My Little Angel

Setelah puas berbincang dengan Angel, Celine pamit karena hari sudah sore. Namun bukannya pulang, Celine justru pergi ke perusahaan NC Group, dimana Marvel berada.

Sesampainya di sana, karyawan sudah hampir tidak ada karena memang sudah memasuki jam pulang kerja. Tapi ia yakin jika Marvel masih ada di ruangannya karena ada masalah di perusahaan yang harus di selesaikan oleh putranya itu.

"Saatnya beraksi," seringai Celine. Dia berdehem pelan dan mulai mengetuk pintu.

Tok Tok Tok

Marvel dan Alan saling pandang. Ia melihat jam tangannya yang sudah menunjukan pukul 5 sore yang artinya sudah memasuki jam pulang kerja. Jadi siapa yang mengetuk pintu?

"Sepertinya ada karyawan yang juga lembur seperti kita," ujar Alan. Ia beranjak dari tempat duduknya dan membukakan pintu.

"Astaga, kenapa lama sekali membuka pintu, hah?" gerutu Celine.

"A-aunty, ma-maksud ku, nyonya. Apa yang anda lakukan di sini?" tanya Alan.

"Aku ingin menemui putraku, apa tidak boleh?"

"Tentu saja boleh, sangat boleh. Bahkan anda bisa menyeretnya pulang sekarang juga." ingin rasanya Alan mengatakan hal itu, namun sayang ia hanya bisa memendamnya dalam hati.

Ia sempat berfikir jika Marvel berbeda dengan Kevin, tapi ternyata lebih parah. Setelah menjemput istrinya, entah kenapa Marvel jadi agresif. Dia marah-marah tidak jelas pada karyawan yang membuatnya pusing mendengar nya.

"Kenapa kau masih berdiri di sini? Minggir!!" Celine menerobos masuk untuk menemui Marvel. Sedangkan Alan memilih untuk pergi karena tidak ingin mengganggu ibu dan anak itu.

"Kau masih sibuk ya," ujar Celine tiba-tiba.

Marvel mendongak dengan kening yang mengerut. "Mommy? Ada apa kau datang kemari?" tanya Marvel heran.

"Kenapa memangnya? Mommy tidak boleh berkunjung ke perusahaan mu, hah?" gerutu Celine yang langsung duduk di seberang Marvel.

"Bu-bukan begitu mom." Marvel menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Tidak masalah jika ibunya ingin datang. Hanya saja, waktunya sangat tidak pas karena hari sudah menjelang petang.

"Jadi, ada apa mommy datang kemari?" tanya Marvel.

"Tidak ada, mommy hanya ingin kesini saja. Oh iya, Tadi mommy dari apartemen mu," ucap Celine yang membuat Marvel terkejut.

"U-untuk apa mommy kesana?" tanya Marvel penasaran. Dia mulai was-was, takut jika Angel mengadu yang tidak-tidak pada Celine.

"Mommy hanya berkunjung saja sekalian membawakan makanan untuk kalian."

"Oh." Marvel menghela nafas lega dan melanjutkan pekerjaannya.

"Oh iya, tadi mommy melihat Angel berbicara dengan seorang pria yang seumuran dengan Angel di depan apartemen kalian," ujar Celine yang berhasil membuat Marvel tertegun seketika.

Celine tersenyum dan mulai melanjutkan ucapannya. "Mereka terlihat sangat akrab. Tadinya mommy pikir Angel di antar pria itu."

"Ck, Angel pulang dengan ku, mom. Tapi aku langsung kembali ke kantor. Dan pria itu juga teman Angel, satu sekolah dengan Angel," terang Marvel.

"Oh, hanya teman ya. Tapi ....." Celine mencondongkan tubuhnya dan kembali berkata, "mommy bisa melihat jika pria itu menyukai Angel. Dan sepertinya angel juga demikian."

"Aku tidak peduli."

Celine berdecak kesal mendengar respon Marvel. Bahkan ia sampai menggebrak meja yang membuat Marvel terkejut.

