"Ahhh, sakit sekali. Apa yang kau lakukan?”
“Maaf, aku tidak sengaja.”
“Aku tidak akan memaafkanmu, kecuali kamu bertanggungjawab atas apa yang terjadi padaku.”
“Ya. Kalau perlu Aku akan menikahimu!” Siapa yang akan menyangka perkataan tanpa pikir panjang itu, mendatangnya kepada masalah yang rumit dan mengubah hidupnya sangat jauh hingga tak ada jalan untuk kembali.
Kecelakaan hari itu, membawa mereka berdua pada ikatan paksa bernama pernikahan.
____
Pernikahan yang semula indah dan damai seolah pernikahan pada umumnya, hingga Ia lupa, bagaimana pun Ia adalah penyebab kehancuran suaminya. Ia layak untuk di benci.
Kau bersabar atas luka di sekujur tubuhmu
Aku bersabar atas sikapmu yang menyakitiku.
Jika kau tak pernah selembut itu mungkin perubahanmu tak begitu menyakitiku. Figuremu di hatiku seindah itu, sebelum sifatmu berubah membekukanku.
#Nikahpaksa
#Cintahadirkarnaterbiasa
Jangan lupa tinggalkan tanda di setiap partnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Light_Ryn23, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Drama Foto Pengantin
Drama Foto Pengantin
Sontak semua mata tertuju pada kedua pengantin yang kini duduk di atas pelaminan, celetukan Jefri sukses menarik minat semua tamu undangan. Fidzah hanya mampu memalingkan wajahnya dan menutup wajahnya dengan tangan. Cincin yang sudah terpasang di jari manisnya nampak bersinar, cincin pernikahan yang telah dipasangkan Sang Mertua.
Nadya yang berdiri di ujung pelaminan berdampingan dengan Sang sepupu, menatap Jefri tajam. Jefri telah merusak momen kedua pengantin yang masih dilanda kecanggungan itu, keduanya yang semua tampak lebih tenang dengan topik sederhana yang mengalir, Rusak akibat ulah Jefri.
"Udahlah Friii, namanya juga pengantin baru. Kamu kalau belum ikhlas lepas ponakan, ya jangan rusak suasana deh." Omel Sang Kakak Ipar. Jefri hanya menghela napas pasrah, lagi-lagi dia kena sasaran Tante Dian.
Gemuruh tawa di ruang tamu terdengar. Mencairkan suasana yang mulanya canggung menjadi lebih cair. Sang Fotografer yang sempat rehat karna dijamu makan oleh Tuan Rumah, kembali menghampiri kedua pengantin. Mengintruksi keduanya untuk pengambilan foto berdua.
Dikarenakan kondisi Yamani yang belum memungkinkan untuk berdiri, memang agak menyusahkan untuk foto yang menampakkan kemesraan kedua pengantin. Dengan arahan Sang Fotografer yang berpengalaman, beberapa kali Fidzah yang dipinta untuk berdiri. Baik di samping sambil memegang bahu Sang Suami atau di belakang memulak pundaknya.
"Tolong wajah mempelai wanitanya lebih dekat lagi." Bukannya mengikuti arahan Sang Fotografer Fidzah hanya diam mematung, tak berani mendekatkan wajahnya pada Sang Suami.
"Maju dikit aja Dzah, gak ada yang gigit." Jerit Faruq, salah satu sepupunya yang duduk di bawah panggung sambil makan.
Nadya yang melihat reaksi adiknya yang tidak berubah sama sekali mendekat, "Gak papa. Gak ada Satria, dia gak bakalan marah." Bisik Nadya lirih, menangkan Adiknya. Perlahan Fidzah mulai rileks dan memajukan wajahnya, sesuai arahan.
"Tangannya Mempelai Prinya tolong letakan di bahu mempelai wanitanya yaa ... " Bukan lagi Fidzah, tapi Yamani yang ragu-ragu mengangkat tangannya. Menyentuh belakang kepala istrinya saja Dia merasakan bagai sengatan listrik diseluruh badanya, bagaimana jika menyentuh lengan istrinya.
Bunda ikut mendekat menarik paksa tangan Sang Anak yang dari tadi hanya memaju mundurkan tangannya, tanpa ada niat meletakkannya. "Gini loh Fidz." Paksa Bunda dan tangan Yamani telah mencengkram bahu sang Istri. Ia terbelalak kaget tak percaya, saat ia ingin menarik lagi tangannya tertahan oleh genggaman tangan Sang Istri di pergelangannya.
Istrinya mengintruksi dengan gelengan lemah di kepala "Gak papa. Biar cepet selesainya, biar yang lain bisa sholat jum'at." Dengan ragu Yamani mengangguk saat dirasanya Sang Istri tak keberataan. Ia hanya takut ini membebankan Istrinya.
Setelah sesi foto yang beberapa kali mengundang sorak-sorai para tamu dan kerabat sebab kecanggungan dua mempelai. Kekakuan keduanya seolah menjadi tanda bahwa keduanya sama-sama tidak terbiasa bersentuhan dengan lawan jenis, walau akhirnya harus dipaksa oleh beberapa belah pihak agar sesi foto berduanya berjalan lancar.
Mendapati keadaan panggung yang telah sepi, para tamu pun telah selesai berfoto. Jefri berteriak mengajak para shohibnya untuk berfoto bersama. "San, Rid ayo Foto sini," Ajak Jefri yang sudah berdiri di panggung kepada dua orang yang dari tadi bersamanya.
