La Tahzan

Sebelum pulang ke kontrakan, Vira mampir dulu ke sebuah toko untuk membeli beberapa baju untuk bekerja besok. Vira memilah-milah baju yang cocok dan membeli beberapa kerudung juga. Tidak lupa, dia pun mampir ke toko bahan-bahan makanan untuk membeli keperluan makanan yang dia butuhkan.

Vira memperhatikan paper bag yang dia bawa. “Alhamdulillah, semua keperluan sudah terpenuhi sekarang tinggal semangat menjalani hidup dan menata kembali kehidupanku dari awal,” batin Vira.

Setelah mendapatkan semua yang dia butuhkan, Vira pun memutuskan untuk pulang ke kontrakan.

Berbeda dengan Vira yang mulai menata lagi kehidupannya dari awal dan berusaha melupakan Yusuf, lain halnya dengan Yusuf yang sama sekali tidak bisa melupakan Vira dan masih berharap Vira mau kembali lagi kepada dirinya. “Bagaimana keadaan Vira sekarang? Apa dia masih di sini atau sudah pulang ke kampung halamannya?” batin Yusuf.

Yusuf sangat mengkhawatirkan keadaan mantan istrinya itu. Vira adalah seorang anak yatim, dulu Yusuf berjanji kepada Mamanya Vira akan menjaga dan mencintai Vira tapi sekarang kenyataannya dia malah menyakiti Vira. Yusuf merasa sangat menyesal dan penyesalan itu sepertinya akan terus menghantui diri Yusuf.

Sore ini Yusuf berencana akan mengunjungi pondok pesantren, dia ingin menanyakan tentang keberadaan Vira. Sesampainya di pondok pesantren, Yusuf langsung menuju kediaman Hamid dan Aisyah. “Ada apa kamu datang ke sini, Yusuf?” tanya Abah Hamid.

“Maafkan Yusuf, Abah. Yusuf hanya ingin tahu kabar Vira,” sahut Yusuf dengan menundukkan kepalanya.

“Yusuf, kamu tahu kan sekarang kamu dan Vira sudah bukan suami istri lagi? Dan kamu juga tahu bagaimana hukumnya menanyakan wanita yang bukan istri kamu.” Hamid menyindir Yusuf membuat Yusuf seketika bungkam.

“Abah, Vira adalah seorang yatim di sini dia tidak punya siapa-siapa jadi Yusuf hanya ingin memastikan saja kalau Vira baik-baik saja karena Yusuf dulu sudah berjanji kepada Mamanya untuk menjaga Vira,” seru Yusuf.

“Kamu tenang saja, Vira sudah dewasa dia pasti akan bisa menjaga dirinya sendiri. Jadi sekarang lebih baik kamu pulang, kasihan anak dan istrimu yang sudah menunggu di rumah. Jangan sampai kamu menambah dosa kamu!” jelas Abah Hamid.

Yusuf tidak bisa berkata apa-apa lagi, akhirnya dia pun memutuskan untuk pulang. Ternyata Adam sudah menunggu kepulangan Yusuf, pada saat Yusuf sampai rumah, Adam langsung berlari dan memeluk Yusuf. Yusuf dengan senang hati menggendong Adam dan menciumi seluruh wajah Adam.

“Maafkan Papa, sayang. Papa bukanya membenci kamu tapi Papa membenci diri Papa sendiri yang sudah melakukan kesalahan besar demi mempunyai kamu,” gumam Yusuf dengan tatapan sedihnya.

***

Keesokan harinya...

Vira mematut penampilannya di depan cermin, walaupun dia seorang janda tapi kecantikannya tidak kalah dengan para gadis di luaran sana. Setelah dirasa sudah pas, Vira pun segera sarapan dan tidak lupa dia juga memesan taksi online. Vira sedikit terburu-buru karena dia tidak ingin sampai terlambat di hari pertamanya bekerja.

“Bismillah, ya Allah berilah kelancaran untuk hamba menjalani semuanya,” batin Vira.

Jalanan di pagi hari memang selalu macet, sehingga Vira pun membutuhkan waktu lumayan sedikit lama.

“Selamat pagi, Mbak! Saya Elvira, karyawan yang kemarin diterima bekerja di perusahaan ini. Maaf, saya ditempatkan di bagian apa, ya?” Vira bertanya dengan sopan kepada resepsionis.

