NovelToon NovelToon
Tetaplah Disini

Tetaplah Disini

Status: tamat
Genre:Tamat / Cintapertama
Popularitas:115.9k
Nilai: 5
Nama Author: Ayu

Mahendra laki laki tegas dan berpendirian, ia jatuh cinta pada Retno adik tunangannya.
Satu malam Hendra melakukan kesalahan besar pada Retno, sehingga membuat gadis itu pergi meninggalkan kota kelahirannya.
Bertahun tahun Hendra hidup dalam penyesalannya, hingga tujuh tahun kemudian Retno kembali ke kota kelahirannya dengan calon suaminya.
apakah yang akan terjadi pada Retno dan Hendra, apakah kebencian masih menguasai hati Retno? dan masihkah Hendra mencintai Retno?, selamat membaca..

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

perapian

Waktu sudah menunjukkan jam tujuh malam, Retno yang sempat tertidur karena malas berpikir itu terbangun,

Tentu saja ia lapar, diambil HPnya, di telpon berkali kali kakaknya itu, tapi tidak juga mendapat jawaban, sampai akhirnya terdengar suara ketukan pintu.

" Ret, ayo kita makan?" suara Hendra dari luar,

Retno tidak langsung menjawab,

" tok tok tok..!" di ketuk lagi pintu kamar Retno oleh Hendra,

" Retno?" suara Hendra lagi,

Mendengar itu Retno yang sudah lapar itu akhirnya bangkit, ia membuka pintu, terlihat hendra berdiri disana, laki laki bertubuh tinggi dan gagah itu tampak sudah mengganti bajunya, ia memakai celana panjang berwarna hitam dan kaos lengan panjang berwarna putih.

Rambutnya kelihatan mengkilat karena basah, tampaknya bukan Pomade, tapi laki laki itu baru saja selesai mandi.

Bau parfum segar juga samar samar sampai di hidung Retno, gadis berusia delapan belas tahun itu tampak sedikit tertegun dengan penampilan Hendra yang tidak pernah ia lihat sebelumnya, laki laki itu terlihat tampan dan segar.

" Dimana mbak Ratna?" tanya Retno setelah menyadarkan dirinya dari ketertegunannya,

" Ratna sedang keluar, kita makan saja dulu, tidak perlu menunggunya," jawab Hendra.

" dia belum kembali sejak tadi??" tanya Retno dengan dahi berkerut,

" belum," jawab Hendra tenang.

Retno menatap Hendra heran,

" kenapa mas ijinkan?" tanya Retno,

" selama dia bisa menjaga diri.." jawab Hendra tenang,

Keduanya saling menatap,

" tidak masuk akal..!" gerutu Retno terdengar oleh Hendra,

" apa yang menganggu pikiranmu Ret?" tanya Hendra tau benar Retno terlihat tidak senang.

" manusia mana yang tidak terganggu? Apa kalian menganggap ku anak kecil sehingga berbuat seperti ini?

Apa kalian berpikir kalau aku selamanya akan diam dan tidak melaporkannya pada ayah dan ibu?" Retno kesal,

" kau bicara seakan akan kami berbuat suatu kesalahan yang besar,

Kakakmu bahagia dengan Didit.. Lalu dimana salahnya?" jawab Hendra masih tenang,

" kalian kan sudah lama bertunangan dan akan menikah?!" protes Retno,

" kakakmu belum menjadi istriku.. Di masih punya waktu untuk bermain sebelum terikat denganku.."

" bermain? dengan mas Didit?"

" dengan orang yang membuatnya merasa nyaman.." suara Hendra tenang.

Lama Retno diam dengan perasaan tidak senangnya, dan Hendra pun menunggu kesediaan gadis itu untuk pergi dengannya ke ruang makan.

" Bisa kita makan sekarang? Ikan bakarnya sudah matang Ret.. Ayolah, kau tidak lapar?" tanya Hendra,

" kau boleh marah pada kakakmu nanti, padaku juga, tapi setelah kita makan..

Aku tidak mau kau telat makan dan sakit, apa kata pak Dhe dan budhe nanti?" Hendra sedikit menundukkan tubuhnya untuk melihat wajah Retno yang di tekuk.

