirnya kamu kembali. Kemana saja kamu Ar? selama delapan tahun ini aku berusaha mencari kamu keberbagai tempat. Bahkan aku juga mendatangi rumah teman-temanmu, tapi tidak ada satupun dari mereka yang mengetahui dimana keberadaanmu setelah kejadian balapan malam itu" kata Vano- sepupu Abian
Abian mulai menceritakan kejadian malam dimana Alexander sudah mengusirnya. Yang dia ingat malam itu dirinya keluar rumah dengan membawa luka hingga terjadilah kecelakaan yang kemungkinan besar sudah membuat Abian bilang sebagian ingatannya.
"Jadi, selama ini kamu tinggal di bogor?"tanya Vano menatap pada Abian.
"Iya, selama ini aku tinggal di bogor. Tolong kamu batu aku untuk segera sembuh dari lumpuh ini, ada hal yang harus aku selesaikan disana"
"Kondisi kaki mu tidak begitu parah, mungkin butuh waktu sekitar satu tahun untuk penyembuhan total" terang Vano setelah melihat kondisi kaki Abian.
"Tolong ambilkan ponselku, Van. aku harus menghubungi teman-temanku di Bogor. Mereka pasti mencariku karna sudah lebih satu munggu aku tidak memberikan kabar"
Vano mengambilkan ponsel Abian yang ada di atas nakas. Setelah kejadian kecelakaan, Abian memang belum sempat menghubungi Bima dan juga Vemas. pria itu lupa mengatakan jika dirinya mengalami kecelakaan.
Tak butuh waktu lama, panggilan Abian diterima. Karena ponselnya yang hilang ketika kecelakaan, Abian tidak memiliki nomor siapapun termasuk Bima dan Vemas. Sehingga pria itu memutuskan untuk menghubungi telpon cafe.
"Halo, dengan cafe Alaska. Ada yang bisa saya bantu?"
"Halo, Riski. Tolong kamu panggilan Bima, ini saya Abian"
"Baik, pak. Tunggu sebentar"
Riski menghampiri Bima yang terlihat pusing menghadapi Nadira, karna setelah rencana yang Vemas berikan membuat wanita itu selalu nempel pada Bima.
"Halo, Bian. Elu kemana aja? sudah satu Minggu lebih elu gak ada kabar"
"Halo, Bim. Maaf seminggu yang lalu gue kecelakaan."
"Buset, elu kecelakaan kagak ngabarin gue. Tega bener lu Bi. Tapi elu masih hidup kan?"
"Kalo gue udah koit mana bisa telpon elu goblok"
"Eh iya juga ya. Btw lu dimana, Bi? Biar gue nanti sama Vemas meluncur. Kasih tau alamat kontrakan yang elu tempati sama Nana"
Senyap..ketika mendengar Bima menyebut nama Nana hatinya tergores sakit teringat akan surat yang wanita itu meninggalkan untuknya.
"Bian..halo..masih disana kan?"
"Ah iya, gue sekarang ada di jakarta. Dirumah kedua orang tua kandung gue. nanti gue kirim alamatnya kalau kalian mau kesini. Oh ya, untuk sementara gue titip cafe, bengkel sama mall ya, kalian urus dulu. Karna kemungkinan gue bakal balik lagi kesana gak tau kapan. Gue percayakan semuanya sama elu berdua"
"Aman..selama ada kita berdua lu gak perlu khawatir. Gimana keadaan elu, Bi?"
"Gue lumpuh, tapi kata dokter hanya sementara"
"Inalillahi, kecelakaannya parah?"
"Cukup parah."
"Cepet sembuh ya, Bi. Tapi Nana ikut elu ke Jakarta kan?"
Tut.....tut...tut..
Tanpa menjawab pertanyaan Bima, Abian langsung memutuskan sambungan telponnya begitu saja, membuat pria itu merasa sedikit ada yang aneh dari Abian.
"Aneh, kenapa dari tadi si Bian gak nanggepin pas gue sebut nama Nana" ujarnya