Dear, My Love

Bugh!!!

Seorang pria tersungkur di sebuah ruang keluarga yang biasanya menjadi tempat favorit di keluarga itu.

Di ruangan tersebut juga duduk beberapa orang dewasa yang hanya bisa diam dan berteriak kaget saat seorang pria yang berusia pertengahan tiga puluhan itu menghajar lelaki yang lebih muda darinya itu.

"Mas gak menyangka kamu bisa seberang*ek itu, Rama. Mas malu punya adik seperti kamu, dasar laki-laki kurang ajar." ucap Rahardian dengan emosi lalu menghajar adiknya lagi.

Sementara Bu Dewi hanya bisa menangis saat melihat putra bungsunya babak belur dihajar oleh putra sulungnya. Setelah tadi Zaki sempat meninju wajah tampan Rama.

Wanita paruh baya itu tak bisa berbuat apapun, karena secara tak langsung dia juga ikut andil dalam perbuatan jahat anak bungsunya itu.

Ramadhan sudah melakukan kesalahan fatal yang membuat mereka semua kecewa. Bahkan saat ini menghajar Rama sampai tak sadarkan diri pun tak akan bisa mengembalikan keadaan seperti sedia kala.

"Mas, udah cukup. Bisa mati Rama, kalau kamu hajar begitu." pekik Raina mencoba menahan suaminya yang terbawa emosi itu.

Raina menjadi tameng dengan berdiri diantara suaminya dan juga adik iparnya yang sudah tak berdaya itu.

Wajah Rama sudah tak seperti wajahnya lagi, darah pun mengalir dari hidung dan sudut bibirnya.

Namun, tak sekalipun duda muda itu mengelak ataupun membalas pukulan dari kakaknya.

Raina memeluk suaminya, berharap bisa meredam kemarahan Rahardian. Rahardian mendengar suara istrinya yang meringis karena bayi di perut istrinya bergerak.

Rahardian pun segera melepaskan Rama, dia tak mau Raina kenapa-kenapa apalagi saat ini istrinya itu sedang hamil tua dan mereka sedang menunggu hari kelahiran adik Rayyan dan Raisa itu.

"Sekarang kamu cari Anya, mas gak mau tau. Kamu jangan pernah kembali ke keluarga ini jika tak bisa menemukan Anya dan membawanya pulang." kata Rahardian dengan geram.

"Dan ibu, selama ini ibu selalu saja mendukung perbuatan Rama. Padahal kami sudah mewanti-wanti agar tak terlalu ikut campur urusan mereka. Anya berhak punya pilihan hidup, Bu. Dia bukan boneka yang bisa ibu pasang-pasangkan sesuka hati." kata Rahardian pada ibunya.

Bu Dewi pun semakin merasa bersalah dan semakin menangis. Bu Vivi pun memeluk dan menenangkan sahabat sekaligus besannya itu

Sementara di meja makan, April sedang duduk dan menangis dalam pelukan suaminya, Zaki.

Jika saja tak memikirkan keadaan April yang sedang hamil muda, Zaki pasti akan ikut Rahardian menghajar Rama.

Zaki melihat ke arah dua wanita paruh baya yang terlihat sedih dan kecewa. Tak ada suara yang keluar dari bibir ibunya dan juga Bu Dewi, mertua sang kakak kecuali suara tangisan.

Zaki memikirkan nasib adik iparnya yang sekarang tak tau berada di mana.

"Sudah sayang, jangan menangis lagi. Kamu tenang ya, abang dan mas Iyan bakalan meminta teman-teman kami mencari Anya." kata Zaki menenangkan istrinya.

"Anya tak punya siapapun selain aku, bang. Gimana kalau Anya memikirkan jalan pintas dan..."

"Sst... Gak ada kayak begitu, sayang. Anya itu cerdas, dia tak akan berpikir pendek seperti itu. Tak seperti bajin*an yang sedang bersimpuh di sana. Rasanya kepengen mas kebiri aja dia, biar gak bisa dipakai lagi itu burung." kata Zaki dengan kesal.

Tadi siang saat mendengar satpam sekolah yang mengabarkan ada siswi yang diculik, Zaki pun langsung bertanya pada si satpam itu.

Niatnya, kepengen eksis biar dilihat oleh para guru SMA nya jika dia adalah polisi yang sigap saat mendapatkan laporan dari masyarakat.

Namun, setelah melihat CCTV dan tau siapa yang diculik dan yang menculik, Zaki mendadak lemas.

