Saga, Kira Dan Luna adalah tiga bersaudara yang bisa melihat hantu. satu persatu arwah datang untuk meminta pertolongan. Kematian kedua orang tua yang misteriuspun masih menjadi misteri Dan mereka berusaha mengungkapkan siapa dalang di balik pembunuhan kedua orang tuanya. Dapatkah Saga, Kira Dan Luna mengungkap siapa dalang do balik pembunuhan Itu Dan dapatkan mereka menyelesaikan semua maslah para arwah gentayangan itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kirei39, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Saudara Kembar Bab 4
Luna berjalan bersama Zayyan melewati jembatan penyebrangan. Banyak yang tertarik melihat mereka berdua karena mereka terlihat seperti pasangan yang sangat serasi.
Zayyan sosok yang tampan juga tinggi sedangkan Luna sosok yang tidak terlalu tinggi, imut dan cantik. Jadi siapapun yang melihat mereka pasti akan merasa mereka adalah pasangan yang sangat serasi sekali.
Zayyan tersipu setiap melihat orang yang memperhatikan mereka dengan kagum, namun sebaliknya dengan Luna yang merasa tak nyaman dengan tatapan setiap orang.
"Kenapa mereka melihat kita seperti itu? Aku aneh ya? " tanya Luna.
"Tidak, kau tidak aneh. Justru kau terlihat sangat cantik. " jawab Zayyan.
"Mungkin orang mengira kita adalah pasangan yang serasi. " Zayyan begitu percaya diri dengan pikirannya.
"Kau tidak merasa kalau kita serasi? " Zayyan menatap Luna.
"Maksudmu? Aku tidak mengerti. " Luna tetap melanjutkan langkahnya walaupun Zayyan berhenti dan menatapnya.
Sepertinya Luna tak memiliki perasaan apapun, dia memang gadis polos yang di manja kedua kakaknya yang tak kalah tampan dengan Zayyan.
Jadi menurutnya ketampanan Zayyan seperti ketampanan kakaknya dan itu membuat Luna tak merasakan apapun terhadap Zayyan.
Namun tubuh mungil dan kecantikan serta tingkah polos Luna sepertinya membuat Zayyan jatuh hati.
"Aku akan mengantarmu sampai sekolah, baru aku akan kembali ke sekolahku " ucap Zayyan saat mereka hampir sampai dengan sekolah Harapan Bangsa.
Karena sekolah Harapan Bangsa lebih dekat daripada sekolah Luna, maka Zayyan bermaksud mengantar Luna terlebih dahulu barulah dia akan kembali ke sekolahnya.
"Tak perlu, aku bisa jalan sendiri, kok. " Luna menolak dengan halus.
"Tidak apa apa, aku tidak mungkin membiarkanmu berjalan sendirian. " Zayyan sedikit memaksa dan akhirnya Luna pun mengiyakan karena merasa tidak enak jika harus terus menolak kebaikan Zayyan.
Mereka sampai di depan gerbang sekolah, dan Zayyan pun berpamitan.
"Terimakasih karena sudah mengantarku. " ucap Luna.
"Sama sama, akun senang karena kita bisa berangkat sekolah sama sama. " jawab Zayyan dengan senyuman lembut di bibirnya.
Siswa yang baru saja datang dan melihat mereka berdua langsung membicarakan Luna dan Zayyan. Mereka jadi buah bibir pagi ini .
"Kalau begitu aku pergi. " Zayyan melambaikan tangannya lalu berjalan meninggalkan Luna.
"Hufh.. Kenapa aku merasa tak nyaman jalan dengan Zayyan." ucap Luna setelah Zayyan tak terlihat lagi.
Luna begitu terkejut karena saat dia balik badan, Ryu sudah berdiri tak jauh darinya dengan tatapan tajam seperti akan menusuk jantung.
" Ryu, kau sedang menunggu siapa? "Luna pura pura tak tau.
" menurutmu aku sedang menunggu siapa? " jawab Ryu ketus.
"Kau menunggu guru datang? " Luna kembali menggoda Ryu.
"Kenapa kau pergi dengannya? Aku tadi kerumahmu, katanya kau baru saja berangkat. "
Ya, tadi Zayyan mengajakku berangkat bersamanya. Tak enak kalau aku menolaknya. "Jelas Luna.
Ryu membuang nafas kasar.