Brakh

"Astaga, mom!!" pekik Marvel

"Maaf, mommy hanya tidak bisa membayangkan saja. Kau bekerja dan Angel diam-diam menemui pria itu di apartemen. Ah tidak-tidak, bukan Angel, tapi pria itu yang datang menemui Angel. Lalu mereka ... "

"Mereka apa?' tanya Marvel penasaran

"Lu-lupakan!! Itu tidak mungkin terjadi. Mommy yakin Angel bisa menjaga diri. Ya sudah, mommy pulang dulu ya. Jangan terlalu malam pulangnya, kasihan Angel sendiri di rumah." Celine pergi begitu saja, tanpa mau menjelaskan maksud ucapannya. Dan tentu hal itu membuat Marvel penasaran.

"Memangnya kenapa jika pria itu datang menemui Angel? Semua itu kan bukan urusanku," gerutu Marvel. Ia mencoba untuk tidak peduli dan kembali mengerjakan pekerjaannya.

...****************...

Malam kian larut, Marvel terlihat lelah pulang ke apartemennya. Tidak hanya masalah kantor, tapi pertemuannya dengan Fiona membuat mood nya hancur. Akibatnya, dia terus uring-uringan saat kembali ke kantor. Ditambah kedatangan ibunya semakin mengganggu pikirannya.

Beruntung ada Alan yang membantu semuanya. Sehingga masalah perusahaan mulai menemui titik terang.

"Aku malas pulang dan bertemu bocah itu. Bukannya tenang, kepalaku akan semakin pusing." Marvel melihat jam di pergelangan tangannya. Ia menghela nafas panjang karena sudah pukul 10 malam. Ia yakin Angel sudah tidur. Jadi, ia bisa langsung istirahat tanpa mendengar suara cerewet gadis itu.

Tapi sayang, semua itu hanya angan-angan Marvel saja. Nyatanya saat ia masuk ke apartemen, ia melihat lampu ruang santai masih menyala dan terdengar suara televisi.

"Apa dia tidur di sana lagi?" gumam Marvel. Ia mengecek ke ruang santai dan melihat Angel tengah berbicara dengan seseorang melalui telepon.

"Siapa yang meneleponnya malam-malam begini?" batin Marvel. Karena penasaran, diam-diam Marvel mendekat dan menguping pembicaraan Angel dengan lawan bicaranya di telepon.

"Iya sayang, Aku janji. Sudah malam, cepat kau tidur."

"Iya, sampai jumpa, muach."

Marvel melebarkan kedua matanya mendengar pembicaraan Angel yang begitu mesra. Dia mengepalkan tangannya erat dan merebut ponsel Angel begitu saja.

"Eh ... " pekik Angel. "Apa yang kau lakukan? Kembalikan ponselku!!"

"Siapa yang menelepon mu malam-malam begini, hah?" sentak Marvel.

"Bukan urusanmu." Angel merebut ponselnya dan pergi begitu saja. Tapi saat hendak menaiki anak tangga, ia berhenti sejenak dan berkata, "tadi mommy kemari dan membawa makanan. Aku sudah menghangatkannya. Dan jangan lupa, pindahkan barang-barang mu ke kamar lain. Aku tidak mau sekamar dengan mu." setelah mengatakan itu, Angel berlari menaiki anak tangga menuju kamarnya.

"Bocah itu ... " Marvel menggeram kesal. Ia memejamkan matanya dan menghela nafas panjang. Dia teringat ucapan ibunya yang kembali membuatnya mendengus kesal. "Tadi itu pasti telepon dari pria itu," geram Marvel.

...****************...

Sementara itu, di rumah utama keluarga Dirgantara, Flora tengah menemani Keyra tidur. "Sudah teleponnya?" tanya Flora yang di jawab anggukan oleh Keyra.

"Kalau begitu, sekarang Keyra tidur ya." Flora membantu Keyra berbaring dan menarik selimut sampai batas dada. Dia memberi kecupan di kening putrinya dan mengganti lampu kamar dengan lampu tidur.

"Selamat malam sayang," ucap Flora. Setelah memastikan putrinya tidur, baru kemudian ia keluar dari kamar dan bergabung dengan Celine yang masih berada di ruang keluarga.

"Keyra sudah tidur?" tanya Celine saat melihat Flora menghampirinya.

"Sudah mom."

"Tumben sekali dia tidur larut malam."

"Entahlah, tiba-tiba dia ingin berbicara dengan Angel. Jadi tadi aku membantunya menghubungi Angel," sahut Flora.

Mendengar hal itu, Celine menggeser tubuhnya, merapat pada Flora. "Flo, mommy butuh bantuanmu."