"Kak Hasan Ayo," Fidzah mengulang seruan Jefri seraya melambai tangan pada laki-laki bersarung Ungu baju koko warna putih yang hanya berdiri di depan panggung.
"Tau nih San. Farid aja udah naik tuh,"Ucap Jefri sambil menunjuk Farid yang sudah berdiri disamping Yamani. Fidzah tak menyadari dari tadi Yamani menatapnya dengan tajam, semenjak dia melambaikan tangan pada laki-laki yang berstatus sebagai sepupunya Itu.
Hasan laki-laki itu hanya menanggapinya tersenyum dan menggelengkan kepala sambil berjalan naik panggung dan berdiri tepat disamping Fidzah.
"Eh tuker tuker, gak adil. Masa Hasan disamping Fidzah si?"Ucap Farid yang sudah berpindah posisi ingin berdiri disamping Fidzah.
"Udah udah, gantian."Lerai Jefri yang sudah berdiri disamping Hasan.
"Eh masa ganjil si? Bukannya Gak boleh ya?"Tanya Farid yang sudah melangkah maju berpindah posisi. Lelaki bersarung Hijau dan baju koko biru itu memang tak bisa diam. Yamani perlahan kembali duduk karna bertumpu pada tongkat yang dibawa Jefri entah dapat darimana itu, benar-benar tak enak.
Hasan menoleh kanan-kiri seperti mencari seseorang
"Eh, Satria gak ada ya?"
"Eh Sani. Kalau Satria ada Ini bocil gak akan Nikah sekarang,"Gerutu Jefri lalu memukul kepala Hasan dengan pecinya. Hasan hanya mengerjap dan tersenyum canggung menatap Fidzah.
"Faruqkan tuh?"Tunjuk Farid pada laki-laki asik makan didekat pintu, mendekat pada stan makanan ringan yang disediakan.
"Bukan Itu Umar,"Jawab Hasan.
Jefri, Farid dan Fidzah menatap datar kepada Hasan karna yang dimaksud Farid dengan Faruq itu namanya Umar Al-Faruq.
"Kalian tuh jadi foto gak si?"Tanya Fidzah pada ketiga laki-laki yang asik ribut ini. Sedangkan Yamani yang duduk di kursinya menggelengkan kepala tak faham.
"Faruq Oy. Makan mulu ... sini foto!"Teriak Farid di atas panggung, sedangkan Laki-laki yang sedang makan itu hanya mengacungkan jempol sebelum beranjak dari duduknya.
Setelah semuanya terkumpul, Yamani bangun dibantu Farid berdiri dengan Tongkatnya. Disebelahnya ada Farid dan Faruq sedangkan disamping Fidzah ada Hasan Dan Jefri.
"Keluarga yang lain udah habis foto semua?"Tanya Jefri pada Fidzah.
"Kayanya sih udah, harini gak semua keluarga kan datang. Tapi Luthfi gak ikutan foto dari tadi." Mendengar jawaban dan pertanyaan Fidzah. Kelima orang di atas panggung sontak berdiam.
"Udahlah gak usah mikirin Luthfi, dia gak bakal mau ngeliat kamu sekarang." Jawaban Farid membuat Fidzah menunduk dalam.
"Dia dateng kok tadi sama Om Hadi. Mungkin udah ke mesjid duluan, kamu tau aja toh kebiasaan dia." Ucap Hasan menenangkan dan menepuk pundak Fidzah beberapa kali. Fidzah mengangguk membenarkan ucapan Hasan, ingat kebiasan Luthfi yang bahkan bisa pergi ke mesjid satu-dua jam lebih dulu. Hal itu membuat Yamani menyipitkan mata menatap keduanya.
"Udah-udah. Ini cepetin aja fotonya. Biar kita bisa ke mesjid juga." Mendengar perkataan Jefri keempat orang melanjutkan sesi foto, sambil beberapa kali berfoto dengan berganti posisi. Dari Jefri yang bertiga dengan Yamani dan Fidzah lalu berdiri tepat ditengah-tengah, hingga yang lain ikut-ikutan gaya aneh.
"Om, Itu Kak Rey bukan si?"Bisik Fidzah pada Jefri yang masih bisa didengar Yamani. Ia berbisik sambil menujuk Laki-laki yang sedang makan dan duduk disebelah Om Rozi.
"Iya itu Kak Rey, dari kemaren juga dateng."Jawab Jefri sebelum kembali berfoto bersama tiga kawannya
sampai gaya terakhir kedua mempelai ditinggal, yang berfoto hanya keempat orang itu yang entah siapa Yamani tidak tau, mereka terlihat dekat Istrinya.
Saat Yamani berbincang dengan salah satu sepupu perempuannya yang datang ke acara, Fidzah Justru menghilang entah kemana.
.
***
Satu Vote dan like kalian membantu menyemangati kami dalam menulis
Dan sedikit Hadiah kalian sangat berarti untuk kami memperbaiki tulisan dan menyajikan bacaan yang lebih berkualitas dengan mempunyai tablet sebagai Fasilitas.
Cinta yang rela menunggu, tapi bukan sebagai kekasihmu 🤕
Ditunggu Partnya Satriaa ya Thor