" ayo masuk. "Ajak Luna sambil bergelayutan di tangan Ryu.
Ryu yang merasa cemburu dan kesal tak bisa menolak ke imutan Luna .
****
Walaupun sudah berangkat pagi, Kira tetap saja bukan orang pertama yang sampai di kampusnya. Ternyata semua teman satu mata kuliah sudah datang terlebih dahulu.
Pak Doni yang di kenal Killer saat mengajar membuat para mahasiswa takut dan selalu datang tepat waktu.
Biarpun dia di kenal Dosen galak, namun jika di luar kampus dia merupakan orang yang baik hati dan mudah tersenyum.
" untung saja belum ada tuh si Pak Doni. "Ucap Kira.
" makanya berangkat tuh pagi pagi biar gak kesiangan. " timpal Aman teman Kira.
"Ini juga udah pagi pagi, tapi kalian ternyata lebih pagi lagi. " pungkas Kira sambil tertawa.
"Sebelum bangun kita sudah ada disini. " timpal Maura. "Eh Queensa, cepat kemari. " Maura memanggil seorang gadis cantik dengan rambut ikal sepinggang dengan senyuman manisnya.
Queensha pun duduk di samping Maura, dia terlihat agak malu saat melirik ke arah Kira.
"Baru datang juga? " tanya kira.
"Ya, tadi macet sedikit dijalan. " jawab Queensha.
Saat sedang asyik berbincang, tiba tiba seorang teman mereka datang dengan tergesa gesa.
"Hei dengar! Hari ini pak Doni tidak masuk. " teriaknya.
"Yeee...! " pengumuman itu di sambut meriah para mahasiswa.
"Ah syukurlah, bisa bernafas dulu kita. " kata salah satu mahasiswa.
"Ya benar. Santai sejenak. Hahaha. " timpal yang lainnya.
"Kenapa Pak Doni tidak masuk? " tanya Kira.
"Katanya sih istrinya masuk rumah sakit, lagi kritis karena mencoba bunuh diri dengan minum racun. " jawab mahasiswa tadi.
Semua yang mendengar langsung terdiam, mereka tak menyangka dibalik kekurangan seorang Pak Doni ternyata mempunyai istri yang lemah .
Kira masih ingat saat kemarin hampir bertabrakan dengan Pak Doni yang mengerem mendadak kemarin.
Apa saat itu dia sedang banyak pikiran hingga tak bisa konsentrasi pada jalanan?
Apa mungkin kejadiannya setelah hari itu?
Entah kenapa pikiran Kira rasanya tak bisa lepas dari Dosennya itu. Firasatnya mengatakan Pak Doni mungkin membutuhkan pertolongan. Tapi apa?
"Aku pergi dulu. " Kira langsung keluar kelas karena pikirannya tak bisa lepas dari Pak Doni.
Dia tak memperdulikan temannya yang memanggil dan bertanya Kira akan pegi kemana. Bahkan Queensha pun tak dia lihat sama sekali.
Kira memacu motornya, dia tau rumah Pak Doni dan akan menuju kesana. Setelah setengah jam berkendara akhirnya Kira sampai dirumah Pak Doni.
Di depan gerbang dia celingukan mencari seseorang yang mungkin bisa di mintai keterangan dimana Pak Doni membawa istrinya.
Setelah beberapa saat melihat, tak ada siapapun didalam dan akhirnya dia bertemu seorang tetangga yang akan keluar rumah.
"Eh Bu maaf, apa Ibu tau dimana istri Pak Doni di rawat? " tanya Kira.
"Memang kamu siapa? " si Ibu malah balik bertanya.
"Saya muridnya, Bu. " jawab Kira "Ibu tau dimana?
" Kalau tidak salah dibawa kerumah sakit Rajasa. " jawab Si Ibu.
"Oh iya, terimakasih, Bu. "
"Kasian Bu Mira, setelah kepergian anaknya dia jadi gampang stres. padahal masih ada anak satu lagi, tapi sepertinya tidak peduli. Tidak habis pikir dia bisa meminum racun dan mau bunuh diri. " Si Ibu bercerita panjang lebar.
"Ah iya. Kalau begitu saya permisi. " Kira meninggalkan SI Ibu yang sepertinya masih ingin bercerita banyak namun Kira tak ingin mengetahui lebih jauh tentang kehidupan pribadi Dosennya nutup karena itu bukan urusannya.