Laki laki yang tidak banyak bicaranya itu, tiba tiba saja banyak bicara pada Retno, wajahnya pun tidak terlihat se acuh biasanya.

" Retno? Kita disini untuk merayakan tahun baru, bersantai dan menikmati waktu.. Bukan untuk kesal atau marah..

Jika nanti kakakmu belum datang dan kedua orang kita sudah pulang,

Aku berjanji tidak akan menutupi apapun, dia akan menanggung resikonya sendiri..

Karena dia pun berjanji padaku hanya keluar sebentar saja..

Bagaimana? Bisa kita keruang makan sekarang?" Hendra menunggu jawaban dengan sabar.

Hingga akhirnya perut Retno yang lapar itu tidak mau menunggu lagi,

" ya sudah!" Retno akhirnya berjalan terlebih dahulu,

Melihat itu Hendra mengulas senyum, ia senang, ini kali pertamanya makan berdua saja dengan Retno, tidak sia sia Ratna keluar dengan Didit pikirnya.

Keduanya sampai di ruang makan, sementara di samping ruang makan ada pintu kaca besar yang terbuka, pintu itu menghubungkan ruang makan dan taman kecil disamping rumah.

Rupanya disana ada dua orang yang sedang sibuk membakar ikan, daging dan jagung.

Satu persatu makanan yang sudah matang itu di sajikan di atas piring di atas meja makan.

" Makanlah.. Yang kenyang.." ujar Hendra duduk berhadapan dengannya.

Laki laki itu juga tampak mengisi piringnya dengan nasi dan lauk yang sudah tersedia.

Rasa enggan dan takut yang sempat dirasakan Retno Sirna melihat dua orang asisten yang sedang sibuk membakar ikan dan daging itu.

Retno yang lapar makan dengan baik, rasa lapar membuat kecanggungan nya hilang.

Melihat Retno makan dengan baik tentu saja Hendra senang.

" Kabut di luar tebal mas, sepertinya hujan kabut.." kata seorang asisten masuk sembari membawa minuman hangat dan meletakkannya di atas meja.

" Ya sudah, cukup.. Nanti kalau papa mama sudah datang bakar lagi, kalian masuk saja, dan jangan lupa makan juga," jawab Hendra yang sudah menyelesaikan makannya.

Laki laki itu menatap Retno yang juga sudah menyelesaikan makannya.

" Kau mau menunggu kakakmu denganku di depan perapian?" tanya Hendra,

" di luar sedang hujan kabut, pasti hawanya lebih dingin malam ini," imbuh Hendra.

" Tidak, aku di kamar saja, " jawab Retno, setelah meminum teh hangat, Retno bangkit dari tempat duduknya, ia segera berjalan kembali ke dalam kamarnya.

melihat itu Hendra hanya bisa diam, tentu saja ia tidak bisa memaksa Retno.

Sekitar lima belas menit Retno di kamar, terlihat kilatan kilatan petir di luar, lalu tidak lama terdengar suara hujan turun.

Retno yang resah tentu tidak bisa tenang, ia takut, karena ini bukan rumahnya, ia juga takut karena kakaknya dan kedua orang tuanya tidak kunjung datang, bukankah ini malam tahun baru, lalu kenapa semua orang meninggalkannya?.

Dengan gerakan kesal bercampur rasa takut, Retno bangkit dan berjalan ke arah pintu, di buka pintu itu,

Betapa terkejutnya ia melihat Hendra yang duduk tenang di samping pintu kamarnya, laki laki itu duduk di single sofa yang sepertinya sengaja ia pindahkan dari ruang tengah.

laki laki yang memegang sebatang rokok itu menatap Retno yang sedang heran karena kehadirannya di depan kamar Retno.

" Di luar tiba tiba hujan deras, kilat juga menyambar kesana kemari," kata Hendra,

" aku tau," jawab Retno menyembunyikan ketakutannya.

" Aku akan berjaga jaga disini, tidurlah.." kata Hendra dengan suara tenang nya.

Namun Retno tetap tidak tenang, ia ingin melihat keluarganya pulang.