“Sebentar Mbak, saya cek dulu.”

Resepsionis itu segera mengecek komputernya. “Atas nama Elvira Haviza, anda saat ini di tempatkan di bagian Marketing dan ruangannya berada di lantai 3,” seru Resepsionis dengan ramah.

“Baiklah, Terima kasih, Mbak.”

Vira pun masuk ke dalam lift menuju lantai 3. Perusahaan itu memang sedikit unik dan Vira baru menemukan perusahaan yang sebagian besar karyawannya memakai hijab. Vira merasa bahagia karena bukan dia saja yang memakai hijab.

“Alhamdulillah sepertinya aku tidak salah masuk perusahaan, dan dibalik ini semua pasti ada campur tangan dari Allah,” batin Vira.

Baru saja pintu lift itu akan tertutup, Tiba-tiba sebuah tangan menahannya. Dua orang pria masuk ke dalam lift, Vira berusaha menggeser tubuhnya supaya tidak berdekatan dengan dua pria itu. Vira sedikit melirik, seorang pria seusia Yusuf berdiri dengan gagahnya namun Vira tidak bisa melihat wajahnya karena pria yang satu lagi menghalanginya.

Tidak lama kemudian, pintu lift terbuka dan kedua pria itu keluar. “Ya Allah, pria itu kok dijaga banget ya, apa jangan-jangan itu Bosnya,” batin Vira.

Vira tersadar dari lamunannya karena pintu lift terbuka kembali. Vira keluar dari dalam lift itu dan terlihat di depannya sebuah ruangan yang terdapat nama ruangan marketing. Perlahan Vira masuk, ternyata suasana di dalam ruangan belum terlalu ramai karena memang belum waktunya masuk.

“Assalamualaikum.”

“Waalaikumsalam.” Semua orang yang berada di dalam ruangan menoleh ke arah pintu.

“Maaf, perkenalkan nama saya Elvira, saya karyawan baru di sini jadi mohon bantuannya,” seru Vira dengan sopan.

Di luar dugaan, semua karyawan di sana menyambut Vira dengan ramah membuat Vira semakin bahagia. Hari pertama Vira bekerja, berjalan dengan sangat lancar bahkan Vira sudah mulai akrab dengan sebagian karyawan di sana. Sifat Vira yang ramah dan sopan membuat semua karyawan langsung menyukai Vira.

“Vira, sudah waktunya makan siang, ayo kita ke kantin!” ajak Mia, salah satu teman baru Vira.

“Ayo.”

Vira dan Mia pun segera menuju kantin kantor untuk makan siang. Vira dan Mia saling bertukar cerita, mereka seperti sudah kenal lama padahal baru tadi pagi bertemu. “Vir, ternyata kamu orangnya asyik juga dan gak jaim, aku suka sama orang seperti kamu,” puji Mia.

“Sama, kamu juga asyik kok,” sahut Vira dengan senyumannya.

“Oh iya, apa kamu sudah menikah?” tanya Mia.

“Aku baru saja bercerai,” sahut Vira.

“Hah serius? Aku pikir kamu masih gadis loh, soalnya kamu tidak kelihatan sudah menikah.” Mia sampai terkejut dengan jawaban Vira, Mia mengira kalau Vira belum menikah.

“Ah kamu bisa saja.”

“Kalau boleh tahu, kenapa kamu bisa sampai bercerai? Mantan suami kamu bodoh ya, sudah punya istri secantik dan sesempurna kamu masih saja disia-siakan, dasar pria tidak pintar bersyukur ya seperti itu,” kesal Mia.

“Aku bukan wanita sempurna, Mia. Buktinya dia lebih memilih wanita lain dibandingkan aku itu artinya aku adalah wanita yang banyak sekali dengan kekurangan,” sahut Vira.

“Aku jadi takut untuk menikah. Kamu saja yang cantik masih bisa diselingkuhi, apa lagi aku yang mempunyai wajah pas-pasan,” seru Mia.

“Tidak boleh bicara seperti itu, semua wanita itu cantik hanya saja masih banyak pria yang tidak bersyukur memiliki kita,” sahut Vira dengan senyumannya.