Dia pun segera menghubungi mas Iyan yang saat ini sedang menemani Raina dan anak-anak, termasuk Alif ke mall untuk membeli beberapa pakaian dan sepatu untuk Anya kuliah nanti.

Karena tak mau membuat khawatir ibu dan April, akhirnya Zaki pun berbohong pada dua wanita kesayangannya itu dengan mengatakan jika Anya dijemput oleh Rama. Namun, Bu Dewi juga ikut bersama mereka.

Akhirnya mereka pun segera pulang setelah menjelaskan pada sekolah jika Rama adalah saudara mereka.

"Kenapa kamu setega itu sama Anya, Ram? Kamu tau kan Anya itu sudah yatim piatu, dia hanya punya mbaknya dan kami. Seharusnya kamu itu menjaganya, bukan merusaknya." kata Raina saat melihat suaminya yang sudah mulai sedikit tenang.

"Kalian juga tega padaku. Menjauhkan Anya dariku, diam-diam berencana membawa Anya pergi. Kalian juga jahat padaku. Padahal aku sudah menunjukkan keseriusanku yang mencintai Anya." kata Rama yang akhirnya membuka suara untuk pertama kalinya.

Mendengar itu, Rahardian yang tadi mulai tenang pun emosi kembali dan ingin menghajar adiknya lagi

"Mas Iyan, diam dulu!! Biar aku yang bicara. Mau mas hajar si Rama lagi, juga percuma. Anya kabur dan gak tau ada dimana" kata Raina yang menahan suaminya agar tak memukul adiknya lagi.

"Kamu sadar nggak, apa yang kamu lakukan itu salah, Rama? Kamu gak berniat menjauhkan Anya dari kamu. Hanya saja saat ini kami ingin Anya tenang dan fokus dulu dengan pendidikannya." kata Raina dengan lembut. Dia tau watak Rama yang keras dan tak bisa dikeraskan.

"Setelah semuanya siap dan beres baru kami memberi tahu kamu. Kami yakin, jika kamu tau Anya akan ke Jogja, kamu pasti Bakan berusaha menggagalkannya. Dan terbukti dengan apa yang kamu lakukan hari ini. Kamu tau kan apa impian Anya. Seharusnya kamu mendukungnya jika memang benar-benar mencintainya" kata Raina

Rama menunduk setelah mendengar ucapan kakak iparnya. Benar dia memang salah karena merusak kehormatan Anya.

"Maaf." kata Rama lirih.

"Bukan kami yang berhak mendapatkan kata maaf itu, Ram. Hanya Anya yang berhak mendapatkan permintaan maafmu dan dia juga berhak untuk tak memaafkanmu." ucap Raina yang langsung menohok hati Rama.

Rama rela terus bersujud di kaki Anya dan meminta maaf padanya, tetapi apakah Anya mau memaafkannya.

"Sekarang kita semua cari Anya, bukan hanya Rama. Dan setelah Anya ditemukan, dia berhak menentukan apakah dia mau menerimamu atau tidak. Dan kami akan mendukung apapun keputusan Anya." kata Raina.

Rama merasa berat dengan keputusan kakak iparnya, namun saat ini dia tak bisa menolak. Mencari keberadaan Anya lebih penting.

Tadi Rama disergap oleh Rahardian dan Zaki saat hendak menaiki mobilnya di rumah makan tempatnya singgah tadi.

Rama sempat mengamuk di sana saat tau Anya kabur dan dibantu oleh salah satu pegawai rumah makan itu.

Ternyata Rahardian dan Zaki sempat mencari mereka ke vila di tepi pantai milik temannya itu.

Dan di sanalah mereka tau jika Anya sudah direnggut kesuciannya oleh Rama saat melihat pakaian kebaya Anya yang sudah robek dan juga selimut dan sprei yang terkena noda darah.

Rahardian dan Zaki pun geram dan memaki Rama sepanjang jalan mencari Rama. Dan teman-teman Rahardian yang dimintai tolong untuk melacak ponsel Rama pun mengatakan jika lelaki itu berada di sebuah rumah makan.

Saat melihat Rama yang hendak menaiki mobilnya, Zaki dan Rahardian pun segera menangkapnya dan membawanya dengan mobil Rahardian. Sayangnya Anya sudah kabur dan tak tau kemana.

Sepanjang jalan Zaki terus menerus menghajar Rama. Sementara Rahardian diam saja menahan geram. Kakak Rama itu ternyata ingin menghajar Rama ketika di rumah. Karena dia ingin menghajar adiknya itu habis-habisan.

❤️❤️❤️

Jangan lupa likenya ya 🤗