NovelToon NovelToon
Lebih Dari Dia

Lebih Dari Dia

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / cintapertama / cintamanis / Diam-Diam Cinta / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Murni
Popularitas:3.6k
Nilai: 5
Nama Author: Kravei

Leo Evano mencintai Bianca Anulika di hari pertama dia menatapnya. Namun, Bianca memiliki pria yang dia cintai bernama Gavin.
Padahal Gavin tidak mencintai Bianca sebaik yang dia harapkan, tapi Bianca bersikeras ingin setia terhadapnya.
“Sampai dia membuatmu menangis, aku bersumpah aku akan merebutmu darinya. Saat itu, aku tidak akan takut kau benci. Aku akan melakukan apa pun untuk menyeretmu keluar dari rumahnya.” Itu adalah apa yang Leo tanamkan dalam hati dan hari itu pun datang. Leo memantapkan diri, membuktikan dia bisa memperlakukan Bianca lebih dari pria yang dia cintai. Berharap bahwa Bianca akan segera mencintainya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kravei, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kucing dan Tikus

Leo tersenyum jengkel. Tantangan Gavin mendatangkan niat untuk menyeretnya keluar secara paksa. Sialnya Leo tidak bisa membuat keributan bila tak mau menjadi pusat perhatian.

“Ikut aku,” pintanya yang kemudian keluar meninggalkan cafe. Gavin mengikutinya, dia mengabaikan Bianca dan pergi begitu saja tanpa niat menoleh.

Leo berhenti di gang samping cafe, dia berbalik menatap Gavin yang sudah ada di hadapannya. Ekpresi wajah Leo jengkel sementara Gavin seolah-olah tengah menguji tingkat kesabarannya. “Kau mengabaikan aku dan langsung menampakkan diri setelah aku katakan aku akan menemui ayah Bianca?”

Tidak.

Pertama, Leo tidak mendengar Gavin berkata dia akan menemui ayah Bianca hari ini. Kedua, Leo kesal karena niatnya berupa Bianca tidak bertemu Gavin masih berlaku sampai detik ini.

“Tunggu sebentar,” pinta Leo. Dia meraih hp dari saku celana dan memeriksa pesan masuk tak terbaca dari Gavin yang berisi, “aku perlu bicara denganmu atau aku akan memberitahukan semuanya pada ayah Bianca.”

Bukan hanya itu, terdapat puluh panggilan tak terjawab dan sepuluh pesan ancaman lainnya. Leo baru saja melihatnya setelah sibuk merenung seharian. Singkat kata, pertemuan ini murni kebetulan. Namun, sepertinya Gavin salah paham, terlihat di wajahnya dia sangat senang ancamannya berhasil.

Leo menyimpan hpnya kembali sebelum memulai pembicaraan, “aku belum menerima kembali surat yang sebelumnya aku kirimkan?”

“Itu adalah apa yang mau aku bahas.” Gavin mengeluarkan amplop itu dari balik jas dan melemparkannya ke Leo. Benda tipis itu terjatuh di bawah kaki Leo sebelum mereka kembali mempertemukan kontak mata. “Aku tak akan pernah memaafkan kalian tapi apa kau pikir aku akan memberi apa yang kalian inginkan semudah itu? Aku tidak berniat menceraikan Bianca. Aku tidak peduli di mana dia tidur atau ke mana dia pergi tapi aku tidak akan menceraikannya.”

Kata-kata Gavin berhasil menyentil emosi Leo, dia berusaha untuk tetap tenang. “Bila kau tak punya niat memaafkan kami. Ayo membuatnya mudah dan ceraikan saja dia.” Itu satu-satunya hal yang Leo mau dari Gavin.

Gavin menyunggingkan senyum kritik, membalas, “aku tidak berniat membiarkan kalian hidup bahagia setelah apa yang kalian lakukan.” Gavin berbalik tapi Leo menariknya sebelum sempat mengambil langkah.

“Kau sungguh berniat mengancamku?” Ekpresi wajah Leo datar tapi hawa yang dia pacarkan terasa mendominasi.

Gavin tahu itu. Gavin tidak dalam posisi melawan Leo dan tidak akan pernah bisa tapi harga dirinya telah digores. Dia tidak mau merendah lebih dari itu apa pun alasannya. “Aku melakukannya. Kau pikir aku takut padamu?” Gavin menepis tangan Leo dan beranjak pergi meninggalkannya begitu saja.