" Tidak, aku ingin menunggu mbak Ratna pulang, ibu dan ayah juga." terlihat sekarang keresahan Retno.

Hendra menghela nafas pelan,

" kakakmu akan baik baik saja, Didit pasti menjaganya, Didit bukan laki laki jahat.." Hendra menenangkan,

" Mana aku tau," jawab Retno

" pak Dhe, budhe, papa dan mama juga sedang pertemuan dengan teman teman lamanya, jaraknya tidak begitu jauh, jadi tenanglah.. Wajar mereka sedikit lama, namanya saja bertemu dengan teman teman lama.." imbuh Hendra, namun wajah Retno masih tidak tenang.

" Baiklah, ayo kita keruang tengah, kau bisa menonton tv sembari menghangatkan tubuhmu.." Hendra akhirnya bangkit, ia mematikan rokoknya di asbak dan berjalan ke arah ruang tengah.

Retno berjalan mengikuti Hendra ke ruang tengah, sesampainya di ruang tengah Hendra menyalakan tungku perapian.

Retno sempat heran, ia memang tinggal di daerah yang dingin, tapi dirumahnya tidak terdapat perapian, awal datang ke villa ini, ia berpikir, perapian itu hanya di gunakan untuk hiasan saja.

" Di daerah ini perapian cukup membantu, karena hujan kabut sering turun, dan tentu saja cuacanya lebih dingin dari pada rumah kita di bawah," jelas Hendra sembari sibuk menata kayu agar api yang sudah ia nyalakan tetap hidup.

Retno menatap perapian itu, baru kali ini dia mendapatkan pengalaman yang seperti ini, Hendra pun yang biasanya ia lihat sebagai sosok yang acuh, kini terlihat begitu perduli padanya.

Ada apa ini, pikir Retno, kenapa seharian ini Hendra terlihat begitu menarik, ini terjadi karena situasi, atau karena sosok Hendra memang sudah lama menarik? Hanya saja Retno tidak pernah menyadarinya.

Laki laki itu lebih matang dari Didit, lebih tampan, dan bahkan lebih mapan, lalu kenapa kakaknya itu menyia nyiakan hal yang seperti ini?.

Retno mundur, memperbaiki posisi duduknya karena ia tiba tiba merasa canggung kembali.

1
dyul
sederhana, enak di baca.... ada typo sedikit, tapi tak mengurangi makna, semangat menulis mbak ayu
ayuningdianti: terimakasih kak.. sy akan berusaha LBH baik..😊🙏
total 1 replies
dyul
akhir bahagia.... 😍
dyul
nurut mbak.... jgn berlarut, life must go on
dyul
Laila..... jgn sedih terus kasian si mbok😭
dyul
😭😭😭😭😭
dyul
wah.... mbok.... 😭😭😭🤫
dyul
hehehe.... mas ilham ini sat set, gercep.... bikin Laila meleleh🤭🤭
dyul
yes.... sah....., mas ilham... ikut bos ketemu jodoh, cie.... pengantin anyar..... 🤣🤣🤣
dyul
waduh..... si mbok keren sat set.... jgn sampai mantu idaman hilang🤣🤣
dyul
Mas ilham.... mbok ya lamaar langsung, gak sabar kalian sah😍😍😜
dyul
Tuh.... agresif..... kata pak bos.....
Dia aja kasih DP duluan, sampai Retno masuk angin🤣🤣🤣🤣
dyul
tuh.... mas Hendra.... kayak ilham sat set.... 🤣🤣🤣🤣
dyul
hahaha..... tak kirain terjadi hal2yg di inginkan..... ternyata abis ungkapin rasa, di ketok pintunya🤣🤣🤣
dyul
aw... aw..... meleleh hati adik bang🤣🤣🤣
dyul
Adu.... du.... sweet mas ilham😍😍😍
dyul
Duh mbak.... utg di temukan.... bisa2 di unboxing org gak di kenal
dyul
Sah..... 😭😭😭
dyul
cie.... dpt nomor telp
dyul
so sweet..... tembak langsung dong😜😍
dyul
am..... pegimane ada tempat plg....?
girang kan🤣🤣🤣
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!