Felyn Rosalie sangat jatuh cinta pada karya sastra, hampir setiap hari dia akan mampir ke toko buku untuk membeli novel dari penulis favoritnya. Awalnya hari-harinya biasa saja, sampai pada suatu hari Felyn berjumpa dengan seorang pria di toko buku itu. Mereka jadi dekat, namun ternyata itu bukanlah suatu pertemuan yang kebetulan. Selama SMA, Felyn tidak pernah tahu siapa saja teman di dalam kelasnya, karena hanya fokus pada novel yang ia baca. Memasuki ajaran baru kelas 11, Felyn baru menyadari ada teman sekelasnya yang dingin dan cuek seperti Morgan. Kesalahpahaman terus terjadi, tapi itu yang membuat mereka semakin dekat.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Xi Xin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Konspirasi Morgan
Setelah Morgan mengirimkan pesan pada Wira tentang tiket tersebut, respon Wira cepat dan langsung mengarahkan semua kesalahan pada Morgan.
Setelah chatting dengan Wira, secara kebetulan ada nomor tidak dikenal meneleponnya. Morgan mengecek informasi di bio kontak, ternyata nomor tersebut berada satu grup dengannya di dalam grup XI IPS 3, Ya itu Felyn. Morgan pun bergegas menerima telepon itu.
"Ada apa, Fel?"
"Halo, Morgan. Ini aku Felyn. Kamu udah tahu kalau ini nomorku, ya? Oke, gini lo…"
"Ish, sini deh biar aku aja yang ngomong. Kalau kamu kayaknya susah, Fel."
"Udah, Din. Ini urusan aku sama Morgan, diem aja!"
"Felyn, ada masalah?" tanya Morgan.
"Emm, gak kok. Itu si Nadin berisik, biasa lah lagi nonton drakor."
"Kamu baik-baik saja, kan?"
"G-gak kok. Btw, Morgan. Yang tadi kamu kasih itu kan…."
"Kalau kamu baik-baik saja, aku tutup telpon…"
"J-jangan….jangan gitu! Kan gue belum selesai ngomong."
"Sorry, Fel. Saat ini saya tidak punya waktu, nanti kita bicarakan lagi!" Tanpa mendengarkan jawaban dari Felyn, Morgan langsung memutus sambungan telepon itu.
Setelah itu Morgan langsung menonaktifkan ponselnya supaya tidak bisa dihubungi lagi oleh siapapun.
"Morgan? Morgan?! Kok di tutup, aku belum selesai ngomong!" kesal Felyn.
"Kenapa ditutup padahal belum selesai ngomong?" tanya Nadin.
Felyn menggeleng dengan wajah bingung. Ia kembali mencoba menghubungi Morgan, tetapi kali ini ponselnya tidak aktif.
"Maaf, nomor yang Anda hubungi sedang tidak aktif. Cobalah beberapa saat lagi!"
"Lah, kenapa dah ni anak hp nya langsung gak aktif."
"Dia sengaja ngindar atau gimana? Kan dia yang duluan sikapnya aneh." ucap Nadin.
Felyn menatap sepatu yang diberikan Morgan tadi, "Jadi, gimana dong?"
Nadin menggeleng, "Ah, gak tahu lah. Yang ngasih aja ditanya gak jawab, yaudah lah. Kan kamu emang kebetulan lagi butuh, ya terima aja!"
Karena Morgan sengaja menghindari percakapan dengan Felyn, Nadin menyarankan Felyn untuk menerima apa yang sudah diberikan oleh Morgan padanya karena pemberian itu sangat berguna untuknya sekarang.
Tetapi Felyn masih saja berat hati menerima benda tersebut, selain harganya yang mahal, juga karena Morgan tidak biasanya bersikap seperti itu.
Kembali ke Apartemen Morgan ....
Morgan melangkah ke dalam kamarnya, tetapi ia melewati tempat tidurnya dan berhenti melangkah di depan sebuah lemari pakaian kayu yang menyatu dengan dinding. Tatapan matanya tampak serius dan seperti ingin terus menyembunyikan apa yang ada di balik lemari tersebut.
Di sebelah kanannya ada sebuah pegangan lemari, sekilas itu memang terlihat untuk membuka lemari tersebut, tetapi saat Morgan menyentuh pegangan tersebut….lemari itu terbuka lebar layaknya sebuah pintu.
Di balik lemari tersebut ternyata ada sebuah ruangan rahasia yang dibuat olehnya sendiri untuk menyelesaikan sesuatu. Ruangannya gelap tanpa jendela/ventilasi udara, ia menghidupkan lampu dan terlihatlah semua benda yang ada di dalam sana.
Terlihat jelas pandangan langsung ke depan, ada sebuah meja kerja dengan material yang sama dengan lemari tadi yang di atas nya terdapat 3 monitor. Di belakang meja kerja itu, lebih tepatnya di dinding, terlihat jelas semua hal yang sedang dikerjakan oleh Morgan selama dia berada di Indonesia.
Morgan memencet sebuah tombol lagi dan pintu lemari itu langsung tertutup, dari sisi luar (di kamarnya Morgan) lemari kembali ke bentuk semula seolah tidak ada yang perlu dicurigai dengan lemari tersebut selayaknya lemari pakaian biasa.
Nah, di dalam ruangan ini si Morgan diam-diam menyelidiki kasus kematian ayahnya si Felyn yang berhubungan dengan ayahnya Wira dan juga ayahnya sendiri, beserta bawahan-bawahannya. Dia kayak buat tabel gitu, kalau kalian nonton film/drama investigasi polisi gtu pasti tahu gimana bentuk tabel nya kalau lagi ngumpulin bukti dan terduga tersangka.
Intinya itu tabel belum sepenuhnya lengkap, foto yang udah ada di tabel itu foto ayahnya Felyn yang paling atas sebagai korban, di bawah kirinya foto ayah Wira, di sebelah kanan foto ayah Morgan, yang lainnya masih kosong. Tapi, udah banyak foto bukti lain yang udah ditempel di tabel itu juga. Bukti foto mobil yang dikendarai ayah Felyn waktu kejadian, kerusakannya apa saja, di luar maupun di dalam, terus foto mayat ayah Felyn yang ada luka di kepala. Foto tkp saat kecelakaan tersebut, foto truk yang menabrak, foto supir truk itu, dan foto Felyn bersama dengan ayah-ibunya.
Bahkan masih banyak lagi bukti-bukti yang ia temukan, termasuk fakta Morgan sudah sejak awal mengikuti Felyn dan tahu di mana saja Felyn biasanya singgah.
"Sudah lama tidak menyapa kalian. Kita bisa memulai lagi, kan?" ucap Morgan.
Setelah memperhatikan hasil kerja nya itu, ia duduk di kursi kerjanya dan langsung merebahkan kepalanya karena lelah.
BERSAMBUNG ….