NovelToon NovelToon
Inspace

Inspace

Status: sedang berlangsung
Genre:cintapertama / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Percintaan Konglomerat / Diam-Diam Cinta
Popularitas:3.2k
Nilai: 5
Nama Author: camey smith

Dalam keheningan hidup yang terasa hampa, Thomas menemukan pelariannya dalam pekerjaan. Setiap hari menjadi serangkaian tugas yang harus diselesaikan, sebuah upaya untuk mengisi kekosongan yang menganga dalam dirinya. Namun, takdir memiliki rencana lain untuknya. Tanpa peringatan, ia dihadapkan pada sebuah perubahan yang tak terduga: pernikahan dengan Cecilia, seorang wanita misterius yang belum pernah ia temui sebelumnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon camey smith, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Manly Man

Setelah perjalanan singkat mereka akhirnya tiba di bukit yang telah lama dinanti. Matahari bersinar terang di langit biru tanpa awan, menyambut kedatangan mereka dengan hangat. Bukit itu terbentang luas dengan rerumputan hijau yang tampak seperti permadani alami, sempurna untuk sebuah piknik.

Helena adalah yang pertama melompat keluar dari mobil, tangannya terentang lebar seolah ingin memeluk seluruh pemandangan. "Ini dia! Tempat yang sempurna untuk menghabiskan hari!" serunya dengan antusias.

Fabio mengikuti dengan tas piknik di tangan, "Ayo, siapa yang cepat dia yang dapat tempat duduk terbaik!"

Cecilia dan Thomas keluar lebih santai, menikmati keindahan yang terhampar di depan mata. "Wow, ini benar-benar indah," kata Cecilia, terpesona.

Thomas yang masih sedikit cemberut karena rencana sarapannya yang berantakan, tidak bisa menahan senyum melihat kegembiraan di wajah Cecilia. "Ya, tidak buruk untuk 'plan B'," ujarnya.

Mereka menemukan tempat yang teduh di bawah pohon besar, dengan pemandangan lembah yang menakjubkan. Fabio segera menyebarkan selimut piknik, sementara Helena mulai mengeluarkan bekal makanan.

"Siap-siap untuk sesi foto!" kata Helena, sambil mengeluarkan kamera dari tasnya.

Thomas menggelengkan kepala, "Kalian ini, piknik atau sesi foto sih?"

Cecilia tertawa, "Dua-duanya, Thomas.”

Di atas bukit yang hijau, angin sepoi-sepoi berhembus, membawa aroma bunga dan rumput yang segar. Fabio yang selalu punya ide untuk membuat suasana menjadi lebih hidup, tiba-tiba berdiri dan mengumumkan, "Aku punya permainan! kita akan melakukan 'Piknik Pose-off'!"

Helena yang tidak pernah ketinggalan kesempatan untuk bersinar langsung setuju. "Aku siap! Siapa yang paling kreatif dengan pose mereka, menang!"

Cecilia tertawa, "Aku tidak yakin ini ide yang baik, tapi aku ikut!"

Thomas, yang masih belum sepenuhnya melupakan sarapan romantisnya yang terganggu, mengangkat bahu. "Baiklah, tapi jika aku menang, kita akan mengadakan sarapan romantis tanpa kalian besok pagi."

Mereka berempat mulai berpose dengan berbagai gaya yang lucu dan konyol, dari berpura-pura menjadi patung hingga menirukan gerakan hewan. Tawa mereka bergema, menarik perhatian beberapa pengunjung bukit lainnya yang tidak bisa menahan diri untuk tidak ikut tertawa.

Helena dengan pose 'ratu drama' berteriak, "Lihatlah aku, aku adalah ratu bukit ini!"

Fabio dengan pose 'pahlawan super' menjawab, "Dan aku adalah pelindungnya!"

Cecilia yang memilih pose 'penari balet', berkata, "Dan aku adalah bintang pertunjukannya!"

Thomas, yang akhirnya memilih pose 'koki master', mengatakan, "Dan aku... aku hanya ingin sarapan yang tenang."

Tirai piknik mereka terbentang di atas rerumputan hijau yang lembut, sebuah selimut piknik berwarna-warni dengan motif geometris yang ceria. Di atasnya, berbagai hidangan lezat tersusun rapi: sandwich segar, buah-buahan berair, kue-kue kecil, dan sebotol jus jeruk yang dingin.

Helena yang selalu punya mata untuk estetika, mengatur posisi bunga liar yang mereka petik di sekitar bukit. "Lihat, ini akan membuat foto kita terlihat seperti dari majalah!" katanya dengan bangga.

"Asalkan kamu tidak memakan bunga-bunga itu sebagai salad, kita akan baik-baik saja," sahut Fabio sambil memberikan senyum khasnya.

Cecilia dan Thomas duduk berdampingan, menikmati kehangatan matahari dan semilir angin. Cecilia mengambil sandwich, "Ini enak sekali.“

Thomas yang akhirnya bisa menikmati hasil kerja kerasnya, tidak bisa menyembunyikan senyumannya. "Tapi lain kali, aku akan memastikan kita benar-benar berdua," katanya.

Mereka menemukan bahwa bukit itu tidak hanya menawarkan pemandangan yang indah, tetapi juga wahana alam yang menantang adrenalin. Di salah satu sisi bukit, terdapat flying fox yang melintasi lembah hijau, memberikan kesempatan bagi mereka untuk merasakan terbang di atas pohon-pohon.

"Siapa yang berani coba flying fox?" tantang Fabio dengan semangat yang membara.

Helena yang tidak pernah mundur dari tantangan, menjawab "Aku! Aku akan menunjukkan bagaimana seorang ratu terbang!"

Cecilia tertawa, "Aku akan merekamnya, ini harus masuk vlog!”