Leo tak mengalihkan pandangan dari punggung Gavin yang semakin mengecil. Dia mengertak gigi dan tangannya terkepal. “Aku pikir tidak akan sulit membuatnya menceraikan Bianca tapi sepertinya tidak begitu.”

Leo berpikir dirinya hanya perlu mengurus perasaan Bianca tapi ternyata Gavin pun tidak bisa dibiarkan begitu saja. Dia memang tidak berniat mendapatkan Bianca kembali tapi selama mereka tidak bercerai, Gavin bisa berubah pikiran kapan pun dan karena itu, Leo merasa tidak aman. Leo perlu untuk mendapatkan Bianca sepenuhnya. Bianca miliknya, bukan milik pria lain. Itu adalah apa yang Leo inginkan.

Malam hari tiba. Lagi-lagi Bianca berakhir di rumah Leo tanpa sedikitpun kesempatan untuk kabur. Bianca tidak tahan lagi. Dia berdiri di depan Leo yang terduduk di sofa ruang tamu, membuat lelaki itu mendongak menatapnya.

“Jangan berdiri di sana. Ayo duduk,” katanya sembari menepuk sofa empuk di sebelahnya.

Bianca tidak mendengarkan tapi berfokus pada tujuan utamanya. “Aku harus bertemu Gavin.”

Sebelumnya di cafe, Bianca menunggu seperti orang bodoh berpikir Gavin akan menemuinya setelah berbicara tapi dia malah pergi begitu saja tanpa niat basa-basi. Bianca tidak akan mengatakan betapa sakit dan kecewa dirinya, tapi dia akan bersikeras untuk berbicara pada Gavin dan meluruskan kesalahpahaman.

“Izin tidak diberikan.” Leo menjawab ketus. Dia mengalihkan pandangan kembali ke TV tapi Bianca bergeser untuk menghalangi pandangannya.

“Aku berusaha meminta baik-baik tapi kau tahu apa, Leo? Aku tidak perlu izinmu, kau harus ingat itu.”

Kian ketus ekpresi wajah Leo dibuat kebenaran yang Bianca katakan. Leo tidak mau mengaku tapi tentu dirinya ingat semua yang dirinya lakukan tidak lebih dari sebuah keegoisan. Leo membalas, “kalau kamu berani, keluar saja dari pintu itu. Aku akan segera menyeretmu kembali dan mengunci kita berdua di kamar.”

Ancaman itu adalah alasan mengapa Bianca tidak berani melawannya.

Leo berdiri, Bianca harus sedikit mendongak untuk menjaga kontak mata. Pemuda itu dengan heran berkata, “sungguhkah tidak bisa kau abaikan dia hanya sehari dan gunakan waktu itu untuk memikirkan aku? Apa permintaanku terlalu banyak?”

Bianca tidak menanggapi karena kehabisan akal dan kata-kata. Bagaimana cara menghadapi Leo? Dia berpikir sangat keras itu.

Sepertinya Bianca memikirkan sesuatu setelah dua menit merenung. Dirinya tidak bisa meminta secara baik-baik maupun merontak karena kalah kekuatan, satu-satunya pilihan mungkin adalah membuat kesepakatan.

“Ayo buat kesepakatan,” tawar Bianca.

Leo mengangkat alis, menatap penuh tanda tanya. “Kesepakatan?”

“Kau tidak mau membiarkan aku pergi dan aku tidak bisa pergi bahkan ketika aku memberontak. Aku tidak terima perlakuanmu tapi tidak ada yang bisa aku lakukan. Makanya ayo kita buat kesepakatan.” Bianca menjelaskan, “biarkan aku pergi dan kau boleh mengejarku. Bila aku bertemu Gavin terlebih dulu sebelum kau menangkapku, kau harus meninggalkan aku.”

Terdengar menarik. Sebut saja permainan tikus dan kucing. Leo bertanya, “Dan bila aku menangkapmu terlebih dulu sebelum kau bertemu Gavin?”

Bianca tidak memikirkan untuk yang satu itu, jadi dia sembarangan menjawab, “apa yang kau inginkan? Aku akan mengabulkan satu permintaan untukmu, kecuali bercerai dan sejenisnya.”

“Apa yang aku inginkan?” Entah mengapa cara Leo mengulang kalimat itu membuatnya terdengar horor. Bianca mengabaikannya karena berpikir dirinya tidak akan gagal. Dia tahu betul Gavin ada di rumah di jam seperti ini dan pintu tidak akan dikunci sebelum pukul sepuluh malam. Juga terlalu banyak tempat persembunyian di mana Leo akan kesulitan menemukannya. Jadi, tidak ada alasan untuk kalah.

“Kau terus melarangku, jadi apakah cukup adil?” Sesuai dugaan Bianca. Leo tidak menolak dan mulai mengganguk pelan. “Kau adalah pria. Aku harap kau tidak ingkar hanya karena kalah.”

“Aku kalah?” Leo terkekeh kecil. Biar Leo tegaskan, ini adalah kesempatan langka di mana Bianca sendiri menjadi orang yang menawarkan kesempatan. Mustahil Leo kalah. Dia akan melakukan apa pun untuk menang tanpa menyia-yiakan kesempatan langka ini. “Sepertinya aku yang harus berkata begitu, Bian. Kau tidak boleh ingkar hanya karena kau adalah perempuan.”

Bianca tidak yakin tapi dia perlu kesempatan itu. Bianca mengulurkan tangannya. “Deal?”

Leo menjabatnya setelah terdiam sebentar. “Deal. Kau boleh pergi sekarang.”

Bianca tidak membuang waktu. Dia menarik tangannya dan bergegas kabur meninggalkan rumah. Kebetulan ada taxi ketika dia mencapai pagar. Bianca buru-buru melambaikan tangan dan masuk ke dalamnya setelah kendaraan itu berhenti. “Ke jalan XX. Cepat, Pak!”

Sementara itu, Leo masih menunggu di posisinya. Harus diakui, Leo kagum pada semangat Bianca untuk menemui suaminya tapi bukan berarti Leo berniat mengalah. Dia meraih hp dari saku celana dan melakukan panggilan telepon.

Dua kali dering sebelum panggilan itu diangkat. “Kau bersama Gavin?” tanyanya. Ketika pria dari seberang sana menjawab, secarik senyuman hadir di wajah tampannya.

“Kena kau, Bian …”

1
Jennifer Alexander
thorr semangat thorr aku di sini menunggu kelanjutan ceritanya /Drool//Smirk/
Kravei: Thank uuu🥰🥰🫶
total 1 replies
Masdi Masdi
sebenarnya AQ merasa Gavin GX cinta hanya merasa terbiasa aja jdi GX mau kehilangan. kalo Leo itu cinta Krn sebegitu terluka nya pun dia berusaha keras untuk tetap bertahan dgn hati tentunya tidak baik² saja untung nya GX sampai gila. di pertahankan pun selamanya Bianca tx akan pernah bahagia.
Kravei: Hihi wajib nantikan flashback di mana Leo galau parah karena Bianca mau persiapan nikah xixi
total 1 replies
Masdi Masdi
hai,,,salam kenal kak... rajin² update ya kak,agar kita GX lupa alur ceritanya.... sampai disini cerita nya bagus banget. AQ suka.🥰🥰🥰🥰🥰🥰
Kravei: Siap, Kak … bakalan ditambah babnya kalau makin ramai
Makasih karena sudah meninggalkan komentar🥰<3
total 1 replies
Jennifer Alexander
thorr lanjutin ya ceritanya..ada aku di sini yg selalu menunggu kelanjutannya.. ceritamu bagus...kalo episode nya lebih banyak pasti lebih banyak yg baca /Smirk/
Kravei: Hihi makasih banyak, Kak🥰 nanti kalau makin rame, babnya ditambah juga yaaa <3
total 1 replies
Jennifer Alexander
lanjutkan thorr aku menunggu karyamu /Applaud//Kiss/
Jennifer Alexander
lanjut Thor aku sukaaa bangettt
Jannah Sakinah
Semangat Thor nulisnya. rajin update ya. hehehe
Bening Hijau
ikut event dong cerita ini bagus banget
Bening Hijau
sama q juga pecinta second lead
Bening Hijau
bagus banget alur nya
Bening Hijau
bagus banget
Kravei
Hi, salam kenal, Kak🥰
Amelia
halo salam kenal ❤️🙏
Mưa buồn
Jujur aja, ini cerita paling baik yang pernah aku baca.
Kravei: Awww thank you, Akak🥰
total 1 replies
Fatima Rubio
Wah, cerita yang luar biasa! Semangat terus author!
Kravei: Hi, Kak
Makasih ya🥰
Jangan lupa dilika dan follow supaya tidak ketinggalan!
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!