Thomas yang lebih suka kakinya menapak tanah hanya mengangkat bahunya. Di pinggir tebing yang menjulang, Thomas berdiri dengan kaki yang sedikit gemetar. "Aku tidak takut." katanya dengan suara yang berusaha terdengar tegas, meskipun matanya melirik ke bawah dengan rasa was-was.

Cecilia yang memperhatikan ekspresi Thomas bertanya dengan nada perhatian "Kamu yakin tidak bisa?”

Thomas mengangguk cepat, "Tentu, aku hanya... sedang mempersiapkan diri untuk terjun yang sempurna."

Fabio yang tidak pernah melewatkan kesempatan untuk bercanda, berkomentar, "Wah, Thomas, kamu terlihat seperti pahlawan film aksi yang siap untuk adegan klimaks!"

"Iya, hanya saja pahlawan film aksi biasanya tidak berkeringat dingin seperti itu." Helena menambahkan dengan tawa kecil.

Thomas yang merasa tertantang mengambil napas dalam-dalam dan berkata, "Baiklah, cukup bicaranya. Aku akan menunjukkan bagaimana seorang pria sejati melakukannya." Thomas menelan ludahnya berkali.

“Siapa yang duluan?" tanya Cecilia yang menangkap kilatan kecemasan di mata Thomas.

"Aku akan jadi yang pertama. Aku akan menunjukkan bagaimana superhero mendarat!" Teriak Fabio dengan senyum penuh keyakinan.

Helena tidak mau kalah, "Dan aku akan menunjukkan bagaimana seorang ratu mendarat dengan gaya!"

Thomas menghela napas, "Dan aku... aku hanya berharap aku mendarat dengan selamat."

Satu per satu mereka melompat, menyisakan Thomas dan juga Cecilia yang merekam kegiatan tersebut. “Apa kau takut?” Tanya Cecilia kepada Thomas yang sedari tadi belum juga melompat.

Thomas menegakkan badannya, mencoba menyembunyikan getaran di suaranya. "Tidak, aku tidak takut sama sekali. Aku adalah pria paling berani," katanya dengan penuh keyakinan.

Cecilia memandangnya dengan tatapan yang kurang yakin. "Oh, tentu saja. Pria paling berani yang pernah aku kenal," sahutnya dengan senyum yang menggoda.

Thomas berdiri di tepi tebing, matanya menatap ke arah cakrawala yang luas. Angin sepoi-sepoi bermain dengan rambutnya, seolah memberikan dukungan diam-diam. Ia mengambil napas dalam, mengisi paru-parunya dengan udara segar pegunungan, mencoba menenangkan detak jantungnya yang berpacu.

Cecilia, yang berdiri beberapa langkah di belakang, memperhatikan dengan penuh perhatian. "Kamu pasti bisa," bisiknya, suaranya hampir tenggelam oleh suara angin.

Helena dan Fabio, yang telah siap dengan kamera mereka, memberikan semangat. "Ini momenmu, Thomas! Tunjukkan pada kami bagaimana seorang pria sejati melompat!" teriak Fabio dengan penuh antusiasme.

Thomas menoleh ke belakang, memberikan senyum yang penuh percaya diri kepada Cecilia, meskipun di dalam hatinya ia merasa gugup. "Ini demi kau." katanya, sambil mengangkat tangan ke atas, memberikan isyarat bahwa ia siap.

Dengan satu langkah mantap, Thomas melangkah ke depan, merentangkan kedua tangannya seolah-olah ia adalah burung yang siap terbang. Dan dengan detak jantung yang terasa di seluruh tubuhnya, ia melompat.

Teriakan penuh adrenalin terdengar saat ia terjun bebas, angin menderu di telinganya. Namun saat mendarat, kakinya tidak menapak dengan sempurna. Sebuah rasa sakit tajam segera menyeruak dari pergelangan kakinya. “Aduh!” teriaknya, sambil berusaha tetap berdiri.

Cecilia, dengan kamera yang masih berada di tangannya, meluncur dengan penuh antusiasme di atas flying fox. Angin menerpa wajahnya, dan tawa cerianya terdengar sampai ke bawah. Saat dia hampir mendarat, matanya tertuju pada kerumunan orang di bawah yang tampak sibuk merawat arena flying fox. Di tengah-tengah mereka, dia melihat sosok Thomas yang sedang duduk, dikelilingi oleh petugas pertolongan pertama.

"Thomas!" teriak Cecilia, suaranya penuh kekhawatiran. Dia segera melepaskan diri dari harness flying fox dan berlari ke arah kerumunan itu.

Saat Cecilia mendekat, dia bisa melihat Thomas tersenyum lemah ke arahnya, mencoba menunjukkan bahwa dia baik-baik saja meskipun kakinya terbalut perban. "Aku baik-baik saja, Cil," kata Thomas, mencoba menenangkan istrinya.

Cecilia berjongkok di sampingnya, meletakkan kamera di samping dan memegang tangan Thomas. "Kamu membuatku khawatir," ujarnya, sambil memeriksa perban di kaki Thomas.

Helena dan Fabio mendekat, membawa botol air dan beberapa snack dari piknik mereka. "Kami sudah menghubungi dokter, dia akan segera datang," kata Helena, sambil memberikan air kepada Thomas.

Fabio, yang selalu mencari sisi terang, berkata dengan canda, "Nah, setidaknya kamu punya alasan untuk tidak membantu kami membersihkan setelah piknik!" Mereka semua tertawa ringan, mencoba meredakan ketegangan sambil menunggu petugas medis kayang.

1
Leo6urlss
Camila bener bener lu yeeee 🤣🤣
Leo6urlss
Wkwk andai menikah semudah itu pasti gw udh punya anak 